SuaraJogja.id - Indonesia dengan segala keberagamannya merupakan anugerah yang sampai hari ini selalu menjadi pembahasan di tengah masyarakat. Tak jarang masih banyak ditemukan kelompok minoritas yang akhirnya memilih diam dari kelompok mayoritas.
Namun, keberagaman tidak perlu dijadikan permasalahan, bahkan hal ini menjadi sebuah kekayaan yang cukup unik dibanding negara lain. Dari keberagaman banyak hal yang dapat dipelajari.
Dalam menanggapi isu keberagaman ini, Suara.com menggelar talkshow Indonesia Diversity Day di kantor Suarajogja.id, Sleman, DIY, Senin (20/6/2022).
Sejumlah narasumber dihadirkan dalam talkshow tersebut, mulai dari Aktivis Keberagaman, Inayah Wahid, Founder DIFA Bike Triyono dan juga Joshua Jerusalem Dilapangga, Koko Jogja People's Choice 2022.
Triyono dalam pemaparannya keberagaman merupakan hal harus kita terima dan mencintai diri sendiri.
"Masih banyak yang marasa terdiskriminasi dengan kondisi saat ini. Namun kita belajar memahami untuk kedepannya bahwa yang berbeda masih memiliki visi yang sama, itu yang penting ditanamkan," terang Triyono, Senin.
Tak jauh berbeda dengan Triyono, Joshua menganggap bahwa keberagaman itu seperti analogi nasi rames. Lauk pauk berbeda macam dan nasi tercampur dalam satu piring.
"Nah itu kan dibuat untuk menciptakan rasa enak. Keberagaman di Indonesia bertujuan untuk itu. Ada banyak budaya bahkan bahasa, jadi bagaimana dengan banyak perbedaan itu kita memahami satu sama lain," kata dia.
Memaknai keberagaman di Indonesia, bagi Inayah Wahid adalah nasib masyarakat Indonesia. Keberagaman, merupakan takdir yang harus diterima oleh bangsa Indonesia.
"Mau kita tidak sepakat bagaimanapun, kita marah, setuju tidak setuju itu tidak akan hilang," terang dia.
Bagi Inayah, keberagaman itu kembali ke personal masyarakat. Apakah memilih untuk menerima menjadi kekuatan atau sumber masalah.
"Saya sih menganggapnya sebagai sumber kekuatan," ungkap dia.
Perbedaan itu juga menjadi kekuatan bagi Triyono. Founder DIFA Bike ini harus dibantu untuk pulang pergi saat masih duduk di bangku sekolah. Menariknya rekan yang selalu mengantar dan menjemputnya adalah yang berbeda dengan keyakinannya.
"Tidak hanya di sekolah saat kuliah pun ada teman saya yang menjemput saya dari Boyolali jauh-jauh ke rumah saya di Sukoharjo. Kalau bukan karena dia mau memahami, kenapa capek-capek menjemput saya," terang dia.
Keberagaman yang ada saat ini tentunya harus terus dijaga, bukan berarti harus dihilangkan. Masyarakat Indonesia hanya tinggal memilih bagaimana untuk menentukan untuk menjadi kekuatan atau permasalahan.
Tag
Berita Terkait
-
4 Sumber Kekayaan Alshad Ahmad, Dari Warisan Orangtua sampai Jadi YouTuber
-
Ulasan Buku Searching: Memaknai Kehidupan dari Kejadian Sehari-hari
-
Merayakan Keberagaman! Video Viral Umat Katolik Ikut Berdoa di Hadapan Jenazah Eril
-
Pahit Manis Keberagaman di Mata Seorang Anak
-
Jaringan Nasional IDAHOBIT Desak Pencabutan Produk Hukum yang Diskriminasi Kaum Minoritas Seksual Serta Gender
Terpopuler
- 3 Pemain Keturunan yang Menunggu Diperkenalkan PSSI usai Mauro Zijlstra
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Usai Kena OTT KPK, Beredar Foto Immanuel Ebenezer Terbaring Dengan Alat Bantu Medis
- Terbukti Tak Ada Hubungan, Kenapa Ridwan Kamil Dulu Kirim Uang Bulanan ke Lisa Mariana?
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
Pilihan
-
Hasil Super League: Brace Joel Vinicius Bawa Borneo FC Kalahkan Persijap
-
Persib Bandung Siap Hadapi PSIM, Bojan Hodak: Persiapan Kami Bagus
-
5 Fakta Kekalahan Memalukan Manchester City dari Spurs: Rekor 850 Gol Tottenham
-
Rapper Melly Mike Tiba di Riau, Siap Guncang Penutupan Pacu Jalur 2025
-
Hasil Super League: 10 Pemain Persija Jakarta Tahan Malut United 1-1 di JIS
Terkini
-
Polemik Royalti Lagu: Transparan atau Tidak? Temuan Pakar UGM Bongkar Borok Sistem Distribusi
-
Kuasa Hukum Keluarga Diplomat Arya Daru Tegaskan: 'Tidak Ada Masalah Mental! Keluarga Lebih Tahu!
-
Masa Depan Generasi Jawa Terancam? PKS DIY Siap Perangi Miras Online dan Judi Online
-
Misteri Kematian Diplomat Arya Daru: Keluarga Bandingkan dengan Kasus Sambo! Ada Apa?
-
JATAYU, Investasi Karakter Pemuda dari Jogja untuk Indonesia Emas 2045