Namun ia menilai masih perlu banyak tenaga ekstra atau upaya lebih dalam memaksimalkan peran keluarga tersebut. Sebab tidak dipungkiri bahwa tingkatan keluarga tadi adalah level yang paling kecil dan intens.
"Sehingga pemantauan, intervensi kita kadang masyarakat yang aktif memang aktif. Tetapi yang tidak peduli atau cuek juga ada dan bagaimana juga caranya kita bisa mengakses ke mereka. Kita melalukan pendekatan dari berbagai unsur, sektor, organisasi seperti PKK, dasawisma itu selalu digemborkan," ucapnya.
Hesti menyebut justru yang terpenting sekarang adalah membuat masyarakat itu sadar tentang pentingnya edukasi itu kepada anak-anak. Khususnya edukasi dan pemahaman yang ditanamkan melalui keluarga.
"Tetapi yang penting sekarang adalah apakah masyarakat itu bisa menyadari bahwa itu (edukasi kesehatan reproduksi dan lainnya) adalah sebuah hal yang penting untuk kita-kita, untuk mereka gitu ya. Jadi bukan kita yang harusnya begini-begini, tetapi menyadari ngga sih itu kebutuhan kita, yang terbaik untuk kita seperti ini. Nah itulah tantangan juga untuk bisa membuat masyarakat lebih menyadari pentingnya keluarga," urainya.
Belum lagi sekarang kondisinya akan semakin bertambah kompleks menyusul kesibukan masing-masing orang tua. Tidak jarang akibatnya anak harus ditinggal hingga dititipkan ke orang lain sehingga pola pengasuhan pun kurang maksimal.
Ditanya mengenai pandangan masyarakat tentang kesehatan reproduksi sendiri, kata Hesti, dari berbagai kegiatan diskusi yang telah dilakukan tidak lagi terlalu kuat pandangan tabu soal itu. Masyarakat sekarang dinilai sudah lebih bisa mulai terbuka dengan tema-tema pembahasan kesehatan reproduksi.
Kondisi saat ini berbeda dengan dalam beberapa tahun yang lalu. Saat ini pertemuan-pertemuan di sekolah pun yang membahas kesehatan reproduksi sudah sering dilakukan.
Sekarang, kata Hesti, pada sektor pendidikan bahkan sudah mulai ada inisiatif tersendiri dalam lebih membahas kesehatan reproduksi ini. Salah satunya dengan membuat buku pedoman bagi guru terkait pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja di tingkat SMK.
"Jadi itukan sudah mulai terbuka ya, sudah mulai terbuka tidak tabu sekali seperti itu. Tetapi memang mungkin masih ada kegamangan dari orang tua untuk menjelaskan masalah kesehatan reproduksi pada anak," terangnya.
Baca Juga: Soroti Kerusakan di Jalan Perwakilan, Forpi Jogja Minta OPD Awasi Parkir di Lokasi Setempat
Hesti menyoroti peran pendampingan orang tua atau bahkan guru terhadap anak-anak khususnya untuk seputar masalah kesehatan reproduksi. Termasuk dengan cara menghadapi rasa penasaran dari anak yang tak jarang membuat orang tua bingung.
Pendampingan secara maksimal dari orang tua kepada keingintahuan anak itu diperlukan agar anak juga tidak sembarangan dalam menyaring informasi yang masuk. Terlebih di era digital saat ini yang membuat mudahnya masyarakat mengakese internet.
"Kira-kira jawabnya apa kalau ditanya tentang pacaran, ciuman seperti itu, mungkin kan rasanya 'ih gimana ya', saya bilang kalau bapak ibu tidak menjawab anaknya nanti tanya kemana. kalau sekarang tanya ke mbah google, itu kan malah lebih bahaya lagi. Nah saya membuka wawasan para orang tua juga para pendidik supaya ayolah kita tangkap anak-anak yang sedang dalam masa keingintahuan yang besar ini," ajaknya.
Jika pun orang tua tidak tahu jawabannya, lanjut Hesti orang tua tetap diharap bisa mendampingi anaknya. Baik dengan cara menanyakan orang lain yang lebih paham atau ikut aktif terlibat dengan anak dalam mencari informasi itu.
Sikap dari orang tua itu akan membuat anak kemudian merasa aman dan nyaman. Sehingga anak juga akan bisa lebih terbuka dengan tema-tema pembahasan khususnya terkait kesehatan reproduksi.
"Sehingga anak merasa aman dan menganggap orang tua sebagai tempat yang bisa diajak untuk berdiskusi atau bertanya, menganggap masa-masa remaja itu sebagai teman gitu. Itu merasa lebih aman. Pendampingan orang tua itu sangat penting karena keluarga tadi yang pertama dan utama," tegasnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik