Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Jum'at, 11 Maret 2022 | 20:25 WIB
Potret satelit kerusakan Mariupol, Ukraina. [Space.com]

SuaraJogja.id - Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau pada Kamis (10/3) mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah membuat pilihan untuk "secara khusus menargetkan warga sipil".

"Pengabaian tak berperasaan Putin terhadap kehidupan manusia benar-benar tidak dapat diterima. Sangat jelas bahwa dia telah membuat pilihan untuk secara khusus sekarang menargetkan warga sipil," kata Trudeau kepada sejumlah wartawan di Warsawa.

Trudeau juga mengatakan bahwa penargetan lebih lanjut terhadap warga sipil di Ukraina akan dikenai konsekuensi berat. 

"Putin perlu tahu bahwa konsekuensi atas tindakannya akan parah, dan eskalasi lebih lanjut olehnya, penargetan lebih lanjut terhadap warga sipil, penggunaan lebih lanjut cara-cara bermasalah untuk membunuh warga sipil akan mendapat tanggapan terberat baik secara global maupun secara individu bagi dirinya," ujarnya.

Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Bertemu Bahas Isu Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina

Trudeau menambahkan bahwa pemerintahnya akan memberikan dana hingga 30 juta dolar Kanada (sekitar Rp336,15 miliar) dalam sumbangan yang diberikan oleh warga Kanada untuk Ukraina.

Angka itu meningkat dari jumlah sumbangan yang dijanjikan sebelumnya, yakni sebesar 10 juta dolar Kanada (sekitar Rp112,05 miliar).

Kanada, seperti banyak negara Barat lainnya, telah memberlakukan sanksi luas terhadap Rusia setelah negara itu melancarkan serangan ke Ukraina.

Kanada juga telah menutup wilayah udara dan pelabuhannya untuk kapal-kapal Rusia, mengirim bantuan militer ke Ukraina, dan meminta Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk menyelidiki dugaan kejahatan perang oleh pasukan Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menuduh Rusia melakukan genosida setelah para pejabat Ukraina mengatakan pesawat Rusia mengebom sebuah rumah sakit anak-anak pada Rabu (9/3) hingga menewaskan tiga orang, termasuk seorang anak.

Baca Juga: Perang Rusia - Ukraina Membuat Semua Negara Pusing, Jokowi Sampai Dihubungi Kanselir Jerman dan PM Jepang

Namun, pemerintah Rusia menyebut tindakannya di Ukraina itu sebagai "operasi khusus" dan mengatakan pasukannya tidak menembak sasaran sipil.

Pada Kamis (10/3), Pemerintah Rusia mengubah pendiriannya atas pengeboman rumah sakit di Kota Mariupol, Ukraina. 

Terkait pengeboman itu, Rusia mencampuradukkan pernyataannya antara penyangkalan secara agresif dan seruan agar fakta-fakta disampaikan secara jelas.

Load More