SuaraJogja.id - Tempayan atau gentong berisi air bersih yang terbuat dari bahan tanah liat menjadi pemandangan ikonik di kawasan Jatisawit, Desa Balecatur, Yogyakarta. Memasuki kawasan ini, wadah untuk mencuci tangan tersebut ada di tiap rumah warga. Menarik perhatian, bagi Anda yang belum pernah mendengarnya, kearifan lokal ini bernama padasan.
hal itu adalah tradisi turun menurun dari budaya Jawa dan sudah sejak lama ada untuk membiasakan warga mencuci tangan dan kaki sebelum masuk rumah.
Berbicara soal menjaga kebersihan dengan mencuci tangan, dekat kaitannya dengan protokoler kesehatan agar terhindar dari COVID-19. Ya, sebenarnya di Indonesia sudah sejak lama terdapat sebuah tradisi kearifan lokal yang saat ini telah jarang dilakukan oleh beberapa daerah terutama wilayah perkotaan.
Berkaitan dengan pandasan, belum lama ini Suara.com berkunjung ke sebuah wilayah yang memiliki inisiatif mencegah penyebaran COVID-19 menggunakan metode kearifan lokal.
Baca Juga:Best 5 Oto: Mutia Ayu Keren di Mobil, Valentino Rossi Bisa Nangis
Memasuki wilayah Gamping, siang itu perhatian Suara.com tertuju pada sebuah kerajinan gerabah 'padasan' yang berjajar di halaman rumah warga yang menggagas Gerakan Satu Rumah Satu Padasan.
Giyono selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Balecatur, selaku salah satu penggagas gerakan ini, menyebutkan bahwa awalnya ide gerakan tersebut muncul karena keprihatinan dan sikap waspada terhadap pandemi COVID-19 yang merebak di Indonesia.
"Awal munculnya gerakan ini hanya berdasarkan diskusi ringan dengan para pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD). Kemudian dari LPMD disampaikan ke rapat paguyuban RT Triwulan, akhirnya disetujui oleh tokoh-tokoh masyarakat," tutur Giyono saat kami wawancarai, Jumat (14/8/2020) di Kantor Desa Balecatur.
Setelah proses perumusan dan perencanaan, akhirnya perangkat desa dibantu dengan LPMD bersama-sama menyampaikan gagasan satu rumah satu padasan tersebut kepada masyarakat Pedukuhan Jatisawit, Desa Balecatur.
Tak disangka, rupanya gagasan ini disambut baik oleh masyarakat Pedukuhan Jatisawit Desa Balecatur. Mereka bahkan tak keberatan jika masing-masing rumah nantinya akan dipasang padasan yang terbuat dari bahan berupa tanah liat itu.
Baca Juga:Bajaj Bajuri Disebut Ramal Wabah, Publik: The Simpson dengan Kearifan Lokal
"Alhamdulillah pada waktu itu, warga setuju dan malah antusias ya, secara swadaya sebelum padasan ini datang, mereka sudah terlebih dahulu gotong royong membangun pondasi dari semen," imbuhnya.
Kurang lebih sebanyak 117 Kepala Keluarga (KK) di Pedukuhan Jatisawit, Desa Balecatur secara mandiri dan bergotong royong telah menempatkan padasan di masing-masing halaman rumah mereka.
Ketika ditanya tentang dari mana padasan ini berasal, Giono kembali menjelaskan bahwa kerajinan gerabah yang dijadikan tempat mencuci tangan tersebut dibuat di wilayah Sedayu.
"Ya, jadi kerajinan gerabah tanah liat ini dibuat secara manual di wilayah Sedayu, harganya juga cukup terjangkau dan menurut kami bahannya sesuai dengan yang diharapkan," sebut Giono.
Selain gerakan satu rumah satu padasan, warga Pedukuhan Jatisawit, Desa Balecatur ini juga rutin melakukan penyemprotan disinfektan setiap seminggu dua kali demi meminimalisir penyebaran COVID-19 yakni setiap hari Kamis dan Jumat.
Harapan Giono untuk di kemudian hari, nantinya gerakan satu rumah satu padasan dapat serentak dilaksanakan oleh 17 pedukukan lainnya selain Jatisawit.
Karena menurutnya, kebiasaan mencuci tangan sebelum memasuki rumah merupakan salah satu cara di mana seluruh anggota keluarga bisa meminimalisir penyebaran COVID-19 serta penyakit lainnya.
Tugu Gerakan Masyarakat Gugus Tugas COVID-19 Jatisawit, Balirejo
Tak kalah unik dengan pengadaan padasan, Padukuhan Jatisawit, Desa Balecatur juga rupanya berinisiatif membangun sebuah tugu yang cukup menarik perhatian.
Terletak di persimpangan sebelum memasuki Padukuhan Jatisawir, terdapat bangunan berupa Tugu Gerakan Masyarakat Gugus Tugas COVID-19 yang menjulang tinggi.
Bukan tanpa alasan, Tugu Gerakan Masyarakat Gugus Tugas COVID-19 ini juga dibangun berdasarkan musyawarah warga dan perangkat desa. Giono menuturkan, bahwa Tugu Gerakan Masyarakat Gugus Tugas COVID-19 dibuat untuk mengenang bahwa pernah terjadi peristiwa luar biasa di tahun 2020.
