Budi Arista Romadhoni | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 08 Desember 2025 | 16:22 WIB
Seorang bocah berjalan meniti kayu-kayu yang memenuhi area Pondok Pesantren Darul Mukhlishin pascabanjir bandang di Desa Tanjung Karang, Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Jumat (5/12/2025). [ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/app/foc]
Baca 10 detik
  • Pakar UGM, Diana Setiyawati, menekankan pemenuhan kebutuhan dasar adalah pondasi pemulihan psikologis penyintas bencana Sumatera.
  • Pada fase darurat, prioritas utama adalah penyediaan logistik, tempat tinggal layak, serta dignity kit bagi perempuan dan anak.
  • Pemulihan jangka menengah melibatkan kolaborasi dengan pemerintah dan kampus lokal untuk program yang berkelanjutan dan berbasis kebutuhan riil.

SuaraJogja.id - Pakar psikologisosial dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Diana Setiyawati, menekankan pentingnya kebutuhan dasar bagi para penyintas bencana di sejumlah wilayah di Sumatera. 

Diana bilang bahwa kesejahteraan psikologis tidak akan mungkin pulih jika kebutuhan dasar belum terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan dasar ini menjadi pondasi utama sebelum masuk pada tahapan pemulihan yang lebih panjang.

Pada fase awal tanggap darurat, kata Diana, kebutuhan yang paling utama adalah logistik dan tempat tinggal layak bagi para penyintas.

"Kalau kita bicara tentang well-being atau kesejahteraan fisik dan psikologis, nomor satu itu basic needs harus terpenuhi dulu. Masyarakat harus kembali pada kondisi yang nyaman. Jadi yang sangat penting adalah bagaimana kebutuhan dasar mereka bisa terpenuhi dan bagaimana mereka merasa tersupport," ungkap Diana, Senin (8/12/2025).

Setelah fase darurat terlewati, program pemulihan jangan menengah dan panjang di wilayah terdampak bakal mulai dilakukan. 

Pihaknya dalam hal ini ikut terlibat untuk menyusun berbagai program itu. Tak hanya bersama dengan pemerintah atau pemangku kepentingan setempat tapi juga dengan kampus-kampus lokal yang ada.

Pendekatan ini dinilai penting agar pemulihan dilakukan secara berkelanjutan dan berbasis kebutuhan riil masyarakat di lapangan. 

Dalam aspek bantuan yang bersifat paling mendesak saat ini, Diana mengungkap pentingnya pemenuhan kebutuhan spesifik bagi perempuan dan anak-anak. 

Ia menjelaskan bahwa timnya memprioritaskan penyediaan dignity kit dan alat belajar untuk anak-anak sebagai bagian dari upaya pemulihan aktivitas harian dan mental mereka. 

Baca Juga: Jangan Sampai Terlambat, Prediabetes Mengintai Anak Muda: Kenali Risikonya & Cara Mengatasinya

Dignity kit itu mencakup pembalut, perlengkapan mandi, popok, dan kebutuhan personal lainnya yang sangat penting bagi perempuan dan anak-anak dalam situasi darurat. 

"Untuk sekarang, kita prioritaskan dignity kit dan alat belajar untuk anak-anak, karena itu membantu mereka segera kembali menjalani kehidupan sehari-hari," ujarnya. 

"Kita juga melatih para relawan dengan psychological first aid. Agar mereka bisa mendampingi penyintas saat memenuhi kebutuhan makan dan kebutuhan dasar lainnya," imbuhnya. 

Diana juga mengungkapkan bahwa tantangan terbesar dalam penanganan bencana ini adalah menjangkau lokasi-lokasi terdampak yang sulit diakses. Untuk mengatasi kendala tersebut, timnya bekerja sama dengan NGO lokal yang sudah lebih dulu berada di lapangan. 

Diana menegaskan bahwa pemulihan pascabencana tidak hanya soal infrastruktur tapi membangun kembali ketahanan mental dan rasa aman masyarakat. 

Ia berharap langkah-langkah dengan pendekatan pemenuhan dasar ini dapat membantu para penyintas untuk perlahan bangkit dan kembali menjalani kehidupan secara lebih layak dan bermartabat.

Load More