SuaraJogja.id - Selama tiga tahun terakhir, koreografer Fitri Setyaningsih melakukan laku—sebuah ziarah tubuh ke gunung-gunung tua di Jawa. Dalam perjalanan itu, ia menyerap pengalaman bukan melalui metode akademik, tetapi lewat perjumpaan langsung dengan manusia, alam, dan waktu. Ia menjadikan tubuhnya sebagai medium sensori untuk mencerap, mencatat, dan akhirnya menyampaikan pengalaman tersebut melalui karya pertunjukan.
Deru Debu Dari Dasar, yang akan dipentaskan pada 21–22 Juni 2025 di Sarang Building, Yogyakarta, adalah bagian dari Trilogi Cincin Api—serangkaian karya tentang relasi tubuh manusia dan tubuh gunung. Karya ini menyampaikan sebuah pesan mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, dan bagaimana kita seharusnya tidak hidup di atasnya, melainkan bersama dan di dalamnya.
“Karya ini ingin membawa pesan dari hati yang paling dalam: kita sebagai manusia yang paling sempurna di muka bumi itu punya kerendahan hati untuk menyelaraskan dengan alam. Orang jangan semena-mena mengambil dari alam, terutama material-material untuk mensupport kehidupan manusia,” ungkap Fitri Setyaningsih, koreografer dan direktur artistik pada konferensi pers (13/6/2025).
Debu sebagai Kehidupan, Bukan Akhir
Dalam karya ini, Fitri memilih debu sebagai elemen utama. Debu tidak dilihat sebagai sisa atau akhir, tetapi sebagai bagian yang hidup—yang merespons langkah kaki, embusan angin, dan kehadiran tubuh.
“Saya tidak mengelola ledakan besar, tetapi justru letupan-letupan kecil itu—ketika lempengan-lempengan di bawah gunung bertemu. Bagaimana pergeseran dan pergerakannya. Debu yang saya temukan di gunung-gunung tua ini bukan objek mati.
Ketika tersentuh, dia hidup. Sama seperti perempuan, dalam keheningan mereka menyimpan koneksi yang dalam dan intuitif,” jelas Fitri.
Muhammad AB, produser Deru Debu Dari Dasar, menegaskan bahwa pendekatan ini sangat berbeda dari narasi dominan yang maskulin dalam melihat alam, “Dalam hal ini Mbak Fitri bukan mencari ledakannya, tetapi lebih pada prosesual yang lebih ke dalam. Makanya itu kenapa Mbak Fitri memilih debu sebagai elemen penting dalam pertunjukan ini,” tuturnya.
“Karya ini tidak sedang mengeksploitasi simbol alam, tetapi merawatnya, mengaktifkannya lewat tubuh, dan memberi ruang agar penonton bisa merasakan alam sebagai bagian dari dirinya sendiri.”
Gunung dalam karya Fitri bukan hanya lanskap fisik, melainkan tubuh perempuan yang memiliki usia, siklus, rasa sakit, dan kemampuan untuk melahirkan. Pendekatan ini dianggap penting oleh banyak pengamat karena menawarkan perspektif yang lebih
holistik dan inklusif.
Joko Suranto Gombloh, pengamat pertunjukan Dosen ISI Surakarta yang hadir dalam konferensi pers mengatakan, “Fitri selalu ingin melihat dari luar. Dari sinibarangkali ledakan-ledakan impulsif dari dalam itu ia tarik keluar, lalu ia gunakan untuk
menemukan signature dia di dalam gerak dan secara umum di dunia koreografi.”
Baca Juga: Taman Pintar Yogyakarta Masih jadi Magnet, Ribuan Pengunjung Padati Libur Idul Adha 2025
“Spesial untuk karya ini, pandangannya tentang gunung sangat feminin. Yang jauh dari persepsi umum yang cenderung maskulin. Fitri saya kira tidak begitu saja mengambil perspektif itu—ia melakukan riset mendalam dari morfologi hingga sosial masyarakat, dari tanah hingga tanaman sekitar gunung. Itu semua ia rengkuh dan terinterpretasi dalam karyanya.”
Sebuah Peristiwa, Bukan Sekadar Pertunjukan
Disusun bersama Rendra Bagus Pamungkas, Luluk Ari Setia, dan Adi Putra, Deru Debu Dari Dasar menggunakan panggung Sarang Building sebagai ruang imersif. Penonton akan menyaksikan dari atas, memperhatikan tubuh-tubuh yang merespons suhu, bunyi, dan lingkungan dengan gerak yang tidak dikoreografikan secara baku, tetapi digali dari dalam.
Fitri mengajak para penampil “untuk menelusuri tubuh masing-masing, menembus batasan gerak maskulin dan feminin, hingga dapat menemukan motif gerak dari dalam tubuh mereka masing-masing.”
Jadwal dan Tiket
Tanggal pertunjukan: 21–22 Juni 2025
Lokasi: Sarang Building 1, Jl Ambarbinangun 1, Kalipakis, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, DIY
Donasi tiket: Rp75.000 (Umum) | Rp50.000 (Pelajar/Mahasiswa)
Kapasitas terbatas: 200 penonton per hari
Reservasi: Melalui tautan di bio akun Instagram @trilogicincinapi
Narahubung: 081229303896 (doel)
Diproduksi oleh: Kementerian Kebudayaan, LPDP, Dana Indonesiana, Fitridanceworks Mitra Pendukung: SaRang, Langgar.co, Gelaran.id, Poster Seni, Buku Seni Rupa, Jogja Art Week ***
Berita Terkait
-
BRI Komitmen Beri Pendampingan, UMKM Perhiasan Asal Mojokerto Siap Go Global
-
BRI Dorong UMKM dan Energi Hijau dengan Prinsip ESG, Portofolio Rp796 T Hingga Akhir Kuartal I 2025
-
KUR BRI Capai Rp42 Triliun, 975 Ribu UMKM Telah Memperoleh Bantuan
-
Kamandalu Ashitaba, UMKM Binaan BRI Siap Go Global Lewat BRI UMKM EXPO(RT) 2025
-
20 UMKM Binaan BRI Sukses Tembus Pasar Internasional di FHA-Food & Beverage 2025!
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Satu Bulan Rampung? Progres Pemindahan Ratusan Makam Terdampak Tol Jogja-Solo Dipercepat
-
Rayakan HUT Balairung ke-40, Kagama Persma Soroti Bahaya Algoritma dan Krisis Kepercayaan Media
-
Rem Mendadak Picu Tabrakan Beruntun di Sleman, 1 Orang Luka
-
Melawan Keterbatasan, Seniman Disabilitas Jogja Pamerkan Karya Memukau di Tengah Mahalnya Bahan Baku
-
Stunting Sleman Turun Jadi 4,2 Persen, Rokok dan Pola Asuh Masih Jadi Musuh Utama