SuaraJogja.id - Kekeringan di wilayah Gunungkidul kian meluas. anggaran dropping air bersih di sejumlah kapanewon (kecamatan) sudah mulai habis. Di sisi lain, anggaran droping air bersih di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul sudah tersedot 60 persen lebih.
Dari 18 Kapanewon di Gunungkidul, 13 memiliki anggarannya untuk droping air bersih. Dan 5 kapanewon lain belum menganggarkan karena menganggap kebutuhan air bersihnya masih tercukupi. Dan kapanewon yang habis anggaran droping airnya adalah Semanu dan Ponjong.
Panewu Semanu, Emanual Krinso Juwoto menuturkan pihaknya menganggarkan droping air bersih sebanyak 95 tangki. Jumlah tersebut awalnya dialokasikan untuk 2 padukuhan yang memang langganan kekeringan setiap tahunnya. Namun prakteknya ternyata lebih dari padukuhan yang membutuhkan pasokan air bersih.
"Sejak Juli kami sudah melakukan droping air itu. Awalnya hanya untuk 2 padukuhan, ternyata prakteknya lebih," kata dia, Sabtu (10/8/2024).
Karena sudah habis karena dialokasikan semua, maka pihaknya akhirnya mengajukan permohonan droping air bersih ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul. Rencananya pihaknya juga bakal mengajukan anggaran di APBD Perubahan nanti.
Saat ini, pihaknya bekerjasama dengan pihak lain berusaha memaksimalkan sumber-sumber air bersih yang ada. Di mana nantinya tidak hanya memenuhi kebutuhan air bersih untuk rumah tangga semata namun juga untuk ternak serta pertanian
"Kami akan mengangkat sumber air bersih yang ada di Pacarejo dan Ngeposari," tambahnya.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Purwono menyebutkan, mulai pekan ini jumlah wilayah terdampak kekeringan bertambah luasannya. Jika sebelumnya hanya 17 Kalurahan di 7 Kapanewon, mulai pekan ini bertambah menjadi 18 kalurahan. Di mana tambahan kalurahan ini biasanya tidak terdampak kekeringan.
"Tambahan terbaru adalah di Kalurahan Sawahan Kapanewon Ponjong," tutur dia.
Sejauh ini, sudah lebih dari 2 juta air bersih yang disalurkan kepada warga. Dari data yang dikumpulkan setiap awal pekan, pihaknya sudah menyalurkan 2.964.000 liter air bersih.
Kapanewon yang terdampak yaitu di Kapanewon Girisubo yakni di Kalurahan Balong, Jepitu, Jerukwudel, dan Karangawen
Ssmentara di Kapanewon Panggang, di Kalurahan Girisuko dan Giriharjo, untuk Kapanewon Rongkop, di Kalurahan Semugih. Lalu Kapanewon Saptosari, yakni di Kanigoro, Planjan, Monggol, dan Ngloro.
"Kapanewon Tepus terdampak Giripanggung, Tepus, dan Purwodadi, Kapanewon Karangmojo di Kalurahan Ngwis. Dan di Kapanewon Nglipar di Kalurahan Kedungkeris, dan Kedungpoh," ungkapnya.
Dia menyebut, paling banyak disalurkan di Kelurahan Girisuko Panggang, dengan rincian 140 tangki, dan Kalurahan Tepus, Kapanewon Tepus dengan rincian 100 tangki. Kemungkinan droping air bersih bakal terus dilakukan karena perkiraan puncak musim kemarau Agustus atau September, dan Oktober memasuki masa pancaroba. Untuk tahun ini disiapkan 1.000 tangki untuk bantuan warga.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Sudah Berkoalisi tapi Demokrat justru Dukung Pasangan Sutrisna-Sumanto di Pilkada Gunungkidul, PDIP Gigit Jari?
-
Kunjungi Mbah Sarno, Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Deddy Suryadi Pastikan Hak Veteran dan Janjikan Renovasi Rumah
-
Kantongi Rekomendasi Partai Demokrat, Sutrisna Wibawa-Sumanta Semakin Percaya Diri
Terpopuler
Pilihan
-
Profil Riccardo Calafiori, Bek Arsenal yang Bikin Manchester United Tak Berkutik di Old Trafford
-
Breaking News! Main Buruk di Laga Debut, Kevin Diks Cedera Lagi
-
Debut Brutal Joan Garcia: Kiper Baru Barcelona Langsung Berdarah-darah Lawan Mallorca
-
Debit Manis Shayne Pattynama, Buriram United Menang di Kandang Lamphun Warrior
-
PSIM Yogyakarta Nyaris Kalah, Jean-Paul van Gastel Ungkap Boroknya
Terkini
-
Remisi Kemerdekaan: 144 Napi Gunungkidul Dapat Angin Segar, 7 Langsung Bebas!
-
ITF Niten Digenjot, Mampukah Selamatkan Bantul dari Darurat Sampah?
-
Gagasan Sekolah Rakyat Prabowo Dikritik, Akademisi: Berisiko Ciptakan Kasta Pendidikan Baru
-
Peringatan 80 Tahun Indonesia Merdeka, Wajah Penindasan Muncul jadi Ancaman Bangsa
-
Wasiat Api Pangeran Diponegoro di Nadi Keturunannya: Refleksi 200 Tahun Perang Jawa