SuaraJogja.id - Sutradara “All of Us Are Dead” mengatakan serial yang ia buat bukan sekadar bercerita mengenai zombie, tetapi juga menggambarkan kondisi manusia yang hidup dari semua lapisan masyarakat.
“Ada pepatah yang mengatakan bahwa anak adalah cerminan orang tuanya. Bisa diperluas ke pepatah lain bahwa sekolah adalah cermin masyarakat. Saya ingin menunjukkan citra paralel ini melalui siswa,” kata sutradara Lee Jae-kyoo atau yang juga dikenal sebagai Lee JQ, dikutip dari Yonhap, seperti dikutip dari Antara, Senin (7/2/2022).
Serial ini diangkat berdasarkan webtoon populer. Ceritanya berlatar di sekolah menengah yang berubah menjadi kacau karena terjadi penyebaran virus zombie misterius.
Ia mengatakan dirinya ingin menggambarkan sekolah semacam mikro-kosmos masyarakat manusia yang diwakili dengan berbagai orang berseragam, seperti pelaku dan korban perundungan, anak kaya dan miskin, kepala sekolah laki-laki dan perempuan jahat.
“Sejujurnya, saya tidak menikmati film zombie. Tapi komik aslinya menarik perhatian saya karena menggambarkan wabah zombie di sebuah sekolah. Tidak seperti orang dewasa, siswa yang belum dewasa membuat keputusan yang berbeda dalam situasi yang ekstrem,” kata Lee.
Selain upaya melawan zombie, “All of Us Are Dead” juga mengangkat isu kekerasan di sekolah sebagai tema utama lain. Virus zombie misterius dikembangkan oleh seorang guru untuk membantu putranya melawan pelaku perundungan di sekolah.
Sutradara Lee JQ menyadari kritik yang muncul mengenai potret kekerasan di sekolah dan penggunaan kata-kata kotor yang berlebihan.
“Banyak orang merasa tidak nyaman melihat perundungan di sekolah dan ingin menjauhkan diri darinya. Tapi masyarakat kita mungkin tidak jauh berbeda dengan sekolah. Kita bisa menjadi pelaku atau korban dengan atau tanpa disadari,” katanya.
Popularitas serial “All of Us Are Dead” dipuji sebagai “Squid Game baru” sejak mendarat di Netflix secara perdana pada 28 Januari.
Baca Juga: Cewek Hobi Berlagak Jadi Zombie Sampai Kebanting, Teman Minta Tolong ke Netflix
Serial ini menduduki puncak daftar 10 teratas acara TV non-bahasa Inggris Netflix untuk pekan 24 hingga 30 Januari dengan 124,79 juta jam penayangan.
Sementara menurut data perusahaan analitik streaming Flixpatrol, serial12 episode itu telah berada di posisi puncak acara TV Netflix selama sembilan hari berturut-turut sejak debut.
Serial “All of Us Are Dead” merupakan proyek layar kecil pertama Lee dalam 10 tahun terakhir setelah ia menggarap serial romansa “The King 2 Hearts” (2012).
Lee telah menyutradarai beberapa film, termasuk film thriller sejarah “The Fatal Encounter” (2014) dan drama komedi “Intimate Strangers” (2018).
Sutradara itu mengatakan dirinya sudah memikirkan cerita “All of Us Are Dead” selanjutnya, meskipun musim kedua belum dikonfirmasi.
“Jika musim pertama terus berjalan dengan baik untuk waktu yang lebih lama, musim berikutnya saya kira bisa dibicarakan,” katanya.
Berita Terkait
-
Susul Kesuksesan Squid Game, Serial All of Us Are Dead Kuasai Top 10 Harian Netflix Amerika
-
All of Us Are Dead Bertahan di Peringkat Pertama Netflix Selama Seminggu!
-
Alasan di Balik Pemilihan Warna Hijau untuk Seragam Sekolah di Serial Netflix All Of Us Are Dead
-
Mengenal Lebih Jauh Para Pemeran Utama di Drama Korea All of Us Are Dead
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Hoka Ori, Cushion Empuk Harga Jauh Lebih Miring
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik