SuaraJogja.id - Perdebatan mengenai tradisi sesajen masih terus terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, Dosen Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) Sartini menilai perlu adanya dialog yang lebih sering antarkelompok masyarakat untuk bisa lebih memahami konsep-konsep tersebut.
Dialog antarkelompok beragama itu penting untuk dilakukan. Tujuannya agar satu kelompok masyarakat dengan yang lain lebih merasa sebagai teman dan tidak memaksa orang lain untuk sama dengan apa yang ia percaya.
"Sering berkumpul dan berkunjung akan dapat menimbulkan empati karena ikut merasakan kehidupannya sehingga tidak akan mudah memaksa-maksa orang lain untuk sama dengan dirinya," kata Sartini saat dikonfirmasi awak media, Senin (17/1/2022).
Sartini menyebut di lingkungan Islam sendiri fenomena sesajen memang memunculkan banyak tafsir. Pandangan intinya adalah bahwa sesajen yang dipersembahkan untuk memohon sesuatu kepada selain Allah hukumnya haram atau dilarang.
Kendati demikian, lanjut Sartini masih ada pandangan yang cukup memberi ruang untuk diperbolehkannya tradisi sesajen itu dilakukan. Hal itu tidak lepas dari sebagian masyarakat yang berpandangan semua itu hanya sebatas sebagai tradisi saja.
Sehingga memang niat permohonan tetap kepada Tuhan atau Allah bukan dari sesajen itu. Namun tidak serta merta hal itu dapat diterima atau dipahami semua masyarakat secara utuh.
"Masalahnya adalah tidak bisa orang memahami niat orang lain dengan hanya melihat apa yang dilakukan. Inilah yang sering menimbulkan banyak persoalan sosial," tegasnya.
Disampaikam Sartini, keyakinan dan pemahaman sebagian masyarakat Indonesia mengenai tradisi sesajen sendiri adalah akumulasi dari pengalaman sepanjang hidup. Sehingga bukan tidak mungkin ada kelompok khususnya yang mengakomodasikan agama dan tradisi lebih bisa menjelaskan makna dari simbol-simbol tradisi tersebut.
Dengan harapan kemudian orang tidak lantas memahaminya sebagai sebuah mitos dan kepercayaan semata yang bila sesuatu tidak dilakukan maka akan menyebabkan hal-hal tertentu.
Baca Juga: Tips Diet Aman dan Sehat dari Ahli Gizi UGM, Ini yang Harus Diperhatikan
"Rasionalisasi simbol-simbol ritual diperlukan untuk menghadapi masyarakat yang semakin modern, rasional dan bahkan materialistik," terangnya.
Sebelumnya diberitakan, Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Al Makin meminta agar seluruh pihak memaafkan Hadfana Firdaus, mahasiswa drop out (DO) universitas tersebut yang menjadi pelaku penendang sesajen di Gunung Semeru.
"Saya Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Al Makin memohon kepada bangsa Indonesia dan seluruh warga Indonesia dan Kabupaten Lumajang agar tolong semuanya memaafkan saudara Hadfana Firdaus," kata dia, di Gedung Syaifudin Zuhri, Jumat (14/1/2022).
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam aliran kepercayaan dan apabila kita benar-benar hidup berbhinneka maka kita harus hidup selaras dan harmonis.
"Kewajiban kita memaafkan saudara kita yang mungkin khilaf dan keliru menendang sesajen. Kita ingin memberi contoh yang baik, maka kita harus lapangkan dada. Maka saya meminta kepada pihak berwajib tolong dimaafkan, karena ini sangat penting bagi bangsa Indonesia," tuturnya.
Kita bangsa yang sangat pemaaf, lanjut dia. Banyak sekali pelanggaran yang jelas-jelas bertentangan dengan hukum, melanggar aturan lebih berat dan merugikan negara, itu saja kita maafkan.
Berita Terkait
-
Tak Mau Kasus Penendang Sesajen Berakhir Damai, Ruhut Sitompul: Bayangkan Kalau Kita Orang Hindu
-
Tanggapi Pria Penendang Sesajen di Gunung Semeru, Quraish Shihab: Memaki Saja Tidak Boleh Apalagi Menendang
-
Ajak Memaafkan, Rektor UIN Ini Minta Proses Hukum Penendang Sesajen di Polda Jatim Dihentikan
-
Penendang Sesajen di Gunung Semeru Ditangkap, Rektor UIN Minta Proses Hukum Dihentikan, Ini Alasannya
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Bantul Optimis Swasembada Beras 2025: Panen Melimpah Ruah, Stok Aman Hingga Akhir Tahun
-
Sampah Menggunung: Jogja Kembali 'Numpang' Piyungan, Kapan Mandiri?
-
Terjebak dalam Pekerjaan? Ini Alasan Fenomena 'Job Hugging' Marak di Indonesia
-
Revolusi Pilah Sampah di Yogyakarta Dimulai: Ribuan Ember Disebar, Ini Kata Wali Kota
-
Dua Bulan Berlalu, Kasus Makam Diplomat Diacak-acak 'Ngambang', JPW Desak Polisi Tindaklanjuti