Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 01 September 2022 | 20:04 WIB
Desita Dwi Rahmatulloh (tengah) bersama kedua orang tuanya. (Dokumentasi: UNY).

SuaraJogja.id - Desita Dwi Rahmatulloh menjadi wisudawan dengan indeks prestasi tertinggi jenjang S1 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial UNY prodi ilmu komunikasi tersebut berhasil meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,93. 

Desita sendiri diketahui bukan berasal dari keluarga yang berada. Ayah dan ibu Desita, Sugeng Sihono dan Suryani justru dikenal sebagai penjual lauk pauk. Namun hal itu tak menghalangi ia untuk berprestasi.

Desita menuturkan orang tuanya selalu mendukungnya dalam menentukan pilihan termasuk saat kuliah. Orang tuanya tak pernah memaksakan kehendak dalam memilih jurusan dan universitas. 

"Bagi saya, diberi kepercayaan untuk memilih apa yang saya minati adalah sebuah dukungan tersendiri," kata Desita dalam keterangannya, Kamis (1/9/2022). 

Baca Juga: 85 Pekerja Migran di Malaysia Diwisuda UT, Lulusan Terbaik dengan IPK 3,82

Kebebasan dan kepercayaan penuh dari orang tua itu nyatanya membentuk jiwa tanggungjawab Desita dalam dunia pendidikan. Terlihat sejak SD hingga SMK ia selalu berhasil meraih ranking.

Peraih beasiswa Bidikmisi itu pun juga aktif berpartisipasi dalam organisasi di sekolah, berbagai lomba hingga sempat mengikuti program pertukaran pelajar yang dibiayai oleh beberapa BUMN.

Selama kuliah, Desita pun turut aktif pada unit kegiatan mahasiswa Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Badan Semi Otonom Ilmu Komunikasi.

"Orang tua saya tidak pernah menuntut. Namun karena diberi kepercayaan, saya terpacu untuk belajar mandiri dan bertanggungjawab dengan hidup," ungkapnya.

Kemandirian itu dibuktikan Desita dengan membantu meringankan beban orang tuanya ketika ia memutuskan untuk bekerja semasa kuliah. Gadis kelahiran 24 Desember 1999 itu pernah bekerja sebagai freelancer guna mencari uang tambahan. 

Baca Juga: Momen Haru 85 PMI Di Malaysia Raih Gelar Sarjana Saat Wisuda Di Universitas Terbuka, Lulusan Terbaik Raih IPK 3,82

Perempuan asal Sariharjo, Ngaglik, Sleman itu pernah terikat kontrak juga untuk menjadi penyiar di salah satu radio pendidikan di Jogja. Ia mengaku mendapat banyak pengalaman pada masa-masa itu.

Meskipun disibukkan dengan berbagai kegiatan di organisasi dan bekerja, Desita menyebut tak pernah mengesampingkan kuliahnya. Menurutnya kuliah menjadi prioritas utamanya yanb harus diselesaikan sebaik mungkin.

Ia menilai bahwa belajar dapat dilakukan dari manapun dan siapapun. Tak melulu harus dari kelas saja tapi juga dari teman-teman yang lain.

Walaupun memang bisa mencapai prestasi IPK tertinggi ini bukan hal mudah. Desita bahkan sempat tak lolos jalur SNMPTN dan harus mengikuti ujian SBMPTN tepatnya tahun 2018 lalu.

"Setelah dinyatakan tidak lolos pada jalur SNMPTN, saya mencoba belajar secara online dan meminjam beberapa buku. Sehingga dapat memanfaatkan waktu yang terbatas untuk belajar materi secara mandiri," tuturnya.

Sang ibu, Suryani mengatakan memiliki keinginan yang besar agar putrinya dapat menempuh pendidikan yang jauh lebih layak. Mengingat ia hanya lulusan SMP saja dan sang suami juga tak berkesmpatan mengicipi bangku kuliah.

Diakui Suryani, ia dan suami tak pernah memaksa Desita untuk memilih jurusan kuliahnya. Pihaknya memberikan kepercayaan dan dukungan penuh kepada si anak untuk terus bertumbuh dan bertanggungjawab. 

"Kami tidak memaksa anaknya mau mengambil jurusan apa dan minat seperti apa. Bapaknya pernah mengarahkan untuk sekolah di bidang lain, tetapi anaknya tidak bisa. Jadi kami sebagai orang tua cukup mendukung pilihannya saja," kata Suryani. 

Setelah menyelesaikan studi S1 Desita berharap agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Namun untuk saat ini fokusnya akan bekerja terlebih dulu untuk bekal finansial ke depan.

Diketahui sebelumnya Wisuda UNY periode Agustus dilaksanakan secara luring pada Sabtu (27/8/2022) di GOR UNY. Kegiatan ini merupakan pertama kalinya UNY menggelar wisuda secara luring setelah pandemi Covid selama 2 tahun.

Load More