SuaraJogja.id - Pihak peneliti dan pengembang GeNose C19 menegaskan bahwa GeNose C19 mencegah penularan Covid-19. Sebab, GeNose C19 menghasilkan angka terduga Covid-19 (rata-rata positif/positivity rate) dari sejumlah sampel calon penumpang, yang biasanya tidak menunjukkan gejala Covid-19, sebanyak sembilan persen.
Saat ini angka rata-rata tingkat positif nasional mencapai 14 persen dari jumlah orang yang dites. Sebagian orang yang terdeteksi positif merupakan kategori orang tanpa gejala (OTG). Jumlah tersebut berpotensi masuk dalam populasi calon penumpang transportasi publik.
Juru bicara GeNose C19, dr. Mohamad Saifudin Hakim, MSc., PhD, menerangkan bahwa implementasi GeNose C19 sebagai alat skrining bagi calon penumpang transportasi publik, