SuaraJogja.id - Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Ova Emilia menyambut baik kebijakan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Makarim terkait dengan tidak mewajibkan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa S1 dan D4. Menurutnya kebijakan ini dapat sekaligus mengurangi praktik joki skripsi.
Ova menilai bahwa kebijakan itu juga dapat berarti melonggarkan aturan di perguruan tinggi. Hal tersebut penting mengingat ada ribuan kampus di Indonesia yang sangat bervariasi.
"Kita punya lebih dari 4 ribu perguruan tinggi di Indonesia dengan variasi yang sangat lebar. Sehingga jangan sampai mungkin, kalau kita bilang skripsi karena itu diwajibkan, terus ada usaha membuatkan skripsi [joki] itu kan enggak ada gunanya akhrinya," kata Ova saat dihubungi, Rabu (30/8/2023).
"Akhirnya itu [skripsi] muncul menjadi formalitas dan bukan sebagai betul-betul bentuk karya," imbuhnya.
Dalam kebijakan terbaru itu, diungkapkan Ova, karya akhir tak harus dibuat dalam bentuk skripsi. Namun dapat lebih bervariasi tanpa mengurangi mutu.
Ova menyebut bahwa kebijakan ini semakin menegaskan otonomi atau kebebasan universitas. Sehingga punya cara yang lebih fleksibel untuk fokus pada visi misi masing-masing perguruan tinggi.
"Iya itu menurut saya mengurangi kekakuan di atas. Jadi jangan dilihat hitam putih 'kamu skripsi atau enggak' gitu loh, skripsi itu hanya salah satu," tuturnya.
Pihaknya tak ingin justru aturan yang terlalu rigid sebelumnya itu berdampak kurang baik. Mulai dari kemunculan joki skripsi hingga penelitian-penelitian yang justru hanya dipaksa saja untuk memenuhi syarat kelulusan.
"Saya kira nanti masing-masing pasti akan menyesuaikan, yang jelas misalnya jangan sampai penelitian-penelitian itu dipaksa, dipaksa dalam artian pokoknya harus penelitian sampai akhirnya muncul itu tadi. Jadi artinya ini dikembalikan kepada universitas dan kekhasan prodi masing-masing," terangnya
Baca Juga: Nilai Wacana Duet Ganjar-Anies Tak Mungkin Terwujud, Pakar Politik UGM: Jarak Ideologis Terlalu Jauh
"Jadi menjadi lebih fleksibel tergantung masing-masing, kan berbeda-beda. Daripada boong-boongan, 'pokoknya harus dalam bentuk tulisan', itu sih," jelasnya.
Berita Terkait
-
Ramai Soal Ijazah Jokowi, Dokter Tifa Merasa Janggal : Ijazah Keluar Duluan Baru Skripsi?
-
Hasan Nasbi Beri Saran Teror Kepala Babi ke Tempo Dimasak, Dosen UGM: Pejabat Begini Menyedihkan
-
UGM Klarifikasi Tuduhan Ijazah Palsu Jokowi Gegara Times New Roman, Publik Makin Curiga
-
Isu Ijazah Jokowi Palsu: UGM Jelaskan Pemakaian Font Times New Roman di Tahun 1985
-
CEK FAKTA: Benarkah Ijazah dan Skripsi Joko Widodo Palsu?
Terpopuler
- CEK FAKTA: Diskon Listrik 50 Persen Berlaku Lagi, Periode Maret-April 2025
- Pembagian Port Grup Piala Dunia 2026 Dirilis, Ini Posisi Timnas Indonesia
- Masak Rendang 12 Kg, Penampilan BCL di Dapur Jadi Omongan
- Cruiser Matik QJMotor SRV 250 AMT Paling Digandrungi di Indonesia
- Persija Jakarta: Kalau Transfer Fee Oke, Rizky Ridho Mau Ya Silahkan
Pilihan
-
Petaka Mees Hilgers: Cedera Jadi Kontroversi Kini Nilai Pasar Terus Turun
-
Potret Denny Landzaat Salam-salaman di Gereja Saat Lebaran 2025
-
Media Belanda: Timnas Indonesia Dapat Amunisi Tambahan, Tristan Gooijer
-
Jumlah Kendaraan 'Mudik' Tinggalkan Jabodetabek Tahun Ini Meningkat Dibandingkan 2024
-
PSSI Rayu Tristan Gooijer Mau Dinaturalisasi Perkuat Timnas Indonesia
Terkini
-
Waspada Lonjakan Sampah Lebaran, Yogyakarta Siapkan Jurus Ampuh Ini
-
Libur Lebaran Tetap di Jogja? Ini Strategi Dinas Pariwisata Agar Wisatawan Betah
-
Idul Fitri, Haedar Nashir Ingatkan Jiwa Khalifah Luntur, Umat dan Pemimpin Akan Bermasalah
-
Tiket Ludes, Yogyakarta Diserbu Pemudik: KA Java Priority Jadi Primadona
-
Hasto Wardoyo Jamin Takbir Keliling Tak Ganggu Lalu Lintas Jogja, Tapi Ada Syaratnya