SuaraJogja.id - Miris adalah kata yang tepat menggambarkan apa yang terjadi di SMPN 2 Saptosari, Kabupaten Gunungkidul.
Puluhan siswa dari berbagai kelas melakukan aksi menyayat pergelangan tangan mereka sendiri menggunakan silet. Lebih memprihatinkan lagi karena mereka semuanya adalah perempuan.
Wakil kepala sekolah SMPN 2 Saptosari, Mujiono mengakui adanya peristiwa self harm atau menyakiti diri sendiri di di SMPN 2 Saptosari, Gunungkidul. Self harm ini seolah menjadi trend diduga karena pengaruh oleh media sosial, Tiktok.
"Self harm itu sebuah tindakan menyakiti diri sendiri untuk menghilangkan rasa frustasi, stres, dan berbagai macam emosi. Kami prihatin itu," ujar dia dikutip Kamis (7/3/2024).
Baca Juga:
Terbukti Terlibat Mafia Tanah, Mantan Kepala Dispertaru DIY Divonis 4 Tahun Penjara
Nahas! Bocah 9 Tahun di Sleman Tewas Usai Dicekik hingga Ditenggelamkan Tetangganya, Ini Penyebabnya
Mujiyono mengakui jika kasus self harm tersebut justru dilakukan oleh pelajar putri. Kasus pertama kali diketahui akhir tahun 2023 lalu, namun kasusnya terus bertambah. Diketahui, mereka kedapatan melukai diri sendiri dengan cara menyayat tangan dengan silet.
Dia menyebut para siswa ini menjadi korban pengaruh negatif media sosial platform TikTok. Dan faktor pemicu lainnya adalah karena persoalan keluarga di mana membuat para siswa tertekan secara mental.
"Kalau di sini itu dari total 328 siswa SMPN 2 Saptosari, sebanyak 30 persen tidak mendapat pengasuhan langsung dari orang tua. Si anak hanya tinggal bersama dengan nenek, atau kakek. Di mana orang tuanya bekerja ke luar kota," jelasnya.
Untuk menindaklanjuti persoalan tersebut, pihak sekolah pun langsung bergerak cepat melakukan pembinaan. Selain anak, pihak orang tua juga telah dipanggil untuk dicarikan jalan keluar. Mereka juga berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan.
Kepala Puskesmas Saptosari dokter Ari Hermawan mengakui jika mereka tengah menangani kasus self harm di SMPN 2 Saptosari. Pihak Puskesmas juga telah menerjunkan telah menerjunkan Tim konselor Upaya Kesehatan Mental Sekolah (UKMS).
"Kami lakukan pendampingan untuk memulihkan mental mereka," kata Ari Hermawan.
Menurutnya banyak sekali kasus-kasus yang sudah mengarah kekerasan. Salah satunya remaja melakukan tindakan-tindakan kekerasan atas dirinya sendiri. Pihaknya kini bekerjasama dengan rumah sakit Bethesda untuk menangani kasus tersebut.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
6 Startup Kecantikan Buatan Perempuan Indonesia yang Sedang Naik Daun
-
Kang Dedi Mulyadi Sebut Akan Berhentikan Pegawai Pemda Yang Sakiti Perempuan
-
Ragnar Oratmangoen Disemprot Ngobrol dengan Cewek Berhijab: Istri Lo Marah Loh!
-
Di Bawah Bayang Taman Siswa, Politik Kini Tak Lagi Mendidik
-
Tumbuhkan Jiwa Patriot lewat Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
Bodycharge Mematikan Jadi Senjata Rahasia Timnas U-17 di Tangan Nova Arianto
-
Kami Bisa Kalah Lebih Banyak: Bellingham Ungkap Dominasi Arsenal atas Real Madrid
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
-
APBN Kian Tekor, Prabowo Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
Terkini
-
Jogja Hadapi Lonjakan Sampah Pasca Lebaran, Ini Strategi Pemkot Atasi Tumpukan
-
Revitalisasi Stasiun Lempuyangan Diprotes, KAI Ungkap Alasan di Balik Penggusuran Warga
-
Soal Rencana Sekolah Rakyat, Wali Kota Yogyakarta Pertimbangkan Kolaborasi Bersama Tamansiswa
-
Solusi Anti Pesing Malioboro, Wali Kota Jogja Cari Cara Antisipasi Terbaik
-
Praktisi UGM Rilis 2 E-Book Kehumasan: Solusi Jitu Hadapi Krisis Komunikasi di Era Digital