Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 02 Oktober 2022 | 12:41 WIB
Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya dalam pertandingan sepak bola BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.

SuaraJogja.id - Sebuah tragedi, ratusan nyawa melayang seusai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/9/2022). Para suporter terlibat kericuhan hingga masuk ke lapangan karena tidak terima tim kesayangannya kalah.

Salah seorang netizen yang mengaku berada di lokasi kejadian saat itu, melihat langsung pertandingan tersebut. Ia menceritakan melalui cuitannya di akun @rezqiwahyu_05. Terpantau ada seratus ribu likes dengan ratusan komentar.

Kronologi kejadian tersebut berawal saat dirinya menyaksikan pertandingan yang awalnya masih tertib hingga di menit-menit akhir pertandingan usai.

"Assalamualaikum Sebelumnya saya turut berduka cita sedalam-dalamnya terhadap korban insiden yg terjadi di stadion Kanjuruhan pertandingan Arema vs Persebaya. Yang kedua syukur alhamdulillah, saya diberi keselamatan sampai dirumah, dan Bisa menceritakan kronologi versi sya pribadi disini," tulisnya dikutip Minggu (2/10/2022).

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Viral Sampai China, Video Ricuh Disebar Media Lokal

"Disini saya akan coba menceritakan kronologi insiden yang terjadi di kanjuruhan 1 Oktober 2022.Dari awal saya masuk stadion [kondisi pemain sedang pemanasan] semua berjalan aman dan tertib hingga kick off pukul 20.00," tulisnya.

"Kick off dimulai dan pertandingan berjalan aman, tanpa kericuhan sedikitpun, yang ada hanya supporter Arema saling melontarkan psywar ke arah pemain persebaya," lanjutnya.

"Babak pertama selesai, dan saat jeda istirahat, ada sekitar 2-3 kali kericuhan sedikit di tribun 12-13, yang bisa segera diamankan oleh pihak berwenang," kata dia.

"Babak ke-2 berlanjut dan tim persebaya berhasil mencetak golnya yang ke-3. Arema FC semakin tampil menyerang menggempur gawang Persebaya, tapi tidak ada gol yang tercipta," tulisnya.

"Hingga peluit akhir dibunyikan arema tidak bisa menambah golnya, dan harus menerima kekalahan. Disinilah awal mula tragedi dimulai, setelah peluit di bunyikan, para pemain arema tertunduk lesu dan kecewa," urai dia.

Baca Juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan, Haruskah Petugas Lemparkan Gas Air Mata? Simak Poin Aturan FIFA Ini

Dalam penjelasan berikutnya netizen ini menceritakan kericuhan mulai terjadi. Ia juga melihat bahwa manajemen Arema juga sudah memberikan gestur meminta maaf.

"Semakin banyak serangan, semakin gemas juga kita sebagai supporter menontonnya..." katanya.

"Pelatih Arema dan Manager tim mendekati tribun timur dan menunjukkan gestur minta maaf ke supporter. Disisi lain, ada 1 orang supporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan Maringa. Terlihat sedang memberikan motivasi dan kritik kepada mereka," tulisnya.

"Kemudian ada lagi beberapa oknum yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema, terlihat john alfarizie mencoba memberi pengertian kepadan oknum-oknum tersebut," tulisnya.

"Namun, semakin banyak mereka berdatangan, semakin ricuh kondisi stadion karena dari berbagai sisi stadion juga ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya ke pemain," ujarnya.

"Di ikuti dengan lemparan berbagai macam benda ke arah lapangan, dan para suppoter yang semakin tidak terkendal, akhirnya pemain digiring masuk kedalam ruang ganti dengan kawalan pihak berwajib," lanjut dia.

"Setelah pemain masuk, supporter makin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan," katanya.

Akibat kritikan dan luapan emosi di lapangan, kondusivitas tak terbendung. Aparat mencoba membubarkan para suporter yang sudah tersebar di dalam lapangan.

"Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para supporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, dipentung dengan tongkat panjang, 1 supporter di keroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," kata dia.

"Tapi saat aparat memukul mundur supporter di sisi selatan, supporter dari sisi utara yang menyerang ke arah aparat, karena semakin banyaknya supporter yang masuk ke lapangan dan kondisi sudah tidak kondusif, aparat menembakkan beberapa kali gas air mata ke arah suporter di lapangan," tulisnya.

Tembakkan gas air mata yang dilepas aparat berbuntut perlawanan dari para suporter.

"Silih berganti supporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara," kata dia.

"Yang akhirnya, selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembak-tembakan gas air mata ke arah supporter [ke tribun]," tulisnya.

Di cuitan berikutnya, suporter ini melihat adanya puluhan gas air mata yang ditembakkan.

"Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah supporter, disetiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata. Ada juga yang langsung ditembakkan ke arah tribun penonton, yaitu di tribun 10," tulisnya.

"Para supporter yang panik karena gas air mata, semakin ricuh diatas tribun, mereka berlarian mencari pintu keluar, tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak karena para supporter panik terkena gas air mata," tulisnya.

"Banyak ibu 'wanita' orang tua dan anak anak kecil yang terlihat sesak gak berdaya, gak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion. Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata, seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet," urainya lagi.

"Di dalam stadion mereka sesak krna gas air mata yang sudah ditembakkan ke berbagai arah. Sedangkan untuk keluar stadion pun gak bisa karena macet penuh sesak di pintu keluar. Dil uar stadion banyak yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata," tulisnya.

"Dan sekitar pukul 22.30 juga masih banyak insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat, dan pengeroyokan Supporter terhadap aparat yang dianggap mengurung kita di dalam Stadion dengan puluhan gas air mata," tulisnya.

"Dan terjadi beberapa tembakan gas air mata kembali di luar stadion. Lebih tepatnya disekitar tribun 2 Kanjuruhan," tulisnya.

"Kondisi luar stadion kanjuruhan sudah sangat mencekam. Banyak supporter yang lemas bergelimpangan, teriakan dan tangisan wanita, ada juga supporter yang berlumuran darah, mobil hancur, kata makian dan amarah. Batu batako, besi dan bambu berterbangan," tulisnya.

"Dan selama saya jadi supporter arema, saya dikenalkan arema oleh orang tua saya saat tahun 2007 hingga saat ini," tulisnya.

"Hari ini 1 Oktober 2022 adalah titik terendah saya menjadi seorang supporter. Saya masih belum percaya menyaksikan saudara saya dengan kondisi seperti ini," ujarnya.

"Tanpa mengurangi rasa respect saya kepada keluarga korban, Disini saya mencoba menjelaskan kronologi yang saya alami secara pribadi," ungkapnya.

"Saya sangat terpukul dengan adanya insiden ini dan semoga kejadian ini adalah yang terakhir di semua cabang olahraga dan hiburan, khususnya di sepak bola," tulisnya.

Hingga kini korban yang dilaporkan meninggal dunia atas kericuhan itu bertambah yang semula 127 korban, saat ini mencapai 182 orang.

Kontributor : Ismoyo Sedjati

Load More