SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat luncuran ratusan guguran lava dalam sepekan terakhir.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan aktivitas tersebut tercatat pada periode 25 April - 1 Mei 2025.
Total ada 257 kali luncuran lava ke berbagai arah dengan jarak terjauh 2 kilometer.
"Pada minggu ini guguran lava teramati sebanyak 47 kali ke arah hulu Kali Krasak sejauh 2.000 meter, 62 kali ke arah hulu Kali Bebeng sejauh maksimum 2.000 meter dan 148 kali ke arah hulu Kali Sat/Putih 2.000 meter," kata Agus, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (4/5/2025).
BPPTKG turut melakukan analisis analisis foto udara dan foto thermal dari survey drone tanggal 26 April 2025. Termasuk ada analisis morfologi dari stasiun kamera Ngepos dan Babadan2.
Titik panas tertinggi pada kubah barat daya terukur sebesar 249,3 derajat celsius, lebih tinggi 0,8 derajat celsius dari suhu pengukuran sebelumnya.
Sementara morfologi kubah barat daya teramati adanya sedikit perubahan akibat aktivitas guguran lava.
Untuk kubah tengah tidak teramati adanya perubahan morfologi yang signifikan. Pada kubah tengah terukur titik panas terukur sebesar 221,3 derajat celsius, lebih rendah 7,2 derajat celsius dari pengukuran sebelumnya.
Baca Juga: Mahasiswa Pecinta Alam Terjaring Razia Pendakian Ilegal Merapi, BPBD DIY Angkat Bicara
"Berdasarkan analisis foto udara, volume kubah barat daya bertambah sekitar 229.300 meter kubik menjadi sebesar 3.925.500 meter kubik. Sedangkan untuk volume kubah tengah relatif tetap, yaitu sebesar 2.366.700 meter kubik," ungkapnya.
Sejumlah kegempaan masih tercatat dalam sepekan terakhir, didominasi gempa guguran yang mencapai 829 kali.
Disusul gempa fase banyak 764 kali, gempa tektonik 9 kali, dan masing-masing 1 kali gempa vulkanik dangkal dan low frekuensi.
"Intensitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi," ucapnya.
Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM minggu ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
"Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Dokter Lulusan Filsafat yang 'Semprot' DPR Soal Makan Gratis: Siapa Sih dr. Tan Shot Yen?
-
Gile Lo Dro! Pemain Keturunan Filipina Debut Bersama Barcelona di LaLiga
-
BCA Mobile 'Tumbang' di Momen Gajian, Netizen Mengeluh Terlantar Hingga Gagal Bayar Bensin!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
Terkini
-
UMKM DIY Menjerit, Kebijakan Tak Efektif? DPRD Janji Evaluasi Mendalam
-
Bawaslu Kulon Progo Dorong Peran Perempuan untuk Politik yang Lebih Humanis
-
Penangkapan Aktivis Paul di Jogja: Kronologi Detail, dari Pria Misterius hingga Dugaan Penghasutan
-
Jurnalis CNN Dicekal Gegara Pertanyaan "Di Luar Konteks", PWI Geram
-
Lampu Merah Bebas Pengamen? Jogja Siapkan Jurus Jitu 'Zero Gepeng'