SuaraJogja.id - Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat bersiap menggelar Hajad Dalem Sekaten untuk memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriyah atau 2025.
Rangkaian upacara tradisi yang sarat makna religius dan budaya ini sudah berlangsung beberapa waktu lalu dai Jumat (29/8/2025). Upacara ini akan bergulir selama sebulan ke depan.
Seperti tradisi yang telah berlangsung turun-temurun, Keraton akan mengeluarkan dua perangkat gamelan pusaka, Kanjeng Kiai Gunturmadu dan Kanjeng Kiai Nagawilaga, dari dalam keraton.
Kedua gamelan tersebut akan ditabuh di Pagongan Masjid Gedhe Kauman selama prosesi berlangsung.
Tabuhan gamelan inilah yang dikenal masyarakat dengan sebutan Sekaten.
"Sekaten merupakan salah satu hajad dalem penting, bukan hanya perayaan budaya, tapi juga sarana syiar Islam sejak zaman Wali Sanga. Tradisi ini selalu ditunggu masyarakat, terang KRT Kusumonegoro, koordinator prosesi Garebeg Mulud Dal 1959 di Yogyakarta, Selasa (2/9/2025).
Menurut Kusumongoro, rangkaian Hajad Dalem Sekaten Dal 1959 dimulai dengan prosesi Miyos Gangsa pada Jumat (29/8/2025) malam di Bangsal Pancaniti, Kamandungan Lor.
Prosesi ini ditandai dengan pembagian udhik-udhik oleh utusan dalem sebelum gamelan dikeluarkan menuju Masjid Gedhe.
Selanjutnya Geladi Prajurit di Alun-alun Utara, Numplak Wajik di kompleks Magangan, hingga Mbusanani Pusaka dan Bethak yang bersifat internal.
Baca Juga: Seru! Ribuan Warga Berebut 2 Ton Apem di Acara Puncak Saparan Ki Ageng Wonolelo
Malam sebelum puncak perayaan, Kamis (4/9/2025) akan digelar prosesi Kondur Gangsa yang diawali dengan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW.
Tahun ini prosesi Kondur Gangsa istimewa karena Raja Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB X akan meninggalkan Masjid Gedhe melalui prosesi Jejak Banon atau menjejak tumpukan bata di pintu butulan selatan.
"Prosesi ini melambangkan peristiwa sejarah Pangeran Mangkubumi saat menyelamatkan diri dari kepungan musuh," jelasnya.
Puncak Sekaten akan berlangsung Jumat (5/9/2025) dengan Garebeg Mulud. Keraton akan mengeluarkan enam gunungan: Gunungan Kakung, Estri, Gepak, Dharat, Pawuhan, serta Gunungan Brama yang hanya muncul setiap delapan tahun sekali, bertepatan dengan Tahun Dal.
Gunungan Brama berbentuk silinder dengan puncak berisi anglo tanah liat yang membakar kemenyan, sehingga sepanjang prosesi mengeluarkan asap pekat.
Tidak seperti gunungan lainnya yang dibagikan untuk masyarakat, Gunungan Brama hanya didoakan di Masjid Gedhe lalu dikembalikan ke dalam Kedhaton untuk Sultan, keluarga, dan Sentana Dalem.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
Kebijakan Sri Mulyani Kandas di Tangan Purbaya: Pajak Pedagang Online Ditunda
-
Harga Emas Hari Ini Turun Lagi! Antam di Pegadaian Jadi Rp 2.657.000, UBS Stabil
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
Terkini
-
Viral Motor Terperosok di Proyek Gorong-gorong Kotagede, Pemkot Jogja Pastikan Proyek Segera Selesai
-
'Indonesia Sengsara': BEM KM UGM Rilis Laporan Pedas 1 Tahun Prabowo-Gibran
-
3 Link DANA Kaget: Amplop Digital Gratis? Buruan Klaim sebelum Habis
-
Makan Bergizi Gratis Diteruskan Meski Ratusan Siswa Keracunan, DIY Beri Pelatihan Penjamah Makanan
-
Borobudur Highland Siap Jadi "Luar Biasa"': Kemenpar Dorong Event Kelas Dunia Pacu Sport Tourism