Budi Arista Romadhoni | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 17 September 2025 | 12:12 WIB
Ilustrasi ojek online (unsplash.com/Afif Ramdhasuma)
Baca 10 detik
  • Ribuan ojol GARDA demo besar di Jakarta, namun Forum Ojol Yogyakarta Bergerak (FOYB) absen.
  • FOYB khawatir aksi ditunggangi kepentingan politik praktis dan memilih jalur audiensi resmi.
  • Ojol Yogyakarta tetap beroperasi melayani pelanggan, mengancam aksi jilid II jika lobi gagal.
[batas-kesimpulan]

SuaraJogja.id - Solidaritas pengemudi ojek online (ojol) se-Indonesia tampak terbelah pada aksi demonstrasi besar yang digelar di Jakarta, Rabu (17/9/2025).

Saat ribuan massa yang tergabung dalam Asosiasi Pengemudi Ojek Online Garda Indonesia (GARDA) mengepung Istana Negara, Forum Ojol Yogyakarta Bergerak (FOYB) justru mengambil sikap berbeda dengan memastikan tidak akan turun ke jalan.

Aliansi ojol dari Kota Gudeg tersebut memilih untuk tetap beroperasi normal dan melayani pesanan pelanggan atau onbid. Keputusan ini mengindikasikan adanya perbedaan strategi perjuangan yang tajam di antara komunitas driver online di tanah air.

Aksi yang diinisiasi GARDA bersama sejumlah aliansi mahasiswa menyasar tiga titik strategis di ibu kota, yakni Kementerian Perhubungan, Istana Negara, dan Gedung DPR RI.

Tuntutan mereka pun tak main-main, mulai dari mendesak potongan aplikasi menjadi 10 persen hingga meminta Presiden mencopot Menteri Perhubungan yang dinilai tidak pro-rakyat.

Namun, gegap gempita aksi di Jakarta tak membuat FOYB ikut tergerak. Ketua FOYB, Rie Rahmawati, menegaskan pihaknya sengaja menarik diri untuk menjaga perjuangan agar tidak disusupi kepentingan lain.

"Menyikapi aksi 17 September 2025, dari FOYB menyatakan untuk tidak ikut aksi di tanggal tersebut, karena FOYB sendiri sudah terafiliasi dengan Forum Diskusi Transportasi Online Indonesia (FDTOI)," kata Rie Rahmawati saat dikonfirmasi, Rabu siang (17/9/2025).

Rie mencium adanya potensi gerakan massa ojol dimanfaatkan untuk tujuan politik praktis. Ia mengimbau agar rekan-rekan seprofesinya lebih kritis dan tidak mudah terbawa arus sebelum memutuskan turun ke jalan. Menurutnya, penting untuk menelusuri siapa penanggung jawab aksi dan agenda tersembunyi di baliknya.

"Saya berharap teman-teman ojol ataupun driver online yang lainnya harus bersikap bijaksana dalam mengikuti sebuah aksi. Kita harus telusuri siapa penanggung jawabnya dan ada tujuan apa di balik aksi itu," tegasnya.

Baca Juga: Ojol DIY Meradang atas Kematian Affan Kurniawan: Kami Tak Bersenjata, Kenapa Polisi Brutal?

Kekhawatiran ini menjadi alasan utama FOYB untuk tidak mengirimkan massanya ke Jakarta. Rie secara terang-terangan memperingatkan agar para driver ojol tidak menjadi "kuda tunggangan" pihak-pihak tertentu yang ingin meraih keuntungan sesaat.

"Jangan sampai massa ojol dijadikan kendaraan politik atau kepentingan dari kelompok-kelompok tertentu," ujarnya.

Meski absen dari demonstrasi, Rie memastikan perjuangan FOYB tidak berhenti. Bersama FDTOI, pihaknya konsisten menempuh jalur diplomasi dan audiensi resmi dengan pemerintah maupun lembaga legislatif. Upaya lobi ini, kata dia, sudah dilakukan secara terukur.

"Dari FDTOI, dari FOYB sudah berkirim surat kepada pemerintahan, kepada DPR dan lain-lain, dan apabila surat-surat tersebut tidak digubris oleh pemerintahan ataupun yang kita kirimi surat tersebut, maka dari FOYB dan FDTOI siap untuk melaksanakan aksi jilid II," ungkap Rie.

Ia menambahkan, aksi turun ke jalan merupakan opsi terakhir. Jika dialog dan surat-menyurat menemui jalan buntu, FOYB tak akan segan menggelar aksi massa tandingan.

"Ketika audiensi, ketika diskusi, ketika surat sudah tidak ditanggapi maka jalan satu-satunya adalah turun ke jalan lagi," tandasnya.

Load More