Giono dan warga masyarakat ingin mengingatkan kepada anak cucu di masa depan, bahwa pada tahun 2020 pernah terjadi pandemi yang mematikan.
" Tugu Gerakan Masyarakat Gugus Tugas COVID-19 ini menjadi sebuah tanda sejarah, untuk anak putu (cucu) bahwa pada tahun 2020 terjadi musibah atau peristiwa yang mematikan yakni Virus Corona," jelas Giono.
Dari Tugu Gerakan Masyarakat Gugus Tugas COVID-19 ini, Giono menambahkan bahwa harapannya di kehidupan kelak setelah pandemi berakhir, anak cucu mereka tetap selalu ingat dan waspada untuk tetap menjaga kebersihan.
Oleh karenanya, Tugu Gerakan Masyarakat Gugus Tugas COVID-19 di Padukuhan Jatisawit, Desa Balirejo ini ditempatkan sebuah padasan dengan ukuran cukup besar pada bagian atas bangunan.
"Rencananya, setelah ini akan dibangun lagi Tugu Gerakan Masyarakat Gugus Tugas COVID-19 di sisi jalan lain menuju Padukuhan Jatisawit, Desa Balirejo. Karena jalan masuk menuju kemari ada dua, jadilah ini kami sedang mempersiapkan untuk membuat tugu kedua," ungkap Giono.
Sebelumnya Tugu Gerakan Masyarakat Gugus Tugas COVID-19 pertama telah diresmikan dan ditandatangani oleh Bupati Sleman Sri Purnomo, pada Sabtu (4/7/2020) lalu.
Tanggapan warga tentang pengadaan padasan dan Tugu Gerakan Masyarakat Gugus Tugas COVID-19
Siang itu, Suara.com memutuskan untuk melanjutkan perjalan dengan berkeliling Pedukuhan Jatisawit, Desa Balirejo.
Sambil menengok kanan dan kiri serta menyaksikan hampir seluruh padasan ditempatkan di rumah warga. Sembari beristirahat melepas dahaga di warung, Suara.com berbincang dengan sang pemilik warung yang juga merupakan warga Pedukuhan Jatisawit, Desa Balirejo.
Ketika ditanya soal efek apa yang didapat dengan pengadaan padasan, beliau mengaku sangat antusias dan merasa diuntungkan sebagai warga sekaligus pemilik warung.
Wanita bernama Hartuti ini mengaku lebih merasa nyaman jika ada pelanggan yang mencuci tangan sebelum masuk dan membeli beberapa barang di warung miliknya.
"Sewaktu dengar ada pandemi ini, ya sedikit was-was karena saya kan juga buka warung, setiap harinya banyak orang keluar masuk, nggak tahu ya kondisi betulnya seperti apa, jadi dengan adanya padasan nyicil ayem (lega) lah," ungkap wanita berusia 51 tahun itu.
Ia menuturkan sempat kasih tulisan untuk cuci tangan dulu sebelum membeli atau berbelanja di warung nya. "Namun kini semua sudah tahu kewajiban cuci tangan saat masuk dan keluar rumah," katanya.
Selain berharap pandemi segera berakhir, Hartuti juga menyampaikan perlunya warga masyarakat dan perangkat desa untuk selalu melakukan pengecekan pada padasan.
Bukan tanpa alasan, sebab beberapa padasan salurannya tak jarang tersumbat lumut atau bagian ujungnya rusak karena tersenggol benda tumpul.
"Kalau saya sih ini, harus rajin-rajin ngecek ya, selain airnya kadang habis itu padasan atau mungkin ada sesuatu yang menyumbat kemudian air di dalamnya tak bisa mengalir dengan lancar. Ya, intinya harus selalu pantau dan jaga kebersihan dari padasan itu sendiri, karena kan buat cuci tangan begitu,” tutupnya.
Seiring terus meningkatnya kasus COVID-19 di sejumlah wilayah, WHO juga menganjurkan setiap orang yang baru saja datang dari luar rumah untuk mandi dan berganti pakaian.
Pedasan dilakukan demi meminimalisir penyebaran COVID-19 pada anggota keluarga lainnya, agar tidak terjangkit virus atau bakteri yang kemungkinan menempel di pakaian atau tubuh seseorang.
Menurut pantauan Suara.com dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), padasan ini sebenarnya merupakan sarana ibadah yang digunakan untuk menyimpan air wudhu.
Biasanya, pandasan ini akan diberi lubang pancoran pada bagian ujungnya, untuk mempermudah keluarnya air bersih yang hendak digunakan.
Pada zaman dahulu, padasan umumnya diletakkan di halaman rumah tak jauh dari pagar. Supaya kondisi rumah selalu bersih, orang-orang akan terlebih dahulu mencuci tangan, kaki dan membasuh muka sebelum melangkah memasuki kediaman mereka.
Uniknya lagi, beberapa orang tua di Jawa memiliki kepercayaan agar tidak membawa penyakit atau hal buruk, seseorang harus mencuci kaki, tangan sebelum memasuki rumah, salah satunya yakni dengan padasan.