Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Senin, 21 Maret 2022 | 15:48 WIB
Tim gabungan mengangkut kantong jenazah korban hanyutnya pelajar SMP N 1 Turi di DAM Mantras, Dukuh, Sleman, Minggu (23/2/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Rara Istiati Wulandari alias Mbak Rara, yang merupakan pawang hujan MotoGP Mandalika, pernah membantu pencarian siswa SMPN 1 Turi korban laka air yang mengikuti susur Sungai Sempor, Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman, akhir Februari 2020 silam.

Humas Basarnas DIY Pipit Eriyanto mengatakan, ia membenarkan Rara pernah berada di lokasi pencarian korban laka air Sempor saat itu.

"Dulu Mbak Rara datang pagi hari sebelum semua korban ditemukan semua," ujarnya, Senin (21/3/2022).

Rara tidak diminta, tidak diundang oleh tim pencarian dan penyelamat untuk datang ke lokasi laka air. Rara datang sendiri ke lokasi di hari terakhir pencarian.

Baca Juga: Air Mata Anak Pawang Hujan Mandalika Tumpah saat Salat, Tak Tahan Ibunya Dihujat Disebut Memalukan sampai Disuruh Tobat

"Di pencarian hari ketiga," sebutnya.

"Mbak Rara datang sendiri dan izin mau ikut pencarian. Karena hal seperti itu kami anggap kearifan lokal, akhirnya kami izinkan," terangnya.

Kendati tidak diundang untuk ikut mencari korban tenggelam laka air Sempor, Pipit menilai, Rara adalah orang yang rendah hati.

Rara, pawang hujan sirkuit Mandalika (Twitter.com/MotoGP)

Saat korban terakhir laka air Sempor ditemukan, Suara.com sempat mewawancarai salah satu relawan tim pencarian korban.

Galih Wicaksono bertugas di Section 1. Area penyusurannya mulai dari tempat kejadian (Sungai Sempor) sampai aliran Tempuran Bedog-Sempor.

Baca Juga: Bela Pawang Hujan MotoGP Mandalika Rara Istiani, Tsamara PSI Sebut Bagian dari Budaya dan Tak Ada yang Memalukan

Menurut dia, deras arus sungai pada Jumat malam tergolong tenang, sehingga tim tidak kerepotan. Kedalaman sungai semakin ke atas semakin dangkal. Namun dalam ketika semakin area DAM.

"Kalau sejak Sabtu (22/2/2020), berbagai alat digunakan untuk mendukung proses pencarian. Ikut ada bantuan guru spiritual juga, khususnya dalam pencarian dua korban terakhir," tutur Galih, yang kala sekolah menjadi anggota tim Sispala Arwacala SMA N 11 Yogyakarta itu, saat ditanyai.

Sebelumnya diberitakan, pada 22 Februari 2020 silam, Kapanewon Turi dirundung duka. Laka air menimpa ratusan siswa peserta susur sungai. Kegiatan susur sungai tersebut merupakan salah satu agenda Pramuka SMP N 1 Turi.

Sepuluh orang siswi terseret arus sungai tersebut dan ditemukan meninggal dunia. Tiga orang guru dinyatakan sebagai terdakwa penyebab laka air itu terjadi, hingga diputus vonis penjara selama 1,6 tahun.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More