Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Jum'at, 07 Januari 2022 | 12:59 WIB
Pengisian minyak goreng ke dalam jeriken dari tangki di penyuplai, Jalan Bantul, Pugeran, Kota Jogja, Jumat (7/1/2022). (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Memasuki awal tahun 2022, harga minyak goreng tidak kunjung mengalami penurunan. Ini pun turut dirasakan oleh penyuplai minyak goreng yang ada di Jalan Bantul, Pugeran, Kota Jogja. 

Seorang karyawan penyuplai minyak, Ari menuturkan kenaikan harga minyak menyebabkan penjualan berkurang. Bila dalam satu hari sebelumnya mampu menjual sekitar 4.300 liter minyak goreng, kini hanya 4.000 liter. 

"Jadi ada penurunan sebanyak 300 liter minyak goreng per harinya. Fenomena ini sudah berlangsung sekitar dua atau tiga bulan yang lalu," ungkap Ari kala berbincang dengan SuaraJogja.id, Jumat (7/1/2022). 

Kendati harga minyak goreng terus merangkak naik namun para tengkulak tetap membelinya. Terkait jumlah jeriken yang dibeli tergantung oleh si tengkulak. 

Baca Juga: Pemerintah Bakal Ubah Acuan Harga Minyak Goreng di Tingkat Konsumen

"Berbeda-beda kalau soal jeriken. Ada yang beli 10 jeriken dan ada yang beli sampai 100 jeriken biasanya datang pakai mobil pikap, mereka tetap beli walau harganya belum turun" ujarnya. 

Pihaknya menjual dua jenis minyak yakni minyak goreng sawit dan minyak goreng merek barco. Untuk harga minyak sawit per liternya dijual dengan harga Rp17.500. 

"Yang minyak goreng merek barco satu liternya Rp28.500 tapi sekarang ini sedang kosong stoknya," katanya. 

Perbedaan antara minyak goreng sawit dan merek barco, menurutnya, adalah soal keawetan. Minyak goreng sawit disebut hanya bisa bertahan selama satu minggu. 

"Kalau yang mereknya barco ini bisa awet sampai tiga bulan. Soal kualitas khususnya untuk gorengan juga beda, kalau pakai yang barco lebih renyah," tutur dia. 

Baca Juga: Catat! Pemerintah Siapkan Minyak Goreng Murah Rp 14 Ribu per Liter

Sebagai informasi, kenaikan harga minyak goreng dipicu pasokan crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku yang turun secara global.

Faktor lainnya ialah banyak produsen minyak goreng di Indonesia yang tidak berafiliasi dengan produsen CPO dan kebun sawit. Maka dampaknya harga minyak goreng terlalu bergantung dengan harga CPO.

Load More