Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 29 Juni 2022 | 11:44 WIB
Kepala DP3 Sleman Suparmono di sela wawancara bersama sejumlah wartawan, saat meninjau vaksinasi PMK bagi ternak, di Srunen, Glagaharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Sabtu (25/6/2022). (kontributor sleman/uli febriarni)

SuaraJogja.id - "Aja angel-angel ya, iki mau wes tiba kabeh sik ning kene (Jangan susah-susah [pertanyaannya] ya, ini tadi sudah jatuh semua yang di sini)," sebuah kelakar yang umum muncul dari seorang Suparmono, kala menyambut wartawan yang mengerubunginya.

Suparmono adalah lelaki yang didapuk menjadi Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman pada 22 Juni 2022 silam. Sebelumnya, ia menjabat Plt Kepala DP3 Sleman sekaligus Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman. Setelah hari itu, ialah kepala DP3 dan menjadi Plt Kepala Dispar.

Saat dilantik, Bupati Sleman secara langsung meminta Suparmono meningkatkan kinerja dinasnya.

Kepala DP3 Sleman Suparmono saat dilantik di Kompleks Setda Sleman, 22 Juni 2022 lalu. (dok.ist/Humas Protokol, Komunikasi Pimpinan Setda Sleman)

Sedikitnya, sektor pertanian mampu berkontribusi dalam pembangunan wilayah itu sendiri.

Baca Juga: Ze Valente: Suporter Fanatik Bikin Saya Jatuh Cinta dengan PSS Sleman

Selain itu, pekerjaan lain dari Kustini untuk Suparmono adalah agar DP3 untuk terus melakukan pengawasan ternak. Hal itu sebagai upaya penanggulangan penyakit mulut dan kuku (PMK) di wilayah Sleman.

SuaraJogja.id kemudian menemui Suparmono, menyela kegiatan kick off vaksinasi bagi ternak, di Srunen, Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, 25 Juni 2022. Hanya berselang tiga hari setelah ia dilantik. Kalau mau beropini, sepanjang kegiatan, bahasa tubuhnya menyiratkan sumringah.

Masker yang ia kenakan hari itu, tak bisa menyembunyikan area tulang pipi menggembung di baliknya. Gerak cepat saat diajak foto bersama pengampu kegiatan dan orang-orang yang bertanggungjawab dalam vaksinasi PMK, terlihat pula dari tubuh lelaki yang berdomisili di Kapanewon Kalasan itu.

Suparmono lagi-lagi harus menerima kedatangan wartawan yang mengerubunginya, di sela rapat Tim Pengendali Inflasi Daerah, Senin (27/6/2022) kemarin.

Ia lagi-lagi tak menolak permintaan wartawan, agar ia membagikan informasi mengenai perkembangan vaksinasi PMK bagi ternak.

Baca Juga: Ibu Asal Sleman Suarakan Ganja untuk Medis, MUI Akan Siapkan Fatwanya

Walau ia sempat menepuk dahinya saat namanya dipanggil sejumlah wartawan, sebelum diwawancara.

Suparmono adalah salah satu narasumber kaya gestur tubuh, termasuk setiap menjelaskan sesuatu.

Ia akan menggunakan tangan dan jemarinya, sekadar untuk memeragakan dengan sederhana maksud dari apa-apa yang ia sampaikan.

Kepada SuaraJogja.id, ia juga berbagi mengenai isi kepalanya, saat kali pertama mengetahui PMK menjangkiti ternak di Indonesia.

"Begitu saya tahu ada PMK di Jawa Timur saya langsung berkoordinasi dengan tim DP3, 'Kita siap-siap'. Karena cepat atau lambat virus pasti masuk Sleman," ungkapnya, tangan Suparmono bergerak. Persis seperti mahasiswa tingkat pertama yang bersemangat ikut presentasi tugas kuliahnya.

Pernah menjadi kepala bidang di salah satu divisi tugas DP3 Sleman, Suparmono selanjutnya meyakinkan rekan-rekan kerjanya di kantor bahwa PMK harus dibendung.

