SuaraJogja.id - Prabowo Subianto yang lahir pada 17 Oktober 1951 besok akan merayakan ulang tahun ke-72. Tepat saat ia merayakan ultah satu tahun usianya, terjadi peristiwa bersejarah dimana kelompok militer mengarahkan tank dan meriam ke Istana Merdeka.
Diketahui sebelum terjadi peristiwa 17 Oktober, situasi republik masih sangat labil
Kala itu, militer turut mengambil peran di luar fungsinya sebagai pertahanan negara yakni turut terjun ke politik.
Beberapa anggota militer bahkan jadi pimpinan politik. Mereka pun turut memainkan peran dalam perpolitikan di daerah.
Baca Juga: Usai MK Terima Permohonan dari Mahasiswa UNSA, Gerindra Bicara Peluang Gibran Dampingi Prabowo
Melihat itu Abdul Haris Nasution berupaya melakukan rasionalisasi tentara.
Tak hanya itu, Nasution bersama dengan Kepala Staf Angkatan Perang Mayjen TB Simatupang berkeinginan untuk mengembalikan tentara ke barak. Dalam artian mereka harus kembali ke fungsinya sebagai pertahanan negara.
Tapi rencana itu ditolak Kolonel Bambang Supeno. Pada 13 Juli Kolonel Bambang Supeno berkirim surat ke Perdana Menteri Wilopo, DPRS serta Presiden Soekarno.
Isi surat tersebut pernyataan ketidakpercayaan terhadap pimpinan Angkatan Perang dalam hal ini Angkatan Darat yang dipimpin AH Nasution.
Konflik internal pun pecah hingga persoalan itu dibawa ke parlemen. Parlemen dalam hal ini DPRS kemudian membuat sejumlah mosi merespon situasi di tubuh militer itu.
Baca Juga: Bicara Kans Lawan Prabowo-Gibran di Pilpres, Anies: Kami Siap!
Merasa internal militer diintervensi parlemen, AH Nasution meluapkan ketidakpuasannya dengan melakukan unjuk rasa di depan Istana Merdeka.
Pada 17 Oktober 1952 sejumlah perwira militer bersama demonstran sekira 30 ribu orang unjuk rasa di depan Istana Merdeka.
Tak hanya menggerakkan massa, aksi itu juga diwarnai dengan mendatangkan tank hingga meriam yang diarahkan ke istana.
Tapi aksi itu bukanlah upaya untuk mengkudeta melainkan desakan meminta agar parlemen dibubarkan serta konflik di internal militer disudahi.
Belakangan, pascaperistiwa itu, Presiden Soekarno memecat Nasution sementara tujuh perwira daerah ada yang digeser hingga ditahan. Posisi Nasution akhirnya digantikan Kolonel Bambang Sugeng.
Berita Terkait
Terpopuler
- Eks Pimpinan KPK: Ustaz Khalid Basalamah Bukan Saksi Ahli, Tapi Terlibat Fakta Kuota Haji
- Jahatnya Sepak Bola Indonesia, Dua Pemain Bidikan Persija Ditikung di Menit Akhir
- 5 Rekomendasi Bedak Tahan Air dan Keringat Murah: Anti Luntur Sepanjang Hari
- Klub Impian Masa Kecil Jadi Faktor Jay Idzes Terima Pinangan Aston Villa
- 6 Mobil Bekas 7 Seater Termurah: Nyaman untuk Keluarga, Harga di Bawah Rp 70 Juta
Pilihan
-
Diogo Jota Tewas di Jalanan Paling Berbahaya: Diduga Pakai Mobil Sewaan
-
Riau Bangga! Tarian Anak Pacu Jalur Viral Dunia, Ditiru Bintang PSG hingga Pemain AC Milan
-
Baru Jabat 4 Bulan, Erick Thohir Copot Dirut Bulog Novi Helmy Prasetya dan Disuruh Balik ke TNI
-
Resmi! Ramadhan Sananta Gabung ke Klub Brunei Darussalam DPMM FC, Main di Liga Malaysia
-
CORE Indonesia: Ada Ancaman Inflasi dan Anjloknya Daya Beli Orang RI
Terkini
-
Kelana Kebun Warna: The 101 Yogyakarta Hadirkan Pameran Seni Plastik yang Unik dan Menyentuh
-
BRI Dukung UMKM Sanrah Food Berkembang dari Warung ke Ekspor Global
-
Langgar Aturan Imigrasi, 14 WNA Dideportasi Imigrasi Yogyakarta
-
Setya Novanto Bebas Lebih Cepat? MA Pangkas Hukuman Korupsi e-KTP, Pakar Geram!
-
Solo-Jogja Makin Lancar: Tol Klaten-Prambanan Beroperasi Penuh, Ini yang Perlu Anda Siapkan