SuaraJogja.id - Bambu Tresno, yang didirikan oleh Margareta Ade Oktarina Wardani, adalah usaha kerajinan bambu yang terletak di Bantul, Yogyakarta.
Usaha ini lebih dari sekadar bisnis biasa. Margareta memiliki visi untuk membangun ekosistem kerajinan bambu yang menghasilkan produk berkualitas sekaligus memastikan pengrajin bambu mendapatkan upah yang layak.
Bambu Tresno berkomitmen untuk meningkatkan apresiasi terhadap kerajinan bambu dan memastikan pengrajin menerima bayaran yang adil atas kerja keras mereka.
Awalnya, Margareta melihat ketimpangan dalam pasar kerajinan bambu, di mana banyak produk dijual dengan harga sangat rendah yang merugikan pengrajin. Harga yang ditekan ini membuat pengrajin hanya mendapatkan upah sekitar 45.000 hingga 50.000 rupiah per hari, meskipun mereka bekerja dengan tekun dan memiliki keterampilan khusus.
Baca Juga: Gunakan Debit BRI Multicurrency & BRImo, Liburan Panjang Jadi Makin Nyaman
Hal ini menjadi salah satu alasan Margareta mendirikan Bambu Tresno, dengan tujuan menciptakan sistem yang lebih adil, di mana produk bambu dihargai dengan wajar dan pengrajin mendapatkan penghasilan yang layak.
Bambu Tresno tidak hanya berfokus pada penjualan produk, tetapi juga menjembatani pengrajin dan konsumen. Margareta bekerja sama dengan berbagai toko besar di kota-kota seperti Malang dan Surabaya, di mana permintaan produk bambu sangat tinggi, namun sering kali harga yang ditawarkan tidak sesuai dengan kualitas yang dihasilkan. Margareta berusaha menjaga keseimbangan antara memenuhi permintaan pasar dan memastikan pengrajin mendapatkan bayaran yang sesuai. Ia percaya bahwa dengan menghargai karya pengrajin, hubungan yang saling menguntungkan antara produsen dan konsumen dapat tercipta.
Bambu Tresno didirikan pada awal 2020, di tengah pandemi COVID-19 yang melanda dunia. Meski banyak sektor bisnis yang terpuruk, Bambu Tresno justru menemukan peluang baru. "Pandemi memberikan berkah bagi pengrajin karena permintaan hampers meningkat pesat, yang biasanya digunakan sebagai hadiah dalam acara hajatan," kata Margareta.
Dengan banyaknya acara yang dilarang, hampers menjadi alternatif untuk memberi hadiah, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan produk kerajinan bambu dan memberi kesempatan bagi Bambu Tresno untuk berkembang.
Tantangan terbesar yang dihadapi Bambu Tresno adalah mencari pengrajin, karena banyak dari mereka sudah berusia lanjut, sehingga sulit menemukan tenaga kerja muda yang terampil. Untuk mengatasinya, Margareta memutuskan untuk memperluas kesempatan kerja bagi ibu-ibu rumah tangga di sekitar desa yang memiliki keterampilan menganyam bambu.
Baca Juga: BRI UMKM EXPO(RT) 2025: Ajang Go Global Bagi UMKM Indonesia Tembus Pasar Dunia
Ia membeli hasil anyaman mereka untuk diproses menjadi produk siap jual. Dengan cara ini, Bambu Tresno tidak hanya menyediakan lapangan pekerjaan, tetapi juga membantu melestarikan keterampilan tradisional yang semakin langka.
Seiring waktu, pengrajin yang bergabung dengan Bambu Tresno semakin beragam, mulai dari remaja SMA hingga pengrajin berusia 60-70 tahun.
Keberagaman ini menunjukkan bahwa kerajinan bambu tidak hanya diminati oleh generasi tua, tetapi juga oleh generasi muda yang tertarik mempelajari keterampilan tersebut. Margareta merasa bangga melihat tradisi ini terus berkembang meski tantangan zaman semakin besar.
Meskipun Bambu Tresno menghadapi persaingan harga yang ketat dan kebutuhan untuk menjaga kualitas produk, usaha ini terus berkembang. Mereka menjual berbagai produk kerajinan bambu, mulai dari hampers yang dihargai sekitar 30.000 rupiah hingga dekorasi yang bisa dihargai hingga 200.000 rupiah. Permintaan terhadap produk ini dipengaruhi oleh musim, dengan penjualan yang meningkat menjelang hari raya seperti Lebaran dan Natal.
Untuk mengatasi tantangan penjualan, Bambu Tresno memanfaatkan platform media sosial. Margareta menjelaskan bahwa mereka mulai berjualan melalui Instagram dan mendapat respons positif dari konsumen. Suaminya juga mencoba menggunakan TikTok dengan melakukan live streaming, yang ternyata sangat efektif dalam menarik perhatian konsumen dan memperkenalkan produk mereka ke pasar yang lebih luas.
Selain memanfaatkan platform online, Bambu Tresno juga aktif mengikuti berbagai pameran UMKM, seperti BRI UMKM Expo (RT) 2025, yang memberi kesempatan bagi pelaku UMKM untuk memperkenalkan produk mereka. Menurut Margareta, pameran sangat penting karena selain membuka peluang jual beli, juga memberikan kesempatan untuk menjalin silaturahmi dengan sesama pelaku usaha.
"Melalui pameran, saya bisa bertemu banyak orang, memperluas jaringan, dan mendapatkan inspirasi baru," ujar Margareta.
Pameran-pameran ini telah membantu Bambu Tresno meningkatkan penjualan dan menemukan banyak peluang untuk berkembang.
Seiring berjalannya waktu, Bambu Tresno semakin dikenal masyarakat. Meskipun keuntungan yang diperoleh masih terbilang kecil, sekitar 3 hingga 5 juta rupiah per bulan, Margareta merasa puas karena usahanya memberikan dampak positif bagi banyak orang.
Ia berharap Bambu Tresno dapat meningkatkan kesejahteraan pengrajin bambu dan agar kerajinan bambu Indonesia semakin dihargai, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Nama Bambu Tresno memiliki makna personal bagi Margareta. "Tresno" dalam bahasa Jawa berarti cinta, dan nama ini dipilih untuk mencerminkan rasa cintanya kepada keluarga, masyarakat, serta budaya kerajinan bambu yang telah diwariskan turun-temurun. Nama ini juga mencerminkan komitmennya untuk terus melestarikan kerajinan bambu sebagai bagian dari identitas budaya Indonesia.
Dengan semangat untuk terus berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat, Bambu Tresno membuktikan bahwa usaha kecil dapat tumbuh dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dengan memanfaatkan teknologi dan kepekaan terhadap kebutuhan pasar, Bambu Tresno mampu memberikan dampak positif, tidak hanya bagi pengrajin, tetapi juga bagi masyarakat secara umum.
Kini, dengan semakin banyaknya kesempatan yang terbuka, Bambu Tresno semakin yakin bahwa kerajinan bambu memiliki potensi besar untuk berkembang dan menjadi bagian penting dari perekonomian Indonesia.
Berita Terkait
-
Betah di Persita, Tamirlan Kozubaev Ungkap Komunikasi Mendalam Antar Pemain
-
5 Poin Penting Pernyataan Wirda Mansur Terkait Kisruh Utang ke Komunitas
-
BRI Group Raih Indonesia Digital Sustainability Awards, Pimpin Inovasi Digital Berkelanjutan
-
Cara Mengajukan BRIguna Karya Khusus ASN dan Swasta, Dapatkan Cicilan Ringan!
-
Promo BRI di Re-Opening SOGO Sun Plaza Medan, Ada Voucher Berlimpah!
Terpopuler
- 3 Wakil AFF di Piala Asia U-20 2025: Dua Gugur, Satu Lolos ke Perempatfinal
- Tiba di Bali, Cristiano Ronaldo: Love It, Terima Kasih Pak Presiden
- Mengunjungi Gunung Parung yang Diklaim Punya Firdaus Oiwobo, Warga Lokal Bilang Begini
- Komika Mongol Singgung Moral di Hadapan Gibran, Warganet: Contoh Nyata lagi Duduk di Depan
- Danantara Trending, Opini Lawas Dahlan Iskan Beredar
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Rp 5 Jutaan Terbaru Februari 2025, Performa Handal
-
Gratispol Rudy-Seno Diapresiasi, Tapi Fasilitas Pendidikan 3T Tak Boleh Dikesampingkan
-
Di Tengah Efisiensi Anggaran, Pemkab PPU Utamakan Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur IKN
-
Berau Terancam Puting Beliung, BPBD Ingatkan Bahaya Cuaca Ekstrem di Kaltim
-
4 Rekomendasi Laptop Gaming RTX 4060 di Bawah Rp 20 Juta, Terbaik Februari 2025
Terkini
-
Gelar Doa Bersama Usai Dilantik, Hasto-Wawan Janji Atasi Masalah Kota Yogyakarta
-
Sah! Agung Setyawan dan Ambar Purwoko Pimpin Kulon Progo 2025-2030, Ketahanan Pangan dan Pendidikan Jadi Fokus
-
Resmi Jadi Kepala Daerah Gunungkidul, Endah Subekti-Joko Parwoto Dapat Mobil Dinas Baru Anggarannya Rp1,5 M
-
Lelaki Tak Dikenal Tenggelam di Sungai Opak, Tim SAR Gabungan Lakukan Pencarian
-
Resmi Dilantik, Harda Kiswaya dan Danang Maharsa Siap Junjung Tinggi Hak Rakyat Sleman