SuaraJogja.id - Keberadaan keris di Indonesia, termasuk di DIY masih cukup besar meski tak banyak terlihat. Di DIY misalnya, ada lebih dari 20 ribu keris yang dimiliki para empu, perajin dan kolektor.
Namun sayangnya, 60 persen dari keris-keris tersebut tidak terawat dengan baik dan mengalami kerusakan. Banyak pemilik yang tidak tahu atau tidak mau merawat keris dengan benar.
"Akibatnya banyak koleksi keris yang berkarat atau bahkan gripis (cuil-red)," ujar Wasekjen Senapati Nusantara yang juga Ketua Umum Musyawarah Agung Senapati Nusantara(MAS) 2022, Nurjianto disela pameran keris dan MAS di Yogyakarta, Sabtu (17/09/2022).
Padahal UNESCO sudah menetapkan keris sebagai Warisan Budaya Tak Benda sejak 25 November 2005 lalu. Usulan para empu untuk penetapan Hari Keris Nasional kepada Kemendikbudristek pun belum juga mendapatkan tanggapan.
Baca Juga: Telanjur Hamil, Angka Pernikahan Dini DIY Tinggi Selama Pandemi
"Penetapan hari keris penting sekali agar masyarakat luas kembali mengingat keberadaan keris sebagai warisan luar biasa dari nenek moyang kita, tapi seperti mandeg[berhenti-red] di mas menteri (nadiem makarim-red)," tandasnya.
Karena itu Senapati Nusantara sebagai paguyuban keris atau tosan aji selain mengawali pengajuan Hari Keris Nasional sebenarnya juga mendorong daerah untuk menetapkan perda tentang keris. Perda tersebut diperlukan sebagai upaya daerah mengembangkan ekosistem perkerisan, dari sisi spiritual, pendidikan, art, sains metalurgi, seni kriya, dan juga elemen ekonomi UMKM-nya.
Apalagi tidak hanya sekedar keris, banyak daerah Indonesia yang memiliki tosan aji seperti tombak dan jenis lainnya. Diharapkan dengan hadirnya Perda ini, akan memberi arahan bagaimana pengembangan SDM perajin, termasuk strategi pemasarannya.
“Gak perlu bahas yang rumit-rumit, jika dijadikan hari nasional dan diwajibkan semua ASN, Polisi dan Tentara untuk pakai keris sehari saja dalam setahu berarti akan ada 5 juta keris yang terjual. Kalikan rata-rata sejuta saja sudah Rp 5 triliun rupiah putarannya,” paparnya.
Melalui MAS kali ini, lanjut Gus Polen, Senapati Nusantara mengawal Bupati Sumenep untuk menepatkan Kabupaten Sumenep sebagai Kota Keris. Selain itu bekerjasana dengan Kabupaten Sumenep dalam penyusunan Perda Rencana Strategis Pengembangan Keris.
Baca Juga: Vaksin Booster Covid-19 Jadi Syarat Pencairan BLT, Binda DIY Siap Bantu Pemkab Bantul
Perda itu juga membuat pelestarian keberadaan keris atau tosan aji bisa dilakukan sejak dini. Satuan pendidikan dari SD sampai universitas bisa mengenalkan sejarah dan kebudayaan keris termasuk di dalam sains keris.
Pemerintah daerah pun perlu ikut mendorong pameran secara rutin dan kerjasama dengan instansi lain. Seperti yang dilakukan para empu di Sumenep yang akhirnya kebanjiran banyak pesanan souvenir keris untuk acara G20.
"Pemda bisa ikut menjaga artefak-artefak, keris-keris tua untuk tidak lari ke luar negeri. Kalau satu dan dua sukses kan perdagangan bisa diganti dengan keris karya empu-empu masa kini sehingga artefak akan tetap di Indonesia. Kita butuh museum keris, kurator, dan juga para penjaga gawang tapi juga dengan cara membantu. Soal pengiriman ke luar negeri, selama ini jadi masalah besar karena lewat jalan belakang. Nah, sudah dibuat terbuka saja,” paparnya.
Sementara Ketua Pelaksana Harian organisasi induk keris terbesar di Indonesia, Senapati Nusantara, MM Hidayat, memaparkan minat para kolektor dan empu serta perajin untuk terus eksis pasca pandemi sangat tinggi. Buktinya dalam MAS kali ini,pelaku bursa keris datang dari seluruh penjuru Nusantara seperti dari Jawa Timur dan Madura, Bali dan Lombok, Sulawesi, Sumatera, Jakarta, Jabar, Solo, Yogyakarta, Semarang dan daerah-daerah lain belum bergabung menjadi anggota Senapati Nusantara.
“Kami, panitia MAS sampai nangis, semalam sampai nangis semua, barengan nangis dan mengucap syukur. Antusiasme dan semangat kawan-kawan benar-benar seperti slogan MAS 2022 ini yakni Keris Nusantara untuk Indonesia Bangkit,” jelasnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Mesranya Agnez Mo dan Adam Rosyadi Jadi Sorotan, Keris Naga Sasra Zaman Majapahit Muncul di Jogja setelah Lama Hilang
-
Ratusan Tahun Hilang, Keris Naga Sasra Zaman Majapahit Muncul di Jogja
-
Pemuda Berbusana Adat Ngamuk Serang Pengendara di Kerobokan Bali Dengan Keris
-
Trik Pengobatan Gus Samsudin Dibongkar Mantan Kameramen, Keris Nyangkut di Lengan Baju
Terpopuler
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- 5 Mobil Eropa Bekas yang Murah dan Tahun Muda, Mulai dari Rp60 Jutaan
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Bekas Bermesin Gahar tapi Murah: Harga Rp60 Jutaan Beda Tipis dengan XMAX
- Pemain Keturunan Medan Rp 3,4 Miliar Mirip Elkan Baggott Tiba H-4 Timnas Indonesia vs Jepang
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Anti Hujan Terbaik 2025: Irit, Stylist, Gemas!
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan dengan NFC Terbaru Juni 2025
-
Timnas Indonesia Cuma Jadi Samsak Uji Coba, Niat Jepang Hanya Ekspermien Taktik dan Pemain
-
Daftar 10 Merek Mobil Buatan Pabrik Indonesia Terlaris di Luar Negeri, Toyota Masih Juara?
-
Partainya Lebih Dipilih Jokowi, DPW PSI Jateng: Kader Berbunga-bunga
-
3 Rekomendasi HP Murah Memori 512 GB dengan Performa Handal, Terbaik Juni 2025
Terkini
-
Sleman Banjir Wisatawan, Mei 2025 Catat Rekor Kunjungan, Ini 3 Destinasi Favoritnya
-
Geger! Penyadapan KPK Tanpa Izin Dewas? Ini Kata Ahli Hukum Pidana
-
UGM Temukan Cacing Hati di Hewan Kurban, Tapi Ada Penurunan Drastis, Apa Penyebabnya?
-
Relokasi Jukir dan Pedagang ke Menara Kopi Terancam Gagal: Izin Keraton Jogja Belum Turun
-
Pabrik Garmen Belum Pulih Pascakebakaran, Pemkab Sleman Kejar Solusi Hindari PHK