Lebaran di Perantauan, Tata Tahan Rindu Ketupat Opor Masakan Ibu

Kerinduan dengan keluarganya hanya bisa ia salurkan via video call.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 25 Mei 2020 | 14:03 WIB
Lebaran di Perantauan, Tata Tahan Rindu Ketupat Opor Masakan Ibu
Ilustrasi video call

SuaraJogja.id - Tradisi mudik selalu menjadi agenda tahunan hampir seluruh masyarakat yang bekerja di luar kota. Lebaran seharusnya menjadi momen yang tepat untuk pulang ke kampung halaman. Namun tahun ini masyarakat terpaksa harus menetap di kota tempatnya merantau demi mematuhi imbauan pemerintah terkait pencegahan penyebaran virus corona.

Salah satu perantau yang tak bisa mudik di hari raya Lebaran ini, Bara Aranandita Fata, mengungkapkan kekecewaan dan kesedihannya karena tidak bisa berkumpul bersama keluarga. Pria yang biasa disapa Tata ini terpaksa harus bertahan dalam mesnya saat merayakan hari raya Idul Fitri tahun ini.

Tata, yang bekerja dalam sebuah perusahaan di daerah Tangerang ini, tidak bisa berbuat banyak karena tidak diperbolehkan pulang kampung meski sudah dua bulan belakangan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH). Hal itu mengingat Tangerang yang masuk ke dalam zona merah, ditambah dengan larangan mudik yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

"Tentunya sedih, apalagi ini tahun pertama merantau setelah lulus kuliah, harapannya bisa mudik dan kumpul bareng keluarga dengan status bukan mahasiswa lagi," ujar Tata saat dihubungi SuaraJogja.id, Senin (25/5/2020).

Baca Juga:Kecelakaan Maut Bajaj Vs Bus TransJakarta, Penumpang Tewas, Satu Luka-luka

Ia tetap menjalankan salat Id di mes tempatnya tinggal bersama beberapa rekan kerjanya. Kendati begitu, kerinduan dengan keluarganya hanya bisa ia salurkan via video call.

Diungkapkan Tata, tidak sedikit keluarga besarnya yang juga merantau ke kota orang. Jika tahun-tahun sebelumnya tempat kakeknya selalu ramai, tahun ini menjadi sepi seperti hari-hari biasa, tidak ada nuansa lebaran yang meriah dan ramai.

"Banyak yang merantau, tapi ternyata ada pandemi ini, jadi tidak bisa pulang kampung. Kangen momen kumpul bersama keluarga, dan juga yang jelas, kangen ketupat opor masakan ibu," ungkapnya.

Nasib berbeda dialami pemudik Bekasi, Prasetio, yang telah menyelesaikan masa karantina mandiri selama 14 hari. Ia menjalani karantina di bangunan warung baru di kawasan pesisir Pantai Glagah, tepatnya di Kalurahan Glagah, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, setelah memutuskan untuk pulang kampung pada Rabu (6/5/2020) lalu.

Pada Rabu (20/5/2020) kemarin, ia telah diperkenankan pulang oleh pihak Satgas Covid-19 Desa Glagah. Didampingi oleh Lurah setempat, Kepala Puskesmas 2 Temon, Babinsa, polisi, dokter, dan kepala Satgas Kapanewon Temon, Prasetio secara resmi diserahkan kembali kepada pihak keluarga.

Baca Juga:Tiadakan Ziarah Saat Lebaran, TPU Karet Bivak Ditutup Ikuti Aturan PSBB

Dihubungi terpisah, Prasetio mengaku senang sudah berhasil melewati masa karantina mandiri tersebut dan akhirnya bisa berkumpul kembali dengan keluarga. Apalagi saat ini adalah Hari Raya Idul Fitri, yang membuatnya makin bersyukur bahwa kesabarannya dapat terbayar tuntas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak