Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 24 September 2025 | 21:45 WIB
Salah satu titik area Selokan Mataram yang dikeringkan, di wilayah Kalurahan Banyurejo, Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman, Selasa (9/8/20220).(kontributor/uli febriarni)
Baca 10 detik
  • Selokan Mataram dan Van der Wick di Sleman akan ditutup untuk perbaikan
  • Petani menolak terhadap kebijakan tersebut
  • Bupati Sleman menyiapkan jalan tengah ke depan

SuaraJogja.id - Rencana Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) menutup Selokan Mataram dan Selokan Van der Wijck menuai perhatian serius di Sleman.

Pasalnya, para petani khawatir distribusi air terganggu yang dikhawatirkan bakal berdampak pada sektor pertanian.

Sementara di sisi lain, BBWSSO selaku pengelola menegaskan perbaikan infrastruktur mutlak dilakukan mengingat beberapa kerusakan yang ada.

Bupati Sleman, Harda Kiswaya, mengaku telah melakukan komunikasi intensif dengan berbagai pihak terkait, termasuk perwakilan petani.

Ia menekankan bahwa persoalan ini pada dasarnya berangkat dari tujuan yang sama, yaitu memastikan air irigasi tetap lancar.

"Sebenarnya semuanya baik tujuannya, Balai Besar [BBWSSO] selaku institusi yang diberi kewenangan Selokan Mataram akan menjalankan tugasnya untuk masyarakat, petani ya minta jaminan air lancar, terdistribusi dengan baik," kata Harda, dikutip, Rabu (24/9/2025).

"Hanya bagaimana memadukan kepentingan yang sama itu dengan pola tanam yang ada di Sleman melalui para petani, itu aja sebenarnya, tidak ada yang berat," imbuhnya.

Meski begitu, Harda tidak menutup mata terhadap kekhawatiran para petani.

Ia mengingatkan bahwa tahun lalu sebenarnya sudah ada kesepakatan.

Baca Juga: 83 Pejabat Dirotasi Bupati, Harda Kiswaya Akui Tak Segan Ganti yang Dinilai Tak Mampu

Namun kini muncul kerusakan mendesak yang perlu segera ditangani. Sehingga langkah penutupan itu pun menjadi opsi yang sulit dihindari.

Sebagai solusi sementara, Harda menawarkan alternatif berupa penggunaan sumur maupun embung.

Bahkan Pemkab Sleman siap menanggung biaya operasional melalui APBD bila nantinya penggunaan sumur membebani petani.

"Ada [solusi] tak tawani sumur, tak tawani nanti embung, kan balai besar juga menawarkan sumur. Jadi pada saat ditutup nanti alternatifnya pakai sumur. Hanya nanti kalau operasional tinggi pakai APBD melalui dinas pertanian," ungkapnya.

Kendati demikian, Bupati mengakui fasilitas sumur yang tersedia saat ini masih terbatas.

Untuk itu, ia menjadwalkan diskusi lanjutan bersama petani dan BBWSSO guna mencari titik temu sebelum rencana penutupan direalisasikan.

Load More