Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 15 Juni 2023 | 19:25 WIB
Dosen FKMK UGM, Beta Ahlam Gizela memperlihatkan aplikasi Satu Jantung 2.0 di UGM, Kamis (15/6/2023). [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Penyakit jantung dan stroke masih menduduki peringkat pertama dan penyebab kematian paling tinggi di Indonesia. Bahkan dari catatan Kementerian Kesehatan (kemenkes), kasus dua penyakit itu membebani BPJS hingga Rp10 triliun.

Kejadian Henti Jantung Mendadak (HJM) pun seringkali ditemui di tempat umum dan keramaian. HJM menempati 50 persen dari kematian pada masalah jantung dan menjadi silent killer.

Dari keprihatinan inilah, dosen Fakultas Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKMK) UGM, Beta Ahlam Gizela mengembangkan aplikasi Satu Jantung 2.0. Aplikasi ini dibuat sebagai upaya menyelamatkan penderita HJM.

Dibuat sejak 2018 lalu, aplikasi ini awalnya diaplikasikan bagi pengemudi ojek online. Mereka yang setiap hari berada di jalanan diharapkan bisa mengaplikasikan aplikasi tersebut bila menemukan pasien HJM.

Baca Juga: Dokter Jantung Ungkap Cara Aman Turun Berat Badan Untuk Obesitas 300 Kg Seperti Fajri, Olahraga Wajib?

"Tapi karena pandemi jadi terhambat [pengembangan aplikasi], jadi baru kini coba saya kembangkan lagi," ujar Beta di UGM, Kamis (15/6/2023).

Aplikasi yang dapat diunduh di Playstore itu melalui Android 10 ke bawah tersebut, menurut Beta, mulai dibuatnya setelah putranya mengalami serangan jantung mendadak.

Dari pengalaman itu dia dan suaminya mencoba menciptakan alat yang diharapkan bisa memberikan pertolongan bagi banyak orang saat mengalami serangan jantung, terutama dalam kondisi tidak ada petugas kesehatan.

Karenanya selain ojek online, masyarakat umum terutama yang memiliki riwayat maupun resiko serangan jantung maupun henti jantung dapat mengunduh aplikasi tersebut. Satu Jantung bisa mempercepat penanganan pasien dengan resiko serangan jantung.

Cara mengunduh aplikasi itupun cukup mudah. Pengguna bisa melakukan registrasi dengan memasukan data-data pribadi seperti nama, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor telepon, nomor telepon keluarga yang dapat dihubungi, tensi, berat dan tinggi badan, riwayat merokok, riwayat diabetes serta aktivitas fisik.

Baca Juga: Berkaca dari Fajri yang Bobotnya 300 Kg, Dokter Ingatkan Risiko Serangan Jantung dan Gagal Jantung Pada Obesitas

Setelah data yang masuk tersebut dimasukkan ke smartphone maka akan muncul hasil identifikasi resiko penyakit jantung dari pengguna.

Load More