Budi Arista Romadhoni | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 11 Juli 2025 | 18:20 WIB
Ilustrasi kecelakaan lalu lintas di Jogja turun. Polisi ungkap penyebab kecelakaan yang sering terjadi. ANTARA/HO

SuaraJogja.id - Ada kabar baik yang terselip ironi dari jalanan Kota Yogyakarta. Polresta Yogyakarta mencatat adanya tren penurunan angka kecelakaan lalu lintas (laka lantas) sepanjang semester pertama tahun 2025.

Namun, di balik data yang melegakan itu, terungkap sebuah fakta pahit: penyebab utama kecelakaan bukanlah jalanan rusak atau faktor eksternal, melainkan 'dosa' atau kelalaian mendasar dari para pengendara itu sendiri.

Kasatlantas Polresta Yogyakarta, AKP Alvian Hidayat, membenarkan adanya penurunan jumlah insiden di jalan raya. Meskipun grafik bulanan naik-turun, secara umum trennya positif.

"Selama satu semester, berarti kisaran Januari dan kemudian kami menjabat mulai pertengahan Februari itu alhamdulillah ada terjadinya penurunan walaupun tetap fluktuatif, dinamis tapi secara umum itu terjadi penurunan," kata AKP Alvian Hidayat saat ditemui, Jumat (11/7/2025).

Data berbicara jelas. Pada bulan Februari, tercatat ada 63 kejadian, yang kemudian berhasil ditekan menjadi 48 kasus di bulan Maret dan 37 kasus di bulan April. Sempat ada lonjakan kecil, namun angka kembali terkendali.

Ilustrasi kecelakaan lalu lintas. [ANTARA]

"Dan Mei memang ada sedikit peningkatan di 51 (kasus) dan di Juni kemarin terakhir ada 40 [kasus]," ucapnya.

Namun, yang menjadi sorotan utama bukanlah sekadar angka. Polisi melakukan analisis mendalam untuk membongkar akar masalah dari setiap insiden yang terjadi. Hasilnya menunjuk pada satu biang kerok yang sama: perilaku manusia di balik kemudi.

Menurut Alvian, mayoritas kecelakaan terjadi bukan karena manuver ekstrem, melainkan karena kesalahan sepele yang sering diabaikan.

"Secara keseluruhan hasil dari analisa kejadian itu sebagian banyak dari kelalaian pengguna kendaraan bermotor karena sebagian banyak adalah tabrak samping, kemudian tabrak belakang," tuturnya.

Baca Juga: Dari TKI Ilegal ke Kurir Sabu Tisu Basah, Tato Artis Jadi Pintu Masuk Sindikat Internasional

Insiden "tabrak samping" dan "tabrak belakang" adalah cerminan langsung dari kurangnya kewaspadaan, kegagalan menjaga jarak aman, hingga kebiasaan memotong jalur tanpa perhitungan. Ini adalah bentuk kelalaian yang menunjukkan betapa banyak pengendara yang tidak fokus atau terlalu agresif di jalan.

Meski demikian, ada sedikit kabar yang bisa membuat napas sedikit lega. Dari puluhan kasus yang terjadi setiap bulannya, tingkat fatalitas atau korban meninggal dunia di Kota Yogyakarta tergolong sangat rendah dibandingkan wilayah lain.

"Polresta Yogyakarta termasuk yang paling bawah untuk fatalitasnya, paling rendah. Di mana dari selama 6 bulan atau satu semester itu untuk secara fatalitas yang sampai meninggal dunia ada sembilan, selebihnya adalah luka ringan dan satu luka berat," ungkap Alvian.

Ilustrasi kecelakaan lalu lintas. (ANTARA)

Fakta ini seolah menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi patut disyukuri, namun di sisi lain bisa menimbulkan rasa aman yang palsu. Frekuensi kecelakaan yang masih tinggi, meskipun tidak fatal, menunjukkan bahwa potensi bahaya akibat kelalaian masih mengintai di setiap sudut jalanan Kota Gudeg.

Karena itu, Alvian kembali menekankan agar masyarakat tidak pernah lengah. Penurunan angka jangan sampai membuat pengendara besar kepala. Ia mengingatkan bahwa keselamatan adalah tanggung jawab pribadi yang dimulai sebelum mesin kendaraan dinyalakan.

Meski begitu, pihaknya juga tetap membuka ruang bagi masyarakat untuk berkontribusi dalam menciptakan lalu lintas yang aman, termasuk melaporkan infrastruktur yang berisiko.

Load More