SuaraJogja.id - Kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada pekan ke-11 BRI Liga 1 (1/10/2022) menambah sederet luka mendalam sepanjang sejarah berjalannya kompetisi sepak bola tanah air.
Kerusuhan yang mengakibatkan ratusan jiwa melayang bermula saat para pendukung Arema FC tak terima klub kebanggaannya dikalahkan oleh tim bebuyutannya. Singo Edan dipaksa harus mengakui keunggulan Bajul Ijo dengan skor akhir 2-3.
Duel klasik yang terjadi antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang berlangsung dengan intesitas tinggi. Teror demi teror terus diberikan oleh pemain ke-21 tuan rumah. Hingga peluit akhir dibunyikan, pertandingan berjalan lancar tanpa gangguan.
Namun sangat disayangkan setelah kekalahan Arema FC atas Persebaya Surabaya, kerusuhan terjadi di dalam stadion. Para oknum Aremania turun dari tribun dan masuk ke tengah lapangan untuk meluapkan ketidakpuasannya akan hasil yang diraih oleh tim kebanggaannya.
Baca Juga: Menpora Minta PSSI dan LIB Lakukan Investigasi Tragedi Kanjuruhan
Mendapati kericuhan para suporter yang tak terbendung, aparat kepolisian mengambil tindakan yang salah menurut publik. Mereka menembakkan gas air mata ke salah satu tribun. Bermula dari kejadian itu ratusan korban jiwa terus berguguran, hingga tulisan ini dibuat setidaknya sudah ada 187 orang yang tewas akibat kejadian itu.
Banyak yang menyayangkan kejadian di Stadion Kanjuruhan tersebut. Bahkan kalangan netizen menyepakati jika lebih baik tak ada kompetisi sepak bola jika nyawa menjadi korbannya.
"Penembakan gas air mata salah satu penyebab ratusan jiwa tewas di stadion kanjuruhan. STOP KOMPETISI ATAS DASAR KEMANUSIAAN!" Ungkap salah seorang netizen.
"Lebih baik tak ada kompetisi jika nyawa harus jadi taruhan. Tak ada sepkbola yg seharga nyawa," tegas netizen yang lain.
"ini sdh kejadian yg kesekian kali dan memakan korban paling banyak. hentikan sja kompetisi. jika tk bsa berbenah korban yg lain akn berjatuhan," ucap netizen lainnya.
Baca Juga: Ratusan Suporter Meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan, NU dan Muhammadiyah Ikut Berduka
"sepak bola tdk dpt di tukr dgn nyawa. bubarkan sja kompetisi bsa jdi pilihan terbaik kalo hrus terus menerus kyk gini," kata netizen satunya.
Berita Terkait
-
Larangan Suporter Away di Liga 1 Belum Tentu Dicabut, Kenapa?
-
Bakal Ada Wasit Asing Ngawal Pertandingan Rawan di 7 Laga Sisa BRI Liga 1
-
Pemain-pemain Persija Sedang Marah! Kenapa?
-
Hasil BRI Liga 1: Kalahkan Persija, Madura United Keluar dari Zona Degradasi
-
Prediksi Madura United vs Persija Jakarta: Jaminan Duel Panas Usai Lebaran!
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
Bodycharge Mematikan Jadi Senjata Rahasia Timnas U-17 di Tangan Nova Arianto
-
Kami Bisa Kalah Lebih Banyak: Bellingham Ungkap Dominasi Arsenal atas Real Madrid
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
-
APBN Kian Tekor, Prabowo Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
Terkini
-
Jogja Hadapi Lonjakan Sampah Pasca Lebaran, Ini Strategi Pemkot Atasi Tumpukan
-
Revitalisasi Stasiun Lempuyangan Diprotes, KAI Ungkap Alasan di Balik Penggusuran Warga
-
Soal Rencana Sekolah Rakyat, Wali Kota Yogyakarta Pertimbangkan Kolaborasi Bersama Tamansiswa
-
Solusi Anti Pesing Malioboro, Wali Kota Jogja Cari Cara Antisipasi Terbaik
-
Praktisi UGM Rilis 2 E-Book Kehumasan: Solusi Jitu Hadapi Krisis Komunikasi di Era Digital