SuaraJogja.id - Nongkrong sepertinya sudah jadi kebiasaan yang tak bisa dilepas dari anak muda saat ini, terutama di kalangan mahasiswa Jogja.
Ritual nongkrong itu setidaknya seperti yang nyaris rutin dilakukan Sulthon Fadika (19).
Sulthon mengatakan bahwa hampir setiap hari dia nongkrong bersama teman-temannya.
Lokasi nongkrongnya pun tidak menentu. Kadang di cafe, namun tak jarang juga di angkringan.
Baca Juga: 6 Fakta Bentrokan Massa di Muntilan Magelang, Motor Dibakar hingga Kemacetan Meluas ke Jogja
Ia mengaku menghabiskan sekitar Rp10 ribu-Rp25 ribu untuk sekali nongkrong.
"Sekali nongkrong kurang lebih bisa habis minimal Rp10 ribu lah. Mungkin paling besarnya Rp25 ribu kalau sambil makan juga," jelas mahasiswa jurusan Filsafat tersebut saat ditemui beberapa waktu lalu.
Menurutnya, waktu yang tepat untuk nongkrong adalah dari jam 19.00-24.00 WIB.
Waktu-waktu tersebut relatif tepat karena tidak mengganggu aktivitas kuliah yang umumnya dilaksanakan dari pagi-sore hari.
Sulthon menyebut aktivitas nongkrong baginya bermanfaat untuk saling berbagi cerita satu sama lain. Terlebih, relevan juga dalam menanggapi kasus mental health yang akhir-akhir ini sedang naik daun.
Baca Juga: Kasus Bunuh Diri di Jogja Terus Meningkat, Psikolog Desak Realisasi Layanan Kesehatan Mental
"Intinya jangan malu untuk bercerita, jangan pernah menyimpan cerita sendiri. Cerita apapun, dari sisi ekonomi, lingkungan sekitar. Harus punya temen deket yang bisa mendengarkan cerita-cerita itu sih," ucap Sulthon.
Hal senada juga diungkapkan Daniel (19). Mahasiswa Jogja semester satu ini juga mengaku bahwa nongkrong memiliki manfaat-manfaat implisit yang seringkali tidak kita ketahui, tapi kita rasakan.
"Ya sebenernya nongkrong itu kan untuk kita sharing-sharing. Berbagi cerita satu sama lain. Jadi momen itu tentu bermanfaat untuk saling terbuka dan membantu juga teman-teman kita yang mungkin perlu dibantu," kata Daniel menambahkan.
Berbeda dari Sulthon, Daniel relatif lebih sedikit menghabiskan waktunya untuk nongkrong. Jika diukur per satu bulan, dapat dikatakan biasanya Daniel hanya menghabiskan 10-12 kali nongkrong. Artinya seminggu antara 3-4 kali.
"Kalau aku biasanya dalam seminggu antara 3-4 kali nongkrong. Jadi mungkin kalau per bulan mau diambil rata-ratanya, sekitar 10-12 kali nongkrong dalam sebulan," ujar Daniel.
Kontributor: Fristian Setiawan
Berita Terkait
Terpopuler
- Kebijakan Gibran Ingin Terapkan Kurikulum AI Diskakmat Menteri Pendidikan
- Timur Tengah Membara, Arab Saudi dan Qatar Batal Jadi Tuan Rumah Kualifikasi Piala Dunia 2026?
- 6 Mobil Matic Bekas di Bawah Rp 40 Juta: Cocok untuk Pemula dan Ramah di Kantong
- 7 HP Murah Kamera Terbaik Mulai Rp 800 Ribu, Lebih Tinggi dari iPhone 16 Pro Max
- Pramono Ajak Anies Nobar Persija di JIS: Sekarang Tuan Rumahnya Saya, Bukan yang Bikin Nggak Nyaman
Pilihan
-
10 Mobil Keluarga di Bawah Rp100 Juta Selain Avanza-Xenia, Kabin Lega Ada Tahun Muda
-
8 Celana Dalam Wanita Terbaik, Nyaman dan Bagus Buat Emak-emak!
-
Bos Port FC Blak-blakan Usai Diundang Ikut Piala Presiden 2025
-
Korban Laporkan Kasus Pelecahan Seksual ke Polisi, Pelaku Diduga ASN Pemkot Solo
-
Prabowo di Singapura: Danantara Diminta "Jiplak" Kesuksesan Temasek!
Terkini
-
Jangan Sampai Ketinggalan, BSU Rp600 Ribu untuk Pekerja DIY, Ini Cara Pastikan Dapat
-
SPBU Letjen Suprapto Terbakar: Pertamina Buka Posko Aduan & Janjikan Ganti Rugi
-
Nekat Mendaki Merapi Saat Status Siaga, Pendaki TikTok Ini Diburu Balai TNGM
-
Nasib Pedagang Eks TKP ABA Terkatung-katung, Izin di Menara Kopi Tak Turun, Fasilitas Minim
-
Gelombang PHK Hantam Yogyakarta, Klaim JHT Tembus Rp398 Miliar