SuaraJogja.id - Belakangan viral sebuah foto yang menunjukkan tumpukan sampah masih terlihat di jalur pendakian Gunung Merbabu. Tak sedikit kemudian warganet yang menyoroti para pendaki gunung yang sering kali disebut sebagai pecinta alam tersebut.
Lantas apakah kejadian itu hanya di Gunung Merbabu saja? Bagaimana dengan kondisi jalur pendakian di gunung lainya, misalnya saja Gunung Merapi. Apakah tumpukan sampah juga masih ditemukan di sana?
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Akhmadi tidak memungkiri bahwa beberapa sampah dulu masih tetap ditemukan di jalur pendakian menuju Gunung Merapi walaupun memang dari segi jumlah masih terbilang tidak banyak.
"Mungkin masih ada dulu tapi ya enggak sebanyak dulu karena skrining kita dulu ketika dibuka itu skrining dari mulai pendaftaran ke pos tiketing itu semua sudah dipastikan sampahnya nanti harus kembali, kemudian harus bawa kembali plastik-plastik yang mungkin sachet-sachet dari makanan itu sudah diedukasi di awal," kata Akhmadi saat dikonfirmasi awak media, Minggu (6/3/2022).
Baca Juga: Duh! Belum Bisa Diklola dengan Baik, Indonesia Hadapi 185 Ribu Ton Sampah Setiap Harinya
Sebagai informasi bahwa pendakian ke Gunung Merapi masih ditutup sejak tahun 2018 lalu hingga saat ini. Hal itu mengingat kondisi aktivitas vulkanik gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa itu masih tinggi.
Namun, Akhmadi melanjutkan, aturan atau edukasi para pendaki untuk membawa sampahnya kembali telah dilakukan sejak lama. Pihaknya dibantu juga oleh kelompok masyarakat dan relawan yang ada untuk edukasi tersebut.
Bukan hanya edukasi saja yang ditekankan bagi para pendaki mengenai urusan sampah itu. Melainkan juga ada aturan yang mengatur tentang sanksi bagi mereka jika kedapatan mengabaikan aturan tersebut.
"Kalau memang benar-benar melanggar itu sanksinya mungkin sanksi sosial untuk segera membersihkan di situ, di tempat basecamp atau juga harus melapor ke masyarakat, polsek dan yang lain. Paling parahnya adalah sampai kita blacklist di jalur pendakian itu," tegasnya.
Saat jalur pendakian masih dibuka dulu, kata Akhmadi, sampah seperti botol mineral yang banyak ditemukan. Sampah plastik dari kemasan makanan hingga sampah bekas tisu basah juga kadang masih ditemukan.
Baca Juga: Kabar Gembira, Jalur Pendakian Gunung Merbabu Via Selo Boyolali Kembali Dibuka
"Iya botol bekas, plastik. Kalau plastik sudah jarang sudah mulai tahu terus dibawa turun atau kadang dibakar mereka pas perapian itu. Tapi yang kebanyakan yang didapatkan yang botol itu sama tisu basah. Itu waktu dulu 2017-an," terangnya.
Kendati demikian, ia memastikan bahwa saat itu temuan berbagai sampah di jalur pendakian Gunung Merapi itu belum menjadi suatu permasalahan berat. Sebab jumlahnya yang tidak terlalu banyak dan masih terkendali dengan pembersihan dan edukasi.
Pasalnya setiap ada acara atau momen tertentu kala itu masyarakat setempat dan para relawan juga rutin melakukan pembersihan. Mereka akan mengumpulkan sampah di jalur pendakian untuk kemudian dibawa turun.
"Kalau ke jalurnya dulu sekitar 2-3 kali dalam setahun di momen acara tertentu untuk persiapan. Di taman nasional sendiri pun ada progran rutin yang nanti tiga bulan sekali atau minimal 6 bulan memang ada kegiatan pemeliharaan jalur salah satunya termasuk bersih sampah itu," jelasnya.
Ada pula dana pembersihan dan pengelolaan sampah yang memang diambilkan sebagian dari karcis pendakian itu. Namun bukan berarti pendaki yang telah membayar bisa serta-merta buang sampah sembarangan di jalur pendakian.
"Jadi dana itu memang untuk itu mengelola sampah yang sudah turun, ada tempat pengumpulan di depan basecamp itu. Nanti setiap bulan atau kalau udah over itu kita bawa turun ke TPA dan yang bisa dijual akan dijual," ungkapnya.
Berita Terkait
-
Tradisi Sadranan di Boyolali: Jaga Kerukunan Jelang Ramadan
-
Atasi Gunung Sampah, Unilever Indonesia & GIZ Indonesia Luncurkan Proyek SULE-WM untuk Pengelolaan Sampah Berkelanjutan
-
Cara Unik Perusahaan BUMN Kelola Sampah
-
Sampoerna dan Waste4Change Daur Ulang Hampir 3 Ton Sampah pada 2024
-
Trump Bolehkan Lagi Pemakaian Sedotan Plastik di AS: Tidak Berpengaruh Pada Hiu
Terpopuler
- PIK Tutup Jalan Akses Warga Sejak 2015, Menteri Nusron: Tanya Maruarar Sirait
- Honda PCX Jadi Korban Curanmor, Sistem Keyless Dipertanyakan
- Lolly Banjir Air Mata Penuh Haru saat Bertemu Adik-adiknya Lagi: Setiap Tahun Saya Tidak Pernah Tahu...
- Ketajaman Jairo Beerens: Bisa Geser Posisi Romeny, Struick hingga Jens Raven
- Tangis Indro Warkop Pecah Dengar Ucapan Anak Bungsu Dono Soal HKI: Ayah Kirim Uang Sekolah Walau Sudah Tiada!
Pilihan
-
Akhiri Piala Asia U-20 2025: Prestasi Timnas Indonesia U-20 Anjlok Dibanding Era STY
-
Bak Bumi dan Langit! Indra Sjafri Redup, Dua Orang Indonesia Ini Bersinar di Piala Asia U-20 2025
-
Megawati Hangestri Cetak 12 Poin, AI Peppers Tekuk Red Sparks 3-0
-
Pekerjaan Terakhir Brian Yuliarto, Mendikti Saintek Baru dengan Kekayaan Rp18 M
-
Sanken Tutup Pabrik di RI Juni 2025
Terkini
-
Upaya Tekan Kasus Kemiskinan, Kulon Progo Luncurkan BPNT APBD 2025
-
Prabowo Bentuk Danantara, Tokoh Kritik Jokowi Jadi Dewas: 'Tuntut Diadili, Kok Jadi Pengawas?'
-
Cegah Antraks Masuk Bantul, Pasar Hewan dan Kandang Ternak Diawasi Ketat
-
Sita Kursi dan Meja, Satpol PP Tertibkan PKL Bandel di Kotabaru Yogyakarta
-
Tak Perlu Panik Buying jelang Ramadan, Harga Pangan di Kulon Progo Terkendali