Kondisi tersebut membuat pihaknya turut bekerjasama dengan tim peneliti yang ada dari rumah sakit lain. Di antaranya RSUP Hasan Sadikin Bandung dan RSUD Moewardi Solo.
Rumah sakit bersama RSUP Dr Sardjito, penelitian berfokus kepada pasien derajat berat non kritis.
Sementara ada juga penelitian terapi stem cell di rumah sakit lain semisal di RSPUN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Persahabatan Jakarta dan RSPI Sulianti Saroso Jakarta. Namum ketiga rumah sakit tersebut berfokus pada pasien derajat berat yang sudah masuk dalam kategori kritis atau yang sudah terpasang ventilator.
Samekto memastikan penelitian stem cell yang dilakukan ini telah mendapat perizinan resmi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Walaupun memang perizinan itu tidak langsung diterima begitu saja.
Baca Juga:Tangani Pasien Covid-19, RSUP Dr Sardjito Kembangkan Terapi Stem Cell
Namun proses itu dirasa memang perlu. Pasalnya BPOM perlu meneliti secara detail dan lengkah mulai dari aturan yang ada.
"Memang saat awal penelitian kita perlu izin dari BPOM dan itu tidak mudah. Perlu diskusi, revisi beerapa kali. Baru sekitar 1 tahun izin itu keluar. Tapi memang itu diperlukan. BPOM itu sangat teliti cermat, tidak mau menabrak aturan mana pun, termasul dari WHO. Jadi ini langkah demi langkah dicermati. Sehingga setahun baru keluar," tandasnya.
Diketahui Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito berkolaborasi bersama Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) mengembangkan terobosan terbaru dalam penanganan pasien Covid-19.
Penanganan itu dengan memanfaatkan terapi stem cell atau sel punca atau induk yang belum berkembang. Metode ini diklaim dapat membantu untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak salah satunya akibat Covid-19.
Baca Juga:Eks Menkes Siti Fadilah Dukung Vaksin Nusantara: Peneliti Berpikir Inovatif