Dengan demikian, menurutnya, tim DP3  Sleman sebenarnya sudah siap, sudah sejak awal menyiapkan diri untuk menghadapi PMK.

"Saya bilang 'PMK ini Ibarat lari, lari maraton, bukan lari sprint. Kita butuh waktu dan tenaga yang lama'," sebut dia.

Ia juga masih ingat dengan apa yang dipaparkan Dirjen Pakan Ditjen PKH Kementan RI kala meninjau kick off vaksinasi PMK.

Di saat itu Dirjen menyebut bahwa kalau di masa lalu Indonesia butuh waktu 10 tahun untuk menyelesaikan PMK, maka diharapkan saat ini waktu yang dibutuhkan lebih cepat. Tentu perubahan zaman juga menjadi alasan. Baik itu perkembangan teknologi maupun banyaknya SDM mumpuni.

Menurut Suparmono, penanganan Covid-19 di Indonesia khususnya di Kabupaten Sleman, bisa didaptasi untuk menangani PMK pada ternak.

"Yo jogo betul (ya betul-betul menjaga) ternak, petugas harus care (peduli) betul dan membantu. Kalau ada keluhan masyarakat, harus turun, harus segera," tegasnya.

Pernah mengemban tugas sebagai Panewu Cangkringan, ia membagikan tips dan trik saat menangani Covid-19 di permukiman lereng Merapi.

Cangkringan pernah jadi wilayah terpapar Covid-19 paling akhir, bila dibandingkan kapanewon lain di Kabupaten Sleman.

"Kami hijau satu-satunya waktu itu. Saya ceritakan saja kiat-kiatnya. Mirip-mirip lah kalau menangani virus ya," sebut dia.

Kini, ia dan DP3 sedang berupaya keras mengajak masyarakat menjaga dua kapanewon yang masih aman dari PMK.

Seluruh tenaga kesehatan di bidang veteriner dan tim Puskeswan maupun DP3 dikerahkan. Meminta bantuan akademisi juga tak jadi soal. Demi ternak tertangani dan sembuh.

Perbedaan data kematian ternak akibat PMK yang tercatat dalam sistem dan kenyataan, bukan lantas menjadi penghambat. Toh, tim di lapangan tahu kondisi sebenarnya. 

Bukti DP3 tak sendirian bekerja melawan PMK ini, terlihat dari urun tangan para peternak, pengepul, dan orang lain yang banyak terlibat kaitannya lalu-lintas ternak.

Ada beberapa kandang komunal di Kabupaten Sleman yang menerapkan lockdown. Di antara kandang-kandang itu, kelompok menjual ternak mereka lewat penjualan daring. 

Masyarakat jelas sadar, tingginya kasus PMK mayoritas karena tipe kandang ternak yang sifatnya komunal. 

Alasan lainnya, kecepatan pelaporan saat diketahui ada ternak bergejala. 

Di tengah wawancara beberapa kali Suparmono terlihat menghela napas. Besar dugaan, karena kesulitan bernapas sambil berbicara panjang dengan menggunakan masker.

Dugaan lainnya, tak menutup kemungkinan ia lelah menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang PMK, wabah penyakit ternak yang merebak saat ia tepat sudah resmi dilantik jadi nahkoda DP3.

Apalagi mengingat, ia menganalogikan penanganan PMK di Bumi Sembada ini bak lari maraton. Maka wajar tentunya, bila seseorang terengah-engah karena berlari.

"Ya dinikmati," kata dia, seakan menebas ekspektasi bahwa ia kelelahan berjibaku dengan PMK, di awal jabatannya menjadi kepala DP3 ini.

"Aku ditinggal temen-temenku hlo," ujarnya, ingin buru-buru menyudahi tanya jawab dan bergeser lokasi. 

Kelakar Baru Suparmono: Pengin Jadi Wartawan Biar Bisa Bangun Siang

Punya jabatan ganda, seolah tak kemudian membuat Suparmono kelimpungan.

"Enggak sih, aku rileks saja. Jalan sesuai aturan, itu enak saja, enggak akrobat. Aturannya seperti ini ya jalani," terangnya, dengan bahasa tutur lebih ringan.

Menurut dia, pegawai negeri itu relatif mudah. Utama dimiliki adalah karakter paham aturan, mau menjalankan aturan, punya komitmen melayani.

"Tugas kami melayani masyarakat. Mau saya sebarluaskan ke teman-teman. Kami itu pelayan masyarakat, melayani masyarakat di sektor pertanian. Jumlah orang banyak, komoditas banyak, tentu butuh kerja keras," ujarnya, lagi-lagi ia tertawa.

Dilantik sebagai seorang kepala DP3 ia sadar betul punya banyak tanggung jawab, bukan hanya menyelesaikan PMK. Tetapi juga menyediakan pangan untuk lebih dari satu juta warga Kabupaten Sleman.

"Untuk PMK, Bupati minta kami kawal betul, ya kami kawal betul. Tapi di saat sama ya cabai kami kawal juga, bawang merah harus kita kawal, ayam joper (jowo super) harus kami kawal. Kami pastikan aman," kata dia.

Sisi kepala Suparmono yang lain juga memikirkan soal tantangan ke depan, mengenai adanya potensi krisis pangan karena perang antar negara dan sebagainya.

"Kami persiapkan semua itu. Termasuk petani milenial, kami dapat komitmen dari Kementerian Pertanian untuk latih anak muda jadi pengusaha pertanian. Besar kemungkinan yang kami latih puluhan ribu," tambahnya.

Bekerja untuk dua institusi, ia mengaku tak ada yang berubah dari dirinya. Apalagi hanya menyangkut kebiasaan bangun pagi, karena itu sudah mendarah daging pada dirinya.

"Sudah sejak dulu saya sampai ke kantor sebelum jam 06.15 WIB. Mungkin sejak di kepala bidang, di Cangkringan saya jam 06.15 WIB. Saya sekarangpun seperti itu, jadi tidak ada yang berubah," kata dia. 

Yang berbeda hanya rutinitas dan teknik membagi pekerjaan. Suparmono akan mengawali kerjanya di Dinas Pariwisata sampai pukul 07.00 WIB.

Di meja kerjanya, ia akan menyelesaikan beragam dokumen, macam-macam tugas dan memberikan disposisi. Baru selanjutnya ia memberikan dedikasinya kepada DP3.

Tugas-tugas Dinas Pariwisata ia delegasikan kepada tim lain, bila jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB lebih. Kecuali yang kaitannya kebijakan OPD dan agenda lain yang benar-benar tidak boleh diwakilkan.

Kemajuan teknologi, salah satunya kehadiran grup percakapan WhatsApp turut memudahkan koordinasi dan komunikasi Suparmono dan tim di Dispar.

"Saya seneng pingin jadi wartawan bisa bangun siang gitu, tapi ah ra isa (tidak bisa)," guraunya.

Banyak tanggung jawab bukan tandanya untuk mengeluh dan merutuk, bagi  seorang insinyur sepertinya.

"Dinikmati. Tugas, prajurit ditugaskan ya harus jalan," tandasnya. Sembari menangkupkan dua telapak tangannya di dada.

"Sampun. Matur Nuwun (Sudah. Terima Kasih)," ucapnya, menjadi penutup wawancara.

 Puskeswan di Sleman Tutup Sementara

Merespon adanya serangan PMK, Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman sendiri menerapkan kebijakan untuk menutup pusat kesehatan hewan (Puskeswan) di Kabupaten Sleman.

Kepala DP3 Sleman Suparmono menuturkan, di Kabupaten Sleman sudah ada 100 ternak disuntik vaksin, pada Sabtu (25/6/2022).

Setelah berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait, DP3 Sleman akan kembali menyuntikkan vaksin PMK kepada 1.000 ekor ternak pada Selasa (28/6/2022), 1.000 ekor ternak pada Rabu (29/6/2022) dan 1.000 ternak pada Kamis (30/6/2022).

"Maka ada 3.100 dosis vaksin sampai Kamis selesai [disuntikkan]. Kami terjunkan semua tenaga, semua Poskeswan kami masukkan ke tim," kata dia, Senin (27/6/2022).

"Jadi Puskeswan akan kami tutup. Karena semua tenaga kami kerahkan untuk menyelesaikan vaksinasi," tuturnya.

Ia menjelaskan, untuk menyuntikkan 1.000 dosis vaksin dibutuhkan 16 tim. Satu tim terdiri dari tiga orang, yakni dokter hewan, paramedis, petugas pencatat.

"[Sumber daya manusia] dinas kami tidak cukup. Kami minta dibantu akademisi kampus," kata dia.

Ternak yang berada di Kapanewon Cangkringan, Pakem, Turi, --Suparmono mengidentifikasinya dengan 'daerah atas'--, masih akan mendapatkan prioritas sebagai penerima 3.000 dosis vaksin PMK.

"Kami berpikir virus banyak juga menyebar lewat air juga. Jadi aliran air ke bawah (dari daerah tinggi ke rendah), beberapa kasus menjadi penyebar penyakit," tambahnya.

Seorang petugas kesehatan hewan dari FKH UGM sedang mencatat kondisi ternak terkena PMK dan dalam masa pengobatan, di salah satu kandang ternak milik warga, Rabu (22/6/2022). (kontributor/uli febriarni)

Ia tak membantah ada beberapa kendala dalam vaksinasi, namun dengan bantuan beberapa pihak, DP3 berkomitmen menyelesaikan kendala-kendala tersebut.

"Misalnya saja sebelum suntik kami survey ke kandang, ternak bebas tak ada yang sakit. Tapi waktu masuk jadwal suntik, di sana ketahuan satu atau dua [ternak] bergejala [sakit], maka satu kompleks itu kami tinggal. Cari yang lain," jelasnya.

Hal itu dilakukan, karena DP3 harus memastikan bahwa yang disuntik vaksin adalah ternak sehat.

"Itu tidak mudah," ucapnya.

Kendala lainnya, masih ada warga tak mau atau ketakutan sapinya disuntik. Laiknya sebagian masyarakat yang tak mau tubuhnya disuntik vaksin.

Stok Iduladha Tipis, Sleman akan Kedatangan Ratusan Ternak dari Luar Daerah

Stok kurban untuk kebutuhan Iduladha 2022 di Kabupaten Sleman mengalami kekurangan.

Bupati Sleman Kustini menyebut, dari total sebanyak 9.000 ekor ternak yang diperlukan sebagai kebutuhan Iduladha. Sementara itu di Kabupaten Sleman hanya ada 5.000 ekor ternak dan 2.000 lebih di antaranya sudah terjangkit PMK.

Artinya, sedikitnya Pemkab Sleman memerlukan tambahan sekitar 6.000 ekor ternak lagi, untuk memenuhi kebutuhan Iduladha.

Ia mengungkap, ada sejumlah cara yang dilakukan oleh Pemkab Sleman untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Yakni tracing saat ada lalu-lintas ternak, yang akan masuk ke Kabupaten Sleman.

"Kami bekerjasama pula dengan Polri untuk melihat dan mengawasi hewan ternak yang masuk ke Kabupaten Sleman," jelasnya.

Kepala DP3 Sleman Suparmono mengungkap, ia sudah menandatangani permohonan masuk 500 ekor sapi Bali, sapi PO 17 ekor, serta kambing dan domba 76 ekor.

Selain mendapat wewenang untuk mengeluarkan surat izin kepada pihak-pihak yang akan membawa masuk ternak ke Kabupaten Sleman, DP3 juga akan mengecek instalasi kandang, karantina ternak dan sebagainya.

"Sepanjang cukup, kami beri rekomendasi bahwa secara teknis layak mendatangkan ternak. Kemudian, yang punya kewenangan untuk membolehkan atau tidak [ternaknya datang] ada di DIY," paparnya.

"Kami komunikasi terus dengan DIY, agar selalu dibantu karena faktanya kebutuhan ternak kami kurang," tandasnya.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More