SuaraJogja.id - Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) memergoki 20 pendaki secara ilegal naik ke Gunung Merapi yang statusnya masih Siaga atau Level III pada Minggu (13/4/2025).
Disinyalir para pendaki yang merupakan anggota Mahasiswa Pecinta Alam (mapala) naik ke Merapi lewat jalur pendakian jalur Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah meski jalur masih ditutup.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Noviar Rahmad pun memberikan tanggapan terkait kasus tersebut.
Noviar mengingatkan para pendaki tidak coba-coba mempertaruhkan nyawa dengan mendaki gunung aktif tersebut.
"Ya, masyarakat diharapkan paham bahwa Merapi itu tidak pernah memberi janji. Jadi harapannya, masyarakat mematuhi larangan-larangan yang sudah ditetapkan oleh instansi yang berwenang terhadap Merapi. Misalnya, kalau dilarang naik ke gunung berapi, ya jangan naik. Masyarakat atau wisatawan tidak coba-coba mempertaruhkan nyawa di Merapi," papar Noviar di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (14/4/2025).
Menurut Noviar, hingga saat ini Gunung Merapi masih berstatus Siaga Level 3. Level yang sudah ditetapkan sejak 2020 lalu tersebut masih berlaku hingga saat ini karena gunung tersebut masih mengeluarkan erupsi-erupsi kecil yang gugurannya mengarah ke barat daya atau Kali Gendol.
Peningkatan aktivitas gunung pun semakin banyak karena terjadi aktivitas kawah yang terlihat.
Kondisi ini memungkinkan terjadinya erupsi besar yanag bisa meluas.
"Nah, bukan berarti bahwa kita mengabaikan situasi Merapi, ya [bagi para pendaki]. Tapi memang kondisinya sampai hari ini, sesuai dengan informasi dan data terbaru dari BPTKG, masih terkendali. Belum ada peningkatan ataupun penurunan status dari Siaga," paparnya.
Baca Juga: BTNGM Tindak Pendaki Ilegal yang Viral, Kirim Surat ke Pihak Kampus di Sukoharjo untuk Diproses
BPBD sendiri, lanjut Noviar sudah melakukan sejumlah mitigasi terkait Status Siaga Level 3, termasuk bila terjadi kenaikan status di kemudian hari.
Di antaranya membangun 278 Sabo Dam di lereng Gunung Merapi. Jumlah sabo dam ini paling banyak se-Indonesia.
Selain itu Early Warning System (EWS) atau Sistem Peringatan Din juga dipasang di berbagai titik di Gunung Merapi untuk memantau aktivitas Gunung Merapi.
Pemasangan alat ini merupakan kerjasama sejumlah pihak di antaranya 36 unit EWS dari Pemkab Sleman dan 7 unit dari BPPTKG.
"Dari Balai Teknik UGM juga ada dan sudah terpasang semua. Jadi, kalau terjadi peningkatan aktivitas Merapi, maka sistem itu akan memberikan peringatan dan dilakukan evakuasi saat itu juga," jelasnya.
Forum Lingkar Merapi antarstakeholder juga terus dilakukan. Koordinasi forum seperti BPBD, BPTKG kabupaten Magelang, Boyolali, Klaten, Sleman, DIY, dan juga Jawa Tengah dilakukan secara rutin untuk membahasa status Merapi melalui forum tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
3 Pendaki Ilegal Masuk Gunung Merapi, Satu Berhasil Selamat, Dua Masih Dicari
-
Banjir Merenggut Sawah dan Rumah, Mahasiswa Sumatera dan Aceh di Jogja Berjuang Bertahan Hidup
-
3.000 Personel Gabungan Diterjunkan Amankan Nataru, Siagakan 20 Pos Operasi Lilin Progo 2025
-
Lewat Jalan Sehat, BRI Group Himpun Dana Kemanusiaan untuk Pemulihan Sumatra
-
4 Link Saldo DANA Kaget Bisa Bikin Wisata Akhir Tahun Makin Cuan!