SuaraJogja.id - Isu krisis pangan global semakin nyata dan mengancam Indonesia bila tidak diantisipasi dengan langkah konkret.
Perubahan iklim dan cuaca ekstrem semakin memperparah ketahanan pangan di negara ini.
Karenanya pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan strategi besar untuk memastikan ketahanan pangan nasional.
Salah satunya melalui pembentukan Brigade Pangan yang disebar di daerah-daerah luar Jawa.
"Brigade pangan ini kita bentuk untuk menjawab tantangan krisis pangan di depan mata. Banyak lahan di luar Jawa yang selama ini tidak termanfaatkan," papar Wakil Menteri Pertanian (wamentan), Sudaryono di sela wisuda 267 mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian dan ekspor produk pertanian di Yogyakarta, Rabu (20/8/2025).
Menurut Sudaryono, Brigade Pangan merupakan program penempatan sumber daya manusia (SDM) pertanian terlatih ke berbagai daerah, khususnya di luar Jawa, untuk mengolah lahan tidur menjadi lahan produktif.
Melalui program ini, Kementan tidak hanya menurunkan tenaga ahli, tetapi juga memberikan dukungan berupa alat dan mesin pertanian, pelatihan.
Selain itu mereka juga melakukan pendampingan masyarakat lokal agar mampu bertani secara modern.
Dengan menurunkan tenaga terlatih dan memberikan peralatan, lahan tersebut bisa dikelola secara efisien dan menghasilkan produksi pangan dalam skala besar.
Baca Juga: UMKM DIY Go Digital, Gojek Jadi Jurus Jitu Dongkrak Penjualan
"Brigade pangan ini kami ambil dari para lulusan pertanian dari berbagai daerah, termasuk dari jogja ini," jelasnya.
Ia menambahkan, pola kerja Brigade Pangan berbeda dengan penyuluh pertanian biasa.
Penyuluh lebih berperan memberi edukasi teknis, sementara Brigade Pangan bertugas langsung menggarap lahan dan membangun model pertanian kolektif bersama masyarakat setempat.
Skemanya, setiap 15 orang tenaga terlatih diberi tanggung jawab mengelola sekitar 200 hektar lahan.
Dari hasil panen, petani tidak digaji pemerintah, melainkan memperoleh penghasilan dari produksi sendiri.
"Dengan model ini, pendapatan petani bisa signifikan. Minimal Rp10–15 juta per bulan, bahkan ada yang sampai Rp20 juta. Inilah cara kita mengubah lahan tidur jadi sumber kesejahteraan," ungkapnya.
Kementan juga terus memperkuat pendidikan vokasi pertanian melalui Politeknik Pertanian.
Lulusan tidak hanya dipersiapkan sebagai tenaga kerja, tetapi juga sebagai pemimpin muda di sektor pertanian.
Penguatan SDM pertanian merupakan kunci menghadapi ancaman krisis pangan.
Apalagi Indonesia memiliki tanah yang subur dan masyarakat pekerja keras.
Namun butuh ilmu dan teknologi agar sektor pertanian benar-benar produktif.
"Negara kita punya modal besar di sektor pangan. Yang kita lakukan sekarang adalah menyiapkan generasi baru pertanian, memperluas ilmu, dan memastikan produksi terus meningkat. Target kita jelas: produksi pangan nasional naik, petani sejahtera, dan bangsa kita aman dari krisis pangan," kata dia.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Idha Widi Arsanti, menjelaskan DIY saat ini sudah mampu berperan dalam peningkatan komoditi pertanian.
Bahkan melakukan ekspor sejumlah komoditas seperti kemiri, susu evaporasi dan cabai segar ke beberapa negara yang total nilai ekspor mencapai Rp1,135 miliar
Ekspor kemiri sebanyak 9,8 ton ke Arab Saudi dengan nilai Rp433 juta. Sedangkan ekspor susu evaporasi mencapai 10 ton ke Dubai dengan nilai Rp459 juta.
"Untuk cabai segar sebanyak 9 ton ke Jepang senilai Rp243 juta," jelasnya.
Idha menambahkan, pelepasan ekspor menjadi salah satu upaya mewujudkan agenda besar pertanian nasional.
Hal ini sebagai upaya mendorong pertanian pangan, ketahanan pangan, dan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
BPPSDMP saat ini telah membina 317.813 petani muda di seluruh Indonesia.
Dari jumlah tersebut, penerima manfaat program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YES) mencapai 180.556 orang.
Selain itu, terdapat 119.257 petani milenial beserta duta petani milenial yang ikut dibina.
"Bagaimana kita mampu mentransformasikan pertanian dari sistem konvensional menuju pertanian modern. Generasi muda lebih cepat dalam mengadopsi inovasi, termasuk penerapan pertanian presisi. Dengan begitu, hasil pertanian bisa lebih akurat dan lebih baik dari sisi kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas," paparnya.
Idha juga merinci, sepanjang tahun 2025, Kementerian Pertanian telah empat kali melaksanakan pelepasan ekspor. Di antaranya di Kulon Progo dengan nilai Rp1,1 miliar.
"Tentu saja kegiatan ekspor ini sangat potensial dan bermanfaat. Lebih dari itu, kegiatan ini juga dapat menjadi role model, teladan, sekaligus pemantik semangat bagi petani muda di seluruh Indonesia, khususnya di DIY," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Makna Kebaya Hitam dan Batik Slobog yang Dipakai Cucu Bung Hatta, Sindir Penguasa di Istana Negara?
Pilihan
-
Waduh! Cedera Kevin Diks Mengkhawatirkan, Batal Debut di Bundesliga
-
Shayne Pattynama Hilang, Sandy Walsh Unjuk Gigi di Buriram United
-
Danantara Tunjuk Ajudan Prabowo jadi Komisaris Waskita Karya
-
Punya Delapan Komisaris, PT KAI Jadi Sorotan Danantara
-
5 Rekomendasi HP Tahan Air Murah Mulai Rp2 Jutaan Terbaik 2025
Terkini
-
PAD Mandek, Belanja Membengkak: Bantul Cari Jurus Jitu Atasi Defisit 2026
-
MJO Aktif, Yogyakarta Diprediksi Diguyur Hujan Lebat, Ini Penjelasan BMKG
-
Hindari Tragedi Keracunan Terulang! Sleman Wajibkan Guru Cicipi Menu MBG, Begini Alasannya
-
PTS Akhirnya Bernapas Lega! Pemerintah Batasi Kuota PTN, Yogyakarta Jadi Sorotan
-
Kisah Diva Aurel, Mahasiswi ISI Yogyakarta yang Goyang Istana Merdeka