SuaraJogja.id - Di tengah ramainya kasus pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah merendahkan penjual es teh, ada banyak hal yang bisa jadi renungan tentang martabat kerja dan sikap yang seharusnya ditunjukkan kepada setiap individu yang tengah mencari nafkah. Bahkan bila melihat ke belakang, para pendiri bangsa memberikan teladan yang begitu menghormati setiap peran dan profesi seseorang.
Dalam peristiwa bersejarah perjuangan kemerdekaan RI pada 1945 di Rengasdengklok, misalnya. Di rumah sederhana milik seorang warga biasa, Djiauw Kie Song, para tokoh proklamator seperti Soekarno, Moh Hatta serta pejuang muda lainnya seperti dr Sutjipto, Yusuf Sukanto, Sukarno Ahmad Soebardjo dan Yusuf Sukanto menyusun teks Proklamasi pada 16 Agustus 1945 yang menjadi tonggak sejarah kemerdekaan NKRI.
Rengasdengklok dipilih karena pada zaman penjajahan Jepang, wilayah tersebut merupakan tangsi atau asrama Pembela Tanah Air (PETA) di bawah Purwakarta. Selain itu, terdapat Daidan PETA di Jaga Monyet Rengasdengklok.
"Rumah Djiauw ini menjadi tempat strategis untuk mempersiapkan proklamasi. Pemilik rumah, seorang penduduk biasa, dihormati dan dilibatkan dalam proses sejarah yang begitu penting," papar Ketua Komisi A DRRD DIY, Eko Suwanto disela kunjungan di Rumah Sejarah Djiauw Kie Song di Dusun Kalijaya 1, RT 001/RW 009, Desa Rengasdengklok Utara, Karawang, Jawa Barat, Jumat (6/12/2024).
Baca Juga: Sempat Minta Saran Seskab Sebelum Nyatakan Mundur, Ini Kata Mayor Teddy ke Gus Miftah
Di rumah yang terdiri dari dua kamar yang tertata rapi ini, para pendiri bangsa tersebut tidak pernah memandang rendah pekerjaan apa pun. Bahkan di saat-saat perjuangan kemerdekaan yang begitu mendesak justru mereka adalah kekuatan bangsa.
Di tempat tidur itu pula, dua proklamator Indonesia beristirahat saat "diculik" sebelum mengumumkan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 di Jakarta. Meski tak sampai 24 jam di Rengasdengklok, bendera Merah Putih yang jadi lambang negara juga disiapkan di rumah yang kini dipelihara cucu Djiauw Kie Song tersebut sebelum dikibarkan di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
"Saat itu bung Karno dan rombongan bahkan datang untuk buka puasa disini. Orang-orang dari berbagai profesi yang memiliki peran penting dalam sejarah bangsa kita menjaga bangsa untuk tetap utuh tanpa mempertimbangkan keselamatan diri sendiri," ujar dia.
Ditambahkan Wakil Ketua DPRD DIY, Ummarudin Masdar, rumah sederhana milik warga yang sering dianggap minoritas tersebut di Rengasdengklok menjadi salah satu tempat bersejarah. Sebab menjadi tempat pertama kalinya muncul pernyataan Proklamasi Harga Mati dari para pemuda.
"Kita bisa belajar bagaimana pendiri bangsa menegakkan kemerdekaan. Kita implementasikan semangat itu dalan langkah hari ini dan ke depan," ujarnya.
Baca Juga: Jangan Beri Jabatan Lagi, Aktivis Jogja Kecam Gus Miftah dan Beri Pesan Keras ke Prabowo
Janto Joewari, generasi ketiga Djiauw Kie Song mengungkapkan kebanggaannya pada sang kakek yang sudi menjadikan rumahnya sebagai tempat berlindung para pejuang meski keluarganya bukan siapa-siapa. Bahkan saat ini menjadi tempat bersejarah yang banyak dikunjungi anak-anak dan generasi muda yang ingin mengenal sejarah kemerdekaan RI.
"Bulan itu [16 agustus 1945] bulan suci [Ramadhan], harinya juga istimewa karena bertepatan dengan Jumat Kliwon. Maka, Bung Karno datang ke sini untuk mencari tempat yang aman dan strategis. Akhirnya, beliau tiba di rumah ini, yang jauh dari keramaian. Kakek mengizinkan rumahnya digunakan oleh Bung Karno dan rombongan, dengan alasan keamanan dari ancaman Jepang," ungkapnya.
Dari cerita sang kakek, setelah bermalam, pagi harinya Bung Karno dan rombongan berangkat ke Tugu Proklamasi. Di Rengasdengklok itulah semangat proklamasi digemakan. Soekarno mengajak anak-anak muda dari banyak latar belakang profesi untuk menyatakan kemerdekaan bangsa.
"Pemuda-pemuda di sini membuat bendera merah putih secara sederhana dari kain bekas. Meskipun seadanya, semangat perjuangan tetap membara," ungkap dia.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Gus Miftah Turun Tangan soal Kisruh Nasab Habib, Ingatkan Bahaya Politik Identitas
-
Beda Adab Letkol Teddy Bertemu Gus Miftah dan Ustaz Adi Hidayat, Ada yang Cium Tangan
-
Es Teh atau Teh Hangat? Pilihan Terbaik untuk Berbuka Puasa
-
Gus Miftah Sentil Fenomena 'Kabur Aja Dulu': Mencintai Negara Itu Bagian dari Iman
-
Dakwah Soal #KaburAjaDulu, Gus Miftah Malah Dituding Buzzer Pemerintah
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB, Terbaik untuk April 2025
-
Gelombang Kejutan di Industri EV: Raja Motor Listrik Tersandung Skandal Tak Terduga
-
Harga Emas Antam Lompat Tinggi Lagi Rp34.000 Jadi Rp1.846.000/Gram
-
IHSG Naik 5,07 Persen Pasca Penundaan Tarif Trump, Rupiah Turut Menguat!
Terkini
-
IHSG Masih Jeblok Jadi Momentum Berinvestasi? Simak Tips dari Dosen Ekonomi UGM
-
Jogja Hadapi Lonjakan Sampah Pasca Lebaran, Ini Strategi Pemkot Atasi Tumpukan
-
Revitalisasi Stasiun Lempuyangan Diprotes, KAI Ungkap Alasan di Balik Penggusuran Warga
-
Soal Rencana Sekolah Rakyat, Wali Kota Yogyakarta Pertimbangkan Kolaborasi Bersama Tamansiswa
-
Solusi Anti Pesing Malioboro, Wali Kota Jogja Cari Cara Antisipasi Terbaik