Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 10 September 2025 | 20:57 WIB
Potongan Arca Agastya di Dusun Klangkapan 2, Margoluwih, Seyegan, Sleman. (dok.Istimewa)
Baca 10 detik
  • Arca Batu yang ditemukan warga di Sleman menjadi sorotan banyak pihak
  • Arca yang ditemukan di Sungai Krusuk, Dusun Klangkapan 2 sudah pernah terjadi sebelumnya
  • Namun BPK tak bisa memastikan bahwa wilayah tersebut terdapat situs candi
[batas-kesimpulan]

SuaraJogja.id - Penemuan arca batu oleh seorang bocah di Sungai Krusuk, Dusun Klangkapan 2, Margoluwih, Seyegan, Sleman, menambah daftar panjang temuan arkeologis di wilayah tersebut.

Kepala BPK Wilayah X, Manggar Sari Ayuati, mengonfirmasi bahwa kawasan Klangkapan itu memang memang bukan yang pertama.

Melainkan sudah beberapa kali temuan benda purbakala di lokasi tersebut.

Pihaknya mencatat bahwa arca yang merupakan tokoh Agastya dari masa Mataram Kuno bercorak Hindu ini adalah temuan keempat di kawasan yang sama dalam beberapa tahun terakhir.

"Iya, sepertinya tiga kali sudah pernah ditemukan [benda purbakala]. Ini [temuan arca] keempat," kata Manggar saat dikonfirmasi, Rabu (10/9/2025).

Disampaikan Manggar, BPK mencatat bahwa pada medio tahun 2017, warga sekitar juga menemukan beberapa arca lain yang kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Ketiganya adalah arca Agastya, Durga, dan Nandi — yang merupakan bagian dari panteon penting dalam ikonografi candi-candi Hindu di Jawa.

"[Sebelumnya temuan tahun] 2017. Jadi Agastya, Durga dan Nandi pada saat itu," ungkapnya.

Dengan adanya empat temuan arca di satu kawasan, muncul pertanyaan mengenai kemungkinan keberadaan struktur candi yang pernah berdiri di daerah tersebut.

Baca Juga: Penemuan Arca di Sleman: Benarkah Peninggalan Mataram Kuno? Ini Kata Ahli

Terkait hal itu, Manggar menegaskan bahwa belum ada kesimpulan pasti soal itu.

Namun, ia menduga kecil kemungkinan bahwa area tersebut terdapat struktur atau kawasan candi.

"Kalau seperti itu [ada struktur candi] kita belum tahu, karena Agastya kan nggak mungkin dua, dalam satu candi itu satu, gitu," ujarnya.

Menurut Manggar, jumlah arca yang ditemukan dan keragaman tokoh itu menunjukkan kemungkinan bahwa arca-arca tersebut tidak berasal dari satu struktur bangunan yang sama.

Justru, ia menduga beberapa arca mungkin berpindah tempat akibat faktor alam.

"Kadang-kadang seperti itu, apa, transportir gitu loh cuma pindahan dari mana, gitu. Sering sekali seperti itu. Ya, hanya di pinggir-pinggir itu sungai itu, terbawa arus, kan, semacam itu," tandasnya.

Jika ketiga acra sebelumnya telah melalui proses analisis dan ditetapkan sebagai cagar budaya.

Sementara itu, arca Agastya yang ditemukan oleh bocah di Sungai Krusuk baru saja diamankan dan masih dalam tahap analisis oleh tim ahli dari BPK.

Penentuan statusnya sebagai cagar budaya masih menunggu hasil rapat tim lintas disiplin.

Load More