SuaraJogja.id - Sejumlah remaja diamankan di wilayah Kapanewon Gamping, Minggu (26/3/2023) dini hari tadi.
Kabar itu disebarkan lewat media sosial yang menduga bahwa remaja tersebut hendak 'perang sarung'.
Kapolsek Gamping, Kompol Surahman, menjelaskan bahwa remaja tersebut ditangkap karena dicurigai bakal melakukan hal negatif. Pasalnya, warga mendapati mereka mengendarai motor, masing-masing berboncengan satu motor tiga orang.
"Sambil bleyer (memainkan gas motor). Terus diamankan warga," kata dia, dihubungi pada Minggu sore.
"Tapi kalau untuk perang sarung ya karena bawa sarung sih. Tapi sarung itu dipakai begitu saja, tidak ditambahkan beban berat mungkin batu atau apa, tidak," ujarnya.
Ia menambahkan, pada saat remaja-remaja itu diamankan, Surahman menyatakan tidak ada indikasi bahwa mereka akan perang sarung. Mengingat, dalam aktivitas perang sarung biasanya sarung ditambahkan pemberat, misalnya batu. Namun, sarung itu hanya digunakan oleh para remaja dengan cara diikatkan pada badan. Demikian juga tak ditemukan sajam dari mereka.
"Dari informasi salah satu orang tua, itu untuk membangunkan orang mau sahur. Tapi kok larinya ke wilayah lain? itu kebanyakan identitas orang Bantul," tuturnya.
Ia menjelaskan, alasan warga menangkap 6 remaja itu, karena mereka dianggap telah meresahkan.
"Salah satunya kan gak logis toh satu motor dikendarai tiga orang sambil bleyer. Konotasi kalau sudah jam 02.00 WIB kan kenakalan remaja, bukan klitih," tuturnya.
Baca Juga: Meresahkan, Perang Sarung Nyaris Pecah di Banyumas, Untung Polisi Datang
Selanjutnya, enam remaja itu dikembalikan kepada orang tua, serta menjalankan wajib lapor Senin - Kamis.
"Itu sekaligus sebagai antisipasi supaya tidak berulah di bulan Ramadan. Harapannya untuk anak-anak yang nanti dicurigai akan melakukan hal-hal yang negatif itu, lapor polsek 45 hari. Satu bulan setengah," terangnya.
Meski tindakan mereka tidak terbukti masuk tindak pidana dan tidak dilakukan penahanan, pihaknya memanggil orang tua enam remaja ke Mapolsek.
"Orang tua [enam remaja], Senin kami padukan dengan mengundang juga pihak sekolah; bagi yang masih sekolah. Bagi yang sudah bekerja, cukup orang tua dan pihak perangkat desa baik dukuh maupun lurah. Biar mereka juga ikut dalam suatu pengawasan terhadap warganya," kata dia.
Di kesempatan sama, ia menegaskan bahwa langkah kepolisian juga merujuk pada Peraturan Bupati Sleman no.45/2020 tentang Jam Istirahat Anak, yang mengatur mengenai jam wajib belajar anak hingga pukul 22.00 WIB.
"Maka, kalau kami patroli, jam segitu [atau lebih] kami menemukan anak-anak, ya kami suruh pulang," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Yayasan Pengelola SPPG Jogotirto Berbah Buka Suara Soal Operasional Berhenti, Dana Belum Turun
-
SPPG di Sleman Terpaksa Dihentikan, Siswa Kembali Bawa Bekal? Ini Penjelasan Pemkab
-
Sultan HB X Cuek Mobilnya Disalip Pejabat saat di Lampu Merah: 'Wong Saya Bisa Nyupiri Sendiri Kok!'
-
Menara Kopi Mati Suri: PKL Eks TKP ABA Terancam Gulung Tikar, Pemerintah Diduga Cuek
-
Jogja Bergerak Lawan Kanker Payudara, 3.000 Perempuan Ikut Skrining, Wali Kota Beri Edukasi