SuaraJogja.id - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut Taliban yang kini menguasai Afghanistan menolak upaya PBB untuk membantu mendapatkan dana kemanusiaan dan mengganggu pengiriman bantuan ke negara itu.
Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada Agustus 2021, bank-bank internasional waspada terhadap pengujian sanksi PBB dan Amerika Serikat sehingga kelompok-kelompok bantuan harus berjuang untuk menyediakan cukup uang agar tetap bisa beroperasi.
"Sistem perbankan formal terus memblokir transfer karena upaya menghindari risiko yang berlebihan, berdampak pada saluran pembayaran dan menyebabkan gangguan dalam rantai pasokan," kata kepala bantuan PBB Martin Griffiths kepada Dewan Keamanan.
PBB telah mencoba untuk memulai sistem Fasilitas Pertukaran Kemanusiaan (HEF) untuk menukar jutaan dolar bantuan ke mata uang Afghanistan dalam upaya membendung krisis ekonomi.
“Kami telah melihat kemajuan yang terbatas karena perlawanan oleh otoritas de facto. Ini adalah masalah yang tidak akan selesai dengan sendirinya,” kata Griffiths.
Ia mengatakan bahwa sampai sistem perbankan formal Afghanistan dapat beroperasi dengan baik lagi, PBB perlu memastikan Fasilitas Pertukaran Kemanusiaan aktif dan berjalan.
Lebih lanjut dia mengatakan sekitar setengah dari kelompok bantuan yang baru-baru ini disurvei oleh PBB melaporkan kesulitan mentransfer dana ke Afghanistan.
Griffiths mengatakan dua pertiga dari kelompok bantuan menyebutkan kurangnya uang tunai yang tersedia di Afghanistan sebagai penghambat program mereka.
Otoritas Taliban juga semakin mengganggu pengiriman bantuan kemanusiaan, meskipun ada janji kepada pejabat PBB pada September bahwa mereka tidak akan melakukannya, kata Griffiths.
"Otoritas nasional dan lokal semakin berupaya memainkan peran dalam pemilihan penerima manfaat dan menyalurkan bantuan kepada orang-orang dalam daftar prioritas mereka sendiri, dengan alasan tingkat kebutuhan yang hampir universal," ujar dia.
"Kami juga melihat lebih banyak tuntutan oleh Taliban untuk data dan informasi berkaitan dengan anggaran dan kontrak kepegawaian," katanya.
Ia juga mengungkapkan bahwa kelompok-kelompok bantuan "menghadapi kesulitan terus-menerus ketika mereka mencoba mempekerjakan perempuan Afghanistan dalam fungsi-fungsi tertentu."
Griffiths mengatakan PBB hanya menerima sepertiga dari 4,4 miliar dolar AS (sekitar Rp65,3 triliun) yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan di Afghanistan pada 2022.
"Kami tidak memiliki cukup dana," ujar dia. [ANTARA]
Berita Terkait
-
Jadwal Timnas U-17 vs Afghanistan: Fakta Menarik dan Siaran Langsung di Piala Asia U-17 2025
-
Prediksi Afghanistan vs Timnas Indonesia U-17, Jadwal hingga Siaran Langsung
-
Nova Arianto Sebut Mental Pemain Afghanistan Drop Jelang Lawan Timnas Indonesia U-17
-
Jadwal Afghanistan vs Timnas Indonesia U-17, Kesempatan Sapu Bersih Fase Grup
-
Bantah Omongan AS, Adik Kim Jong-un Tegas Menolak Denuklirisasi Korut
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
IHSG Naik 5,07 Persen Pasca Penundaan Tarif Trump, Rupiah Turut Menguat!
-
Bodycharge Mematikan Jadi Senjata Rahasia Timnas U-17 di Tangan Nova Arianto
-
Kami Bisa Kalah Lebih Banyak: Bellingham Ungkap Dominasi Arsenal atas Real Madrid
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
Terkini
-
Jogja Hadapi Lonjakan Sampah Pasca Lebaran, Ini Strategi Pemkot Atasi Tumpukan
-
Revitalisasi Stasiun Lempuyangan Diprotes, KAI Ungkap Alasan di Balik Penggusuran Warga
-
Soal Rencana Sekolah Rakyat, Wali Kota Yogyakarta Pertimbangkan Kolaborasi Bersama Tamansiswa
-
Solusi Anti Pesing Malioboro, Wali Kota Jogja Cari Cara Antisipasi Terbaik
-
Praktisi UGM Rilis 2 E-Book Kehumasan: Solusi Jitu Hadapi Krisis Komunikasi di Era Digital