Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 15 Agustus 2022 | 17:51 WIB
Dina Setiyawati dan Miftah Rizaq, di ruang tamu sekaligus ruang pamer Upajiwa Gallery, kala disambangi SuaraJogja.id, Senin (15/8/2022). (kontributor/uli febriarni)

Makan adalah sebuah kebutuhan dasar manusia. Setiap hari kita butuh makan, maka tak salah bila kita dengan sesama teman saling peduli menyoal yang satu itu. Belum lagi, kita tak pernah tahu apa saja yang sudah dilalui orang dalam menjalani hidup mereka.

"Kadang ada justru dari kita malah ceng-cengin (meledek) teman yang belum makan karena tidak punya uang. 'Masak kanggo mangan tok ra nduwe duit! (Masak hanya untuk makan saja tidak punya uang!)'," tuturnya.

"Hey, kamu enggak tahu kondisiku seperti apa," imbuh Dina mengelus dada.

Daripada Jauh-jauh Berdonasi, Lebih Baik Lakukan Tindakan Sama Bagi Sekitarmu

Baca Juga: Tandang ke PSS Sleman, Pelatih Persib Bandung Wanti-wanti Tekanan Suporter Tuan Rumah

Dina, --perempuan yang dinikahi Miftah ada akhir 2021 itu--, punya prinsip sama dengan Miftah.

Awal mereka membiasakan betul berbagi makan gratis kepada tamu, memang dimulai sekitar Juli 2022. Saat pameran Upajiwa diselenggarakan.

Kala itu setiap tamu yang datang ke galeri, diajak makan bersama. Demikian juga tamu, kenalan baru dari Majid, --salah satu tim galeri--.

Tetapi, yang sesungguhnya jadi motivasi mereka terus untuk sekuat tenaga mengajak banyak orang makan bersama, adalah tradisi Jawa.

Majid, juru masak di dapur berbagi makan gratis Upajiwa Gallery, menyelesaikan masakannya, Senin (15/8/2022). (kontributor/uli febriarni)

Tradisi yang menekankan, setiap tamu harus dijamu. Siapapun yang datang ke rumah akan dihidangkan apapun yang juga dikudap oleh tuan rumah. Tak jarang pula dengan pangan yang justru lebih nikmat, ketimbang yang biasa ditelan tuan rumah.

Baca Juga: Pelaku Desa Wisata di Sleman Ingin One Hotel One Village Digencarkan

Sependek ingatan Dina, ia punya tamu pameran yang merupakan anak kos. Usai ditawari makan, teman mereka satu itu sempat menolak. Tapi, Dina memberikan pengertian.

"Ayok lah makan bareng, setidaknya nanti di kos kamu tidak usah makan lagi, uang makan kamu bisa diplot makan untuk jadwal berikutnya atau keesokan hari," ucap Dina mengulang.

Tak ada pos tambahan khusus yang ia siapkan untuk jamuan bersama gratis ini, imbuh Dina. Sebab pada prinsipnya mereka menyediakan makan gratis sebagai jamuan biasa. Semampu mereka.

"Ini seperti bila tetangga ke rumah. Apa yang ada, itu yang akan kami hidangkan. Kami tidak memaksakan harus membuat sejumlah sekian porsi, tidak, kami tidak memaksakan diri," kata dia.

Hal itu pula yang membuat pasutri ini menolak donasi, terlebih dalam bentuk uang atau bahan makanan dalam jumlah besar.

"Kalau donasi nanti beban, kalau ditanyain. Jadi ya kami semampunya saja. Orang datang, bertamu ya jamuan biasa saja, tidak berlebihan," ucapnya.

Load More