Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 01 September 2025 | 14:53 WIB
Aliansi Jogja Memanggil kembali menggelar aksi demonstrasi di Bundaran UGM, Senin (1/9/2025). [Hiskia/Suarajogja]

Uceng bilang bahwa agenda perbaikan itu dibagi dalam dua kategori yakni gejala dan sumber masalah.

Menurutnya, gejala yang terlihat saat ini antara lain buruknya kinerja aparat, lemahnya reformasi birokrasi, serta maraknya kekerasan polisi.

"Kalau yang gejala-gejala ini kan seperti polisi tidak becus, yang begitu-begitu kan. Artinya reformasi kepolisian. Aparat harus dibuat lebih netral, lebih baik," ucapnya.

Namun ia menilai akar masalah justru ada pada legitimasi pemerintahan yang lahir dari proses pemilu yang cacat.

"Persoalan ini kan sumber dasarnya menurut saya adalah legitimasi pemerintahan yang lemah. Karena pemilu yang buruk, pemilu yang berengsek itu melahirkan pemerintahan yang abal-abal," tegasnya.

Uceng menegaskan bahwa perbaikan legitimasi harus dimulai dari presiden, DPR, serta pihak-pihak yang ada di dalam pemerintahan.

Negara Jangan Hanya Menebar Isu

Oleh karena itu, Zainal menilai momentum aksi harus terus dijaga. Negara tak boleh tinggal diam dan justru hanya menyebar isu.

"Nah saya ingin mengatakan bahwa ini momentum, jadi teman-teman harus turun hari ini. Nah nggak boleh, jangan tidak," ujarnya.

Baca Juga: Demo di UGM: Tuntut Usut Tuntas Kematian Ojol & Mahasiswa, Tolak Represi Negara!

Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga aksi tetap damai sekaligus mendorong negara mencari aktor sebenarnya di balik isu penunggang.

"Untuk menjaga kondusif, menjaga ditunggangi, ya dua tugasnya. Kita menjaga diri pada saat yang sama negara harus cari penunggangnya dong. Jangan menebar insinuasi ada teror makar, siapa? Kalau bilang ada teror, ada makar, iya siapa pelaku teror, siapa makarnya? Kejar," ujar Uceng mengingatkan.

Load More