Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Wahyu Turi Krisanti
Jum'at, 07 Oktober 2022 | 10:43 WIB
Ilustrasi dbd - perbedaan DBD dan tipes. (Pixabay/wikiImages)

SuaraJogja.id - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bantul menunjukkan peningkatan yang signifikan. Bahkan sepanjang tahun 2022 ini hingga bulan September ditemukan 3 orang meninggal dunia akibat DBD.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Masyarakat Dinas Kesehatan Bantul, Wahyu Budi Santosa menyebutkan hingga awal Oktober ini tercatat jumlah penderita DBD di Kabupaten Bantul mencapai 802 orang. Jika dibanding dengan periode 2019-2020, jumlah kasus DBD tahun ini mengalami lonjakan pesat.

"Itu yang meninggal sejak April dan terakhir September kemarin," terangnya, Kamis (6/10/2022).

Ia mengungkapkan untuk wilayah endemis DBD masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yaitu Kapanewon Sewon, Banguntapan, Kasihan, Bambanglipuro dan Bantul. Wilayah tersebut juga memiliki jumlah penduduk lebih banyak dibanding kapanewon lain.

Baca Juga: Stok Vaksin Bantul Nyaris Habis, Dinkes Bantul Masih Tunggu Pasokan

Pandemi Covid-19 yang berjalan selama dua tahun, ujarnya, tidak bisa dijadikan patokan atau pembanding dengan tahun ini. Sebab selama pandemi tidak ada laporan yang masuk mengenai kasus DBD.

Ia mengimbuhkan wilayah Bantul sendiri pernah mencatat ledakan kasus DBD di tahun 2016. Adapun jumlah kasus DBD pada masa itu sebamyak 2.442 orang dengan angka kematian 4 orang.

"Angka kematian 0,12 persen saat itu," tambahnya 

Wahyu Budi menjelaskan, berdasarkan kesimpulan dari audit yang mereka lakukan penyebab kematian pasien DBD tahun ini disebabkam keterlambatan merujuk dari keluarga bukan dari faskes dimana pasien dibawa ke faskes sudah dalam kondisi kritis.

"Agar tidak terulang kami berupaya mengajak PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dan mulai menerapkan tehnologi aedes wolbacia," katanya.

Baca Juga: Anggotanya Ditahan atas Kasus Penipuan, Ketua DPRD Bantul Menunggu Inkrah

Namun, saat ini pihaknya menghadapi permalahan dimana kewaspadaan masyarakat sudah menurun yang dilihat dari menurunnya minat masyarakat untuk lebih cepat memeriksakan diri.

"Kemungkinan takut divonis covid dan abai juga," tutupnya.

Load More