Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Rahmat jiwandono
Rabu, 18 Mei 2022 | 17:50 WIB
Sapi-sapi yang ada di kandang milik Warsito saat diperiksa petugas. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Hewan ternak di Indonesia mulai terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). PMK disebabkan oleh Aphthovirus dari famili Picornaviridae yang disebut-sebut sangat menular.

Gejala yang paling tampak adalah demam, blister di mulut dan kaki hewan ternak, dan keluarnya air liur kental. Hewan ternak yang bisa terkena wabah PMK antara lain sapi, kerbau, unta, kambing, domba, rusa, dan babi.

Peternak sapi di Dagan, Murtigading, Sanden, Bantul, Warsito mengaku wabah PMK tidak mempengaruhi harga penjualan sapi. Di peternakannya ada 40 ekor sapi.

"Masih stabil (harganya), enggak ada pengaruhnya karena peternak tidak resah. Populasi sapi di sini ada 40 ekor," jelas Warsito, Rabu (18/5/2022).

Baca Juga: Pedagang Daging Sapi Menjerit Dagangannya Jadi Kurang Laku Gara-gara PMK

Ia menyatakan belum ada sapinya yang terkonfirmasi positif PMK. "Belum ada ternak yang mengalami gejala PMK," ujarnya.

Sapi-sapi yang ada di kandang berasal dari Rongkop dan Siyono di Kabupaten Gunungkidul dan Imogiri, Bantul. Pihaknya sempat ditawari sapi dari Madura namun ditolak.

"Ada sapi dari Madura saya tolak karena tidak ada surat keterangan sehat. Saya bisa terima kalau ada suratnya," katanya.

Langkah antisipasi masuknya ternak yang terpapar PMK, setiap ada sapi yang datang ke sini akan disemprot menggunakan desinfeksi dan disuntik dengan antibiotik serta vitamin.

"Supaya sapinya kuat dan sehat," ungkapnya.

Sapi-sapi yang dagingnya sudah siap konsumsi dijual ke pasar. Selain itu, ia juga menjual sapi betina.

"Sapinya dijual ke pasar untuk yang dagingnya siap konsumsi dan kalau ada tetangga yang butuh sapi betina saya jual," tuturnya.

Load More