SuaraJogja.id - Bukan rahasia umum lagi jika Sulawesi menjadi salah satu pulau yang kerap melahirkan talenta sepak bola Indonesia.
Namun sangat disayangkan di tengah lahirnya talenta muda yang memiliki bakat luar biasa tidak dimbangi dengan infrastruktur sepak bola yang memadai.
Hal ini lantas menjadi perbincangan hangat para penggemar sepak bola tanah air dan kalangan netizen Indonesia di media sosial.
Sebuah akun Instagram @footbal.nose membuat postingan yang berisi sindiran keras terkait infrastruktur sepak bola di Sulawesi yang sering bermasalah. Bahkan menurut akun tersebut dari 6 Provinsi yang ada di sana, tak satupun yang memiliki stadion dengan standar Internasional.
“Pulau Sulawesi dan khususnya provinsi Sulawesi Selatan itu infrastruktur sepakbolanya sering bermasalah. Bahkan dari satu pulau Sulawesi yang terdiri dari 6 provinsi tak satupun punya stadion standar Internasional,” tulisnya pada postingan tersebut.
Namun di sisi lain, akun tersebut lantas bertanya-tanya, di tengah minimnya infrastruktur sepak bola Sulawesi kerap melahirkan talenta muda berbakat dalam mengolah si kulit bundar.
“Anehnya kok bisa sering munculkan bakat untuk Tim Nasional bahkan ada yang bisa tembus liga Eropa dan liga Korea. Secara hitungan matematis, ini kurang masuk akal,” imbuhnya.
Postingan tersebut pun lantas memicu perhatian kalangan penggemar sepak bola tanah air dan para netizen Indonesia. Tak jarang dari mereka yang meninggalkan komentar pada postingan tersebut.
“Justru di tempat tempat dan gang gang sempit itu banyak di temukan telenta talenta noss, seperti di Brazil contohnya Gabriel Jesus, Vini jr, richalison dll, yg tadi nya hanya bermain di jalanan , dan sekarang bisa tembus klub klub besar Eropa. Dan mungkin masalah tekat pemain juga salah satunya,” ungkap salah seorang netizen.
“Andai saja bakat alami disuport oleh akademi yg pro dan infastuktur yg standar fifa mungkin timnas kita bisa bersaing di piala asia hingga juara 270jt bakat alami pasti sangat melimpah ruah,” kata netizen yang lain.
“Kalau bakat alam saya kira tidak, lebih ke Budaya sih, budaya malu jika kalah membuat mereka berjuang lebih keras, keras pada diri sendiri dan akan berjuang sampai betul-betul tidak bisa lagi.. pantang sekali bagi Orang sulsel dibuat malu apalagi merasa kalah (pacce), ini juga yang membuat dulu banyak perantau sulsel yang sukses sampai jadi pahlawan di daerah lain karena budaya kerja kerasnya, seperti pepatah kalau sudah berlabuh lebih baik tenggelam dari pada kembali,” ucap netizen satunya.
Kontributor : Moh. Afaf El Kurnia
Berita Terkait
-
Seperti Pratama Arhan, Asnawi Mangkualam Dapatkan Ucapan Selamat dari Klub Luar Negerinya untuk Piala AFF 2022
-
Pelatih Thailand Akui Timnas Indonesia Sebagai Lawan Paling Ditakuti di Grup A Piala AFF 2022
-
Shin Tae-yong Mengaku Senang Laga Timnas Indonesia kontra Kamboja Bisa Dihadiri Penonton
-
PSSI Rilis Harga Tiket Nonton Timnas Indonesia Melawan Kamboja dan Thailand di Piala AFF 2022
Terpopuler
- 1 Detik Jay Idzes Jadi Pemain Udinese Langsung Cetak Sejarah Liga Italia
- Sah! Jay Idzes Resmi Jadi Pemain Termahal di Timnas Indonesia
- Penyerang Rp1,30 Miliar Urus Naturalisasi, Lini Serang Timnas Indonesia Makin Ganas
- 5 Rekomendasi HP Rp2 Jutaan RAM 12 GB Memori 256 GB, Lancar Jaya Buat Multitasking!
- 5 Mobil Bekas SUV Keren Harga Rp 40-70 Jutaan, Performa Kencang
Pilihan
-
Peringkat Daya Saing RI Anjlok 13 Peringkat! Perang Tarif dan Pengangguran jadi Biang Keroknya
-
Juara Ketiga Piala AFF, Bukti Timnas Putri Indonesia U-19 Tabrak Hukum Alam
-
Dony Tri Pamungkas Bela Timnas Indonesia U-23, Persija Rekrut Nathan Tjoe-A-On?
-
5 Rekomendasi Skincare Murah di Bawah Rp40 Ribu, Terbaik Menjaga Kesehatan Kulit
-
Peringkat Daya Saing Indonesia Ambruk, Turun ke Posisi 40
Terkini
-
Geger Sepehi: Keluarga Sultan HB II Tuntut Inggris Kembalikan Aset Keraton Rp8,3 Triliun
-
Tak Sekadar Lari, Mandiri Jogja Marathon 2025 Beri Diskon di Pameran UMKM hingga Undian ke Berlin
-
4 Pendaki Ilegal Gunung Merapi Diamankan, Disanksi Bersihkan Objek Wisata Alam Selama 3 Bulan
-
Penggusuran di Lempuyangan: Warga Memohon KAI Izinkan Rayakan Agustusan Terakhir di Rumah Mereka
-
Luncurkan SINAR Sleman, Inovasi Digital Pemkab agar Warga Bisa Kontrol Pembangunan Daerah