- Presiden Prabowo menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada sepuluh tokoh di Istana Negara Jakarta pada Senin, 10 November 2025.
- Pemberian gelar kepada Presiden Kedua RI, Soeharto, memicu kritik keras karena dinilai mengabaikan pelanggaran HAM dan pembunuhan demokrasi Orde Baru.
- Aktivis dan tokoh politik menegaskan bahwa Soeharto seharusnya tidak dinobatkan sebagai pahlawan karena warisan rezimnya berupa kejahatan kemanusiaan dan ketimpangan ekonomi.
SuaraJogja.id - Presiden Prabowo Subianto baru saja menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada 10 tokoh di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada Senin (10/11/2025).
Salah satu tokoh yang kontroversial memperoleh gelar ini adalah Presiden ke-2 RI, Soeharto.
Penganugerahan gelar tersebut pun banyak mendapat kritik dari sejumlah pihak.
Sebab, keputusan Prabowo itu dinilai tidak pantas karena Soeharto membawa masa kelam bagi bangsa ini sebelum reformasi.
Sebut saja puluhan anggota Jogja Memanggil yang melakukan aksi unjukrasa di Yogyakarta, Senin Siang.
Mereka menegaskan Soeharto tidak pantas dinobatkan sebagai pahlawan bangsa.
Juru Bicara Jogja Memanggil, Bung Koes dalam pernyataan sikapnya menyatakan rezim Orde Baru di bawah Soeharto merupakan masa kelam yang menandai pembunuhan terhadap demokrasi.
Bahkan pelanggaran hak asasi manusia, dan pengkhianatan terhadap cita-cita kemerdekaan terjadi.
"Soeharto bukan pahlawan, ia penjahat kemanusiaan. Rezimnya dibangun di atas darah dan kebohongan. Dari pembantaian massal 1965-1966, Talangsari, hingga penculikan aktivis 1990-an, semua menjadi bukti bahwa kekuasaan Soeharto adalah mesin pembunuh rakyat," ungkapnya.
Baca Juga: Gelar Pahlawan Soeharto: UGM Peringatkan Bahaya Penulisan Ulang Sejarah & Pemulihan Citra Orde Baru
Dia menyebut, mengangkat Soeharto sebagai pahlawan nasional sama saja dengan menghapus ingatan kolektif bangsa terhadap penderitaan yang ditimbulkan oleh rezim Orde Baru.
Mestinya bangsa ini tidak boleh menormalisasi kejahatan sejarah.
Karenanya mengangkat Soeharto sebagai pahlawan berarti mengkhianati para korban.
Pemerintah pun dinilai menertawakan perjuangan reformasi yang telah mengorbankan ribuan nyawa rakyat dan mahasiswa.
Apalagi warisan Soeharto bukan hanya kekerasan politik. Namun juga korupsi yang dilembagakan melalui yayasan-yayasan seperti Supersemar dan Dharmais.
Bahkan rezimnya menumbuhkan ketimpangan ekonomi dan sistem politik yang menindas.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
- 5 Mobil Bekas di Bawah 50 Juta Muat Banyak Keluarga, Murah tapi Mewah
Pilihan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun Usai Natal, Cabai hingga Bawang Merah Merosot Tajam
Terkini
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
-
Antisipasi Darurat saat Nataru, Alat Pacu Jantung Otomatis Disiapkan Sejumlah Titik di Malioboro
-
Satu Armada Tembus Rata-rata 3 Kali Perjalanan Sehari, Libur Natal Wisata Jip Merapi Bawa Berkah
-
Dishub Sleman: Arus Lalu Lintas Libur Natal Masih Ramai Lancar, Rekayasa Belum Diterapkan
-
Lewat AgenBRILink, Ibu Rumah Tangga Ini Bangun Usaha & Ciptakan Lapangan Kerja di Desa