SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, mengintensifkan skrining penyakit tuberkulosis (TB) di masyarakat dalam rangka mewujudkan nol tuberkulosis di wilayah ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Sri Budi Utami di Kulon Progo, Selasa, mengatakan program nol TB di Kulon Progo sudah berlangsung sejak 2019, yang dimulai dari skrining di salah satu pondok pesantren di Kulon Progo.
"Kami mengintensifkan skrining di masyarakat dalam rangka percepatan nol TB di Kulon Progo," kata Sri Budi Utami, Selasa (20/9/2022).
Ia mengatakan stigma negatif masyarakat terhadap penyandang tuberkulosis (TB) masih ada, sehingga penderitanya banyak yang memilih tidak berobat ke layanan kesehatan terdekat. Hal ini mereka lakukan agar sakitnya tidak diketahui oleh lingkungan sekitarnya.
Angka kesembuhan penderita TB sebenarnya bisa tinggi jika deteksi dini dilakukan dengan diikuti pengobatan yang baik dan sesuai aturan. Namun demikian, hal ini masih terkendala karena adanya stigma dari masyarakat dan juga pengobatan yang lama.
"Untuk itu, kami mengajak semua pihak, khususnya kepala Puskesmas dan panewu atau camat agar ada perbaikan. Temuan kasus lebih banyak dan penanganannya bisa lebih baik," katanya.
Sri Budi Utami mengatakan kasus tuberkulosis masih cukup tinggi di Indonesia. Namun demikian, temuan kasus TB masih kecil dengan persentase 30-35 persen dari target. Padahal, dari segi jumlah, tuberkulosis di Indonesia diperkirakan tinggi. Kendala lain, adalah waktu pengobatan yang lama dan kadang menjadi tidak tuntas.
Kendala-kendala yang dihadapi, seperti pengobatan yang tidak teratur dan tidak tuntas akhirnya menyebabkan munculnya TB resisten obat.
"Ini harus menjadi perhatian agar penanggulangan kasus TB bisa lebih baik lagi," katanya.
Baca Juga: Ketahui 10 Fakta dan Mitos Penyakit Tuberkulosis atau TB
Sementara itu, Ketua Zero TB DIY, Rina Triasih berharap program nol TB yang dilakukan timnya bisa dilanjutkan joleh pihak lainnya. Tidak hanya oleh bidang kesehatan, namun juga peningkatan dukungan pihak lain seperti dari kapanewon (kecamatan).
"TB ini penyakit yang kompleks, sehingga butuh kerja sama lintas sektoral," kata Rina. [ANTARA]
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Bidik Peningkatan Kunjungan Wisatawan Mancanegara, Pemkot Jogja Dorong Tambahan Direct Flight
-
Usai Viral Sebut Jokowi Bukan Alumni, Layanan LISA AI UGM Tak Bisa Digunakan
-
Gudeg Legend di Jogja Sediakan Makanan Gratis, Sajikan Menu Nusantara untuk Perantau Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Spesial Jumat Berkah untuk Warga Jogja: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
UGM Buka Peluang Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera