SuaraJogja.id - Kelompok masyarakat Yogyakarta yang tergabung dalam Dewe Yoben menggelar aksi damai di Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (1/3/2024). Aksi tersebut bertajuk 'Surat Cinta buat Penguasa dari Si Bisu untuk Si Dungu.'
Hendri selaku koordinator aksi mengatakan aksi ini sengaja diadakan bertepatan dengan Peringatan Serangan Oemoem 1 Maret. Harapannya aksi ini turut dapat mengambil spirit para pahlawan yang telah dengan gagah berani mempertahankan NKRI.
"Ya kita tahu hari ini 1 maret tepat serangan umum dan kita melakukan sebuah bentuk aksi keprihatinan, karena di saat bangsa ini sekarang ini banyak hal-hal yang kurang pas ternyata di Jogja ini yang Jogja ini terdiri dari kampung, kraton dan kampus. Kampung bergerak, kraton sudah memberikan sinyal, tapi kampus masih diam," kata Hendri, usai aksi, Jumat sore.
Peristiwa Serangan Oemoem 1 Maret juga dikenal sebagai Peristiwa 6 Jam di Jogja. Hal itu juga yang mendasari massa aksi menganalogikan kondisi itu dengan mencari 6 rektor dan 6 ketua BEM yang berani menegakkan demokrasi
Pemilihan lokasi aksi di Bundaran UGM sendiri juga bukan tanpa alasan. Lokasi ini sekaligus sebagai pengingat kembali bahwa pergerakan reformasi dulu juga diawali dari kampus ini.
"Republik ini masih eksis, tapi diacak-acak oleh bangsa kita sendiri, yang dulu reformasi berasal dari sini di bunderan ini tapi hari ini juga pemerintah itu notabene lahir dari UGM tapi hari ini pula negara ini yang rusak kita tahu orang-orang dari mana, dan di sini lah, kampus ini sekarang ini bisu, tidak bersuara sama sekali," tegasnya.
Hendri menyinggung soal Pemilu 2024 yang telah berlangsung beberapa waktu lalu. Meskipun belum usai secara tuntas, pesta demokrasi lima tahunan itu menyisakan gejolak di tengah masyarakat.
Tidak hanya ketidakpuasan masyarakat terhadap hasil Pilpres 2024. Namun selama proses pemilu pun juga dinilai telah merusak demokrasi dan mencederai semangat reformasi di Indonesia.
"Suara yang ingin kita dengung-dengungkan, UGM adalah sumber intelektualitas, tapi hari ini sariawan, sariawan, enggak ada suaranya," ujarnya.
Saat ini, disebut Hendri, rakyat sudah tidak lagi dapat bersuara. Suara rakyat hanya menembus ruang hampa dan tidak lagi didengarkan.
Berita Terkait
-
Jokowi Tak Lagi Pakai Kacamata di Masa Tua seperti di Foto Ijazah, Netizen: Kalian Percaya?
-
Jokowi Ternyata Wisuda Dulu Baru Serahkan Skripsi ke UGM, Roy Suryo: Itu kan Aneh
-
Mahfud MD: UGM Bukan yang Memalsukan Ijazah Jokowi, Tak Perlu Terlibat
-
Pengakuan Jokowi Tidak Lagi Gunakan Kacamata Seperti Foto di Ijazah UGM: Sudah Pecah
-
Pendidikan Hotma Sitompul: Lulusan UGM, Disertasi Bongkar Ide Soal Aset Koruptor
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
Pilihan
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
-
BREAKING NEWS! Indonesia Tuan Rumah Piala AFF U-23 2025
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
-
IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
Terkini
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan
-
Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin
-
PNS Sleman Disekap, Foto Terikat Dikirim ke Anak: Pelaku Minta Tebusan Puluhan Juta