37 Anggota TNI AD Ikuti Kuliah Perdana Program Pascasarjana UGM

"Ini Indonesia, bukan Jogja. Ini pendidikan nasional," tutur Mohtar.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Senin, 24 Februari 2020 | 13:29 WIB
37 Anggota TNI AD Ikuti Kuliah Perdana Program Pascasarjana UGM
Profesor Ilmu Hubungan Internasional Mohtar Masoed dan Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kerjasama UGM Djagal Wiseso Marseno memberikan materi kuliah umum Gedung Sekolah Pascasarjana Senin (24/2/2020). - (Suara.com/Mutiara Rizka)

SuaraJogja.id - Universitas Gadjah Mada (UGM) melaksanakan kerja sama dengan TNI Angkatan Darat (AD) dalam bidang pendidikan untuk perwira dan bintara TNI AD. Sebanyak 37 anggota TNI AD mengikuti kuliah perdana mahasiswa program pascasarjana di Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (24/2/2020).

Kuliah diawali dengan laporan penerimaan mahasiswa kerjasama TNI AD oleh Direktur Pendidikan dan Pengajaran Sekolah Pascasarjana Sri Peni Wastutiningsih. Materi kuliah disampaikan Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kerjasama UGM Djagal Wiseso Marseno mengenai "Peningkatan Profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Rangka Menyongsong Indonesia Emas Tahun 2045".

Sementara, materi ke-UGM-an disampaikan Profesor Ilmu Hubungan Internasional Mohtar Masoed. Dalam ceramahnya, ia menyampaikan mengenai pendidikan nasional di UGM.

"Ini Indonesia, bukan Jogja. Ini pendidikan nasional," tutur Mohtar, menjelaskan bahwa pendidikan di UGM dapat dinikmati seluruh warga Indonesia, tidak terbatas hanya dari Yogyakarta saja.

Baca Juga:Sergio Farias Ungkap Positif dan Negatif Ikut Turnamen Piala Gubernur Jatim

Mohtar menyebut Indonesia sebagai common denominator, di mana untuk urusan suku kembali pada masing-masing, tetapi untuk hal politik berpacu pada Indonesia.

Ia juga mengimbau mahasiswa untuk dapat membedakan asimilasi dan multikulturalisme. Asimilasi berarti menerima satu perubahan, kemudian yang lainnya menyesuaikan. Sementara, multikulturalisme berarti menerima beragam perbedaan untuk hidup berdampingan.

"Indonesia menganut multikulturalisme. Semua tetap menjadi masing-masing .Namun saat menjadi Indonesia semua melepaskan identitasnya itu," imbuh Mohtar.

Menurut Mohtar, dengan menerapkan nilai-nilai UGM, beragam tantangan ke depan bisa terjawab. Salah satu yang disebut sebagai nilai UGM adalah mendahulukan perikemanusiaan sebelum perikebangsaan.

Setelah menerima materi dan jeda makan siang, aktivitas kuliah perdana dilanjutkan dengan penyampaian informasi dari perpustakaan dan kemahasiswaan.

Baca Juga:Kualifikasi Asia: Toroman Ungkap Strategi Filipina Lumat Timnas Indonesia

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini