SuaraJogja.id - Prasasti Tugu merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Prasasti bercerita mengenai peristiwa penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan Sungai Gomati oleh Raja Purnawarman pada tahun ke-22 di masa pemerintahannya.
Sungai tersebut digali untuk menghindari bencana alam berupa banjir saat musim hujan maupun masalah kekeringan yang selalu mengancam di musim kemarau.
Prasasti tugu ditemukan di Kampung Batutumbuh, Tugu, Jakarta. Saat ini prasasti tersebut berada di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
Prasasti ini pertama kali tercatat dalam laporan Notulen Bataviaasch Genootschap tahun 1879. Kemudian pada tahun 1991 atas prakasa P.de Roo de la Faille, dipindah ke Museum Bataviaasch Ggenootschap van Kunsten en Wetenschappen atau Museum Nasional Indonesia dengan nomor identitas D. 124.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Tarumanegara Beserta Peninggalannya
Prasasti ini ditulis di atas batu besar berbentuk bulat dengan ukuran sekitar 1 meter. Prasasti Tugu bertuliskan aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk saloka dengan bahasa Sansekerta dengan metrum Anustubh.
Tulisan prasasti tugu terdiri dari 5 baris melingkar mengikuti permukaan batu. Prasasti ini tidak mencantumkan tanggal. Namun berdasarkan gaya kepenulisannya, diperkirakan prasasti ini ditulis pada masa abad ke 5 Masehi.
Prasasti Tugu merupakan prasasti terpanjang yang pernah dibuat di masa Kerajaan Tarumanegara karya Purnawarman. Prasasti Tugu memiliki keunikan sendiri berupa pahatan tongkat yang ujungnya terdapat trisula seakan berfungsi sebagai pemisah antara awal dan akhir kalimat. Gaya kepenulisanya disebut cukup unik dan diperkirakan terkait dengan Kerajaan Tarumanegara.
Isi dari Prasasti Tugu yakni:
Pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayaull. Pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa narendradhvajabhutena srimata purnavarmmana. Prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih. Ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka. Pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena prayati krtadaksina.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Tarumanegara: Kisah Sedekah 1000 Ekor Sapi ke Brahmana
Terjemahan teks tersebut yakni:
Berita Terkait
-
Unik, Mal di Bekasi Ini Terinspirasi dari Kerajaan Tarumanegara: Identik Kalimalang?
-
Museum Gajah: Lebih dari Sekedar Museum Tertua di Asia Tenggara
-
Buka Lagi Setelah Revitalisasi, Museum Nasional Indonesia Hadirkan Interaksi Modern
-
Pernah Kerja di Museum Gajah yang Kini Terbakar, Ini Pesan Megawati ke Nadiem Makarim
-
Koleksi Arca Repatriasi Belanda di Museum Nasional Dipastikan Aman Dari Kebakaran
Tag
Terpopuler
- CEK FAKTA: Diskon Listrik 50 Persen Berlaku Lagi, Periode Maret-April 2025
- Pembagian Port Grup Piala Dunia 2026 Dirilis, Ini Posisi Timnas Indonesia
- Masak Rendang 12 Kg, Penampilan BCL di Dapur Jadi Omongan
- Cruiser Matik QJMotor SRV 250 AMT Paling Digandrungi di Indonesia
- Persija Jakarta: Kalau Transfer Fee Oke, Rizky Ridho Mau Ya Silahkan
Pilihan
-
Jay Idzes Yakin Lolos dari Zona Kutukan Liga Italia, Nasibnya Ikut Dipertaruhkan
-
Petaka Mees Hilgers: Cedera Jadi Kontroversi Kini Nilai Pasar Terus Turun
-
Potret Denny Landzaat Salam-salaman di Gereja Saat Lebaran 2025
-
Media Belanda: Timnas Indonesia Dapat Amunisi Tambahan, Tristan Gooijer
-
Jumlah Kendaraan 'Mudik' Tinggalkan Jabodetabek Tahun Ini Meningkat Dibandingkan 2024
Terkini
-
Waspada Lonjakan Sampah Lebaran, Yogyakarta Siapkan Jurus Ampuh Ini
-
Libur Lebaran Tetap di Jogja? Ini Strategi Dinas Pariwisata Agar Wisatawan Betah
-
Idul Fitri, Haedar Nashir Ingatkan Jiwa Khalifah Luntur, Umat dan Pemimpin Akan Bermasalah
-
Tiket Ludes, Yogyakarta Diserbu Pemudik: KA Java Priority Jadi Primadona
-
Hasto Wardoyo Jamin Takbir Keliling Tak Ganggu Lalu Lintas Jogja, Tapi Ada Syaratnya