SuaraJogja.id - Blok militer yang dipimpin Rusia mulai menarik pasukannya keluar dari Kazakhstan setelah dikerahkan selama seminggu untuk merespons kerusuhan terburuk dalam sejarah negara Asia Tengah itu.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev pekan lalu meminta bantuan dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) setelah protes damai, yang awalnya dipicu oleh kenaikan tajam harga bahan bakar mobil, berubah menjadi kekerasan di banyak kota besar.
“Berkat kedatangan Anda, militer Kazakhstan dan pasukan keamanan dapat melaksanakan tugas mereka untuk segera menemukan dan menahan para bandit,” kata Wakil Menteri Pertahanan Kazakhstan Mukhamedzhan Talasov kepada pasukan CSTO, dalam upacara keberangkatan di Almaty pada Kamis.
Pihak berwenang Kazakhstan mengumumkan penyelesaian dari apa yang mereka sebut "operasi antiteroris" di sebagian besar negara itu pada Rabu (12/1), meskipun mereka belum menyatakan kota terbesar, Almaty, sepenuhnya aman.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyatakan keprihatinannya atas pengerahan pasukan Rusia, pernyataan yang memicu kemarahan Kremlin, kantor presiden Rusia.
Tidak jelas berapa banyak dari sekitar 2.500 pasukan yang dikirim oleh CSTO itu yang segera meninggalkan Kazakhstan.
Aliansi tersebut mengatakan bahwa kontingen penjaga perdamaian akan membutuhkan waktu 10 hari untuk mundur sepenuhnya.
Pasukan CSTO pertama kali dikerahkan ke gedung-gedung pemerintah di Ibu Kota Nur-Sultan, yang jauh dari pusat kerusuhan. Mereka kemudian menjaga beberapa objek infrastruktur utama di Almaty, seperti pembangkit listrik besar.
Pihak berwenang telah menahan hampir 10.000 orang atas kerusuhan. Selama kekacauan itu, beberapa pengunjuk rasa menyerang pasukan keamanan, merebut dan membakar gedung-gedung pemerintah, dan menjarah toko-toko.
Baca Juga: UKM Kabupaten Luwu Ekspor Pala dan Cengkeh ke Rusia
Pihak berwenang mengatakan beberapa penyerang adalah orang asing yang dilatih oleh kelompok militan Islam.
Tokayev tidak memerinci siapa orang asing yang dimaksud. Sementara itu, sang presiden telah memecat beberapa pejabat keamanan seniornya, yang kemudian didakwa melakukan pengkhianatan.
Sebagian masyarakat Kazakhstan setuju dengan komentar Blinken bahwa Kazakhstan mungkin akan kesulitan menyingkirkan pasukan Rusia setelah membiarkan mereka masuk.
Namun, Tokayev mengatakan tidak ada pasukan asing yang akan tetap berada di negara itu setelah 23 Januari.
Berita Terkait
-
Jauh-Jauh Studi Banding Ibu Kota ke Kazakhstan, Ujung-Ujungnya DPR Lihat Konsep Smart City di BSD dan Alam Sutera
-
Profil Rachel Goddard, Selebgram dan Beauty Vlogger Indonesia yang Tinggal di Kazakhstan
-
Cerita Di Balik Kerusuhan Kazakhstan: Harga BBM Hingga Pertarungan Kekuasaan Anasir Asing
-
Kazakhstan: Suasana Kota Almaty Mirip Film-film tentang Kiamat
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
4 Link Saldo DANA Kaget Bisa Bikin Wisata Akhir Tahun Makin Cuan!
-
Punggung Ibu, Punggung Keluarga: Kisah Buruh Gendong Menggendong Asa di Jantung Pasar Beringharjo
-
Ada Ibu yang Tetap Bertahan di Balik Seragam dan Shift Panjang, Kerasnya Jadi Working Mom di Jogja
-
10 Tempat Wisata Anak di Jogja untuk Libur Sekolah Akhir Tahun 2025
-
5 Rental Motor Murah Meriah di Jogja untuk Liburan Akhir Tahun 2025