SuaraJogja.id - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta mencatat kualitas air yang kian memburuk di setiap tahunnya. Limbah domestik disebut jadi salah satu penyumbang terbesar dalam persoalan ini.
"Sebenarnya limbah domestik malah yang sangat mengganggu dibandingkan dengan (limbah) industri. Karena di Kota Jogja kan hampir enggak ada industri yang berada di pinggir sungai," kata Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas dan Pengawasan Lingkungan Hidup DLH Kota Yogyakarta Very Tri Jatmiko dihubungi awak media, Kamis (18/8/2022).
Limbah domestik atau rumah tangga yang ditengarai menjadi penyebab memburuknya kualitas air di kota pelajar ini bukan tanpa alasan. Sebab permukiman warga di sepanjang areal sungai itu lebih banyak ketimbang tempat industri.
"Memang lebih banyak permukiman warga yang berada di sepanjang areal sungai itu," ucapnya.
Baca Juga: Upaya Kendalikan Inflasi di Kota Jogja, Pemkot bakal Lakukan Kajian Ulang
Disampaikan Very, limbah rumah tangga seperti hasil cucian baju, laundry itu berpengaruh kepada kualitas air. Belum lagi ditambah denhan rumah makan yang berada di pinggir sungai juga turut menyumbang limbah domestik itu.
"Industri kecil itu malah kontribusinya yang bahaya dibandingkan dengan industri besar," tuturnya.
Ia mengakui akan susah untuk secara serta merta menghentikan total pembuangan limbah domestik itu ke sungai. Sehingga satu upaya yang perlu terus digalakkan adalah mengurangi kuantitas limbah domestik itu.
Terlebih dengan sarana prasarana permukiman padat penduduk yang terbatas. Salah satunya terkait dengan keberadaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal.
"Kalau distop mungkin tidak langsung. Dikurangi sajalah. IPAL komunal juga itu sebenarnya bagus tetapi kan saya tidak bisa berkomentar masalah itu karena bukan kewenangan saya. Jadi intinya ya dikurangi (limbah domestiknya)," tandasnya.
Baca Juga: Liburan ke Jogja Bareng Ayang, Intip Detail Outfit Tomboy Tiara Andini
Diketahui DLH Kota Yogyakarta juga telah menemukan bakteri E-Coli secara merata di sungai yang ada di wilayahnya. Bahkan tidak sedikit sumur warga yang sudah tercemar bakteri E-Coli.
Temuan itu sendiri sudah cukup lama setidaknya sejak 5 tahun lalu dan hingga saat ini kondisi air pun juga semakin buruk.
Berita Terkait
-
Gaji Rp18 Juta di Jakarta atau Rp9 Juta di Jogja? Pahami Dulu Biaya Hidup Kota Ini
-
5 Rekomendasi Mie Ayam Jogja Murah Seharga Kantong Mahasiswa
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
-
7 Kampung Ngabuburit Populer di Jogja yang Harus Kamu Datangi di Akhir Pekan Ramadan
-
Kepala BGN Sebut Gizi Tak Bagus Jadi Biang Kerok Timnas Kalah, Anggota DPR: Jangan Lebai
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
Pilihan
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
-
IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
-
Terus Pecah Rekor! Harga Emas Antam 1 Gram Kini Dibanderol Rp1.975.000
Terkini
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan
-
Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin
-
PNS Sleman Disekap, Foto Terikat Dikirim ke Anak: Pelaku Minta Tebusan Puluhan Juta
-
Tendangan Maut Ibu Tiri: Balita di Sleman Alami Pembusukan Perut, Polisi Ungkap Motifnya yang Bikin Geram
-
Ribuan Umat Padati Gereja, Gegana DIY Turun Tangan Amankan Paskah di Jogja