SuaraJogja.id - Pakar politik sekaligus Dekan Fisipol UGM, Wawan Mas'udi menilai bahwa politik identitas masih akan digunakan dalam Pemilu 2024 mendatang.
Hal itu tidak terlepas dari kenyataan masih adanya pemilih yang percaya dan menggunakan itu sebagai pertimbangan utama.
"Saya selalu sampaikan sebagai sebuah strategi politik, penggunaan politik identitas saya kira masih akan dipakai baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh kandidat maupun oleh tim. Dan sudah mulai kelihatan to kalau dilihat di medsos-medsos penggunaan politik identitas sudah mulai ramai dipakai," kata Wawan, Minggu (21/5/2023).
"Nah mengapa ini masih bertahan ini politik identitas karena memang selalu ada ceruk massa, ceruk voters, ceruk pemilih yang memang percaya bahwa itu bisa menjadi pertimbangan utama," tambahnya.
Baca Juga: Beri Clue Sosok Cawapres, Anies Baswedan: Kami Sudah Berjalan Bersama-sama Selama Ini
Namun apapun itu, kata Wawan, politik identitas yang digunakan dalam kontestasi Pemilu mendatang tetap tidak sehat untuk demokrasi di Indonesia. Apalagi jika kemudian malah politik identitas yang digunakan menjadi penentu.
Oleh sebab itu, ia mendorong semua partai politik (parpol), timses hingga masing-masing kandidat untuk lebih mengedepankan karakter-karakter dalam berpolitik. Mereka diminta untuk lebih berfokus pada persoalan kebangsaan yang ada.
"Karakter berkampanye yang memang mengedepankan apa yang menjadi persoalan kebangsaan kita, persoalan kerakyaan kita, isu infrastruktur, dan lain sebagainya, kan luas ya, isu terkait dengan ketahanan pangan, ketahanan energi, kesejahteraan rakyat, ini kan serius," terangnya.
Pasalnya jika politik identitas yang terus menerus ditonjolkan polarisasi itu akan berbahaya. Dampaknya bukan dirasakan oleh para elit tetapi masyarakat yang ada di level bawah.
"Kita tahu kemarin polarisasi yang luar biasa ternyata di level elit dengan mudah berangkulan. Jadi ini kan damagenya terjadi di masyarakat kalau politik identitas tapi di level elit kan tidak ada damage, ini kan tidak bertanggungjawab. Jadi saya secara pribadi dorong betul ini politik kita pemilu 2024 lebih mengedepankan prinsip-prinsip programatik," tegasnya.
Baca Juga: PKS Optimis Anies Baswedan Dapat 80 Persen Suara di Jabar
Belajar dari pengalaman Pemilu 2014, Pilkada Jakarta hingga 2019 lalu, politik identitas lebih cenderung membawa energi negatif.
Berita Terkait
-
Bantah Dukung 02, Larissa Chou Tegas Tak Pernah Kampanyekan Paslon Mana Pun
-
Sritex Resmi Tutup, Publik Ungkit Dukungan Jor-joran untuk Gibran di Pemilu 2024: Pada Nyesel Gak Ya?
-
Dituding Terima Dukungan dari Riza Chalid Saat Pemilu 2024, Anies Baswedan Beri Reaksi Kocak: Kena Terus Pak!
-
Antrean Gas LPG 3 Kg Renggut Nyawa Ibu Renta, Pakar UGM Ikut Teriris: Inikah yang Dimau Pemerintah?
-
Harlah ke-52, PPP Introspeksi Total Usai Gagal di Pemilu 2024
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Kabar Duka, Hotma Sitompul Meninggal Dunia
- HP Murah Oppo A5i Lolos Sertifikasi di Indonesia, Ini Bocoran Fiturnya
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat
-
Dari Batu Akik hingga Go Internasional: Kisah UMKM Perempuan Ini Dibantu BRI
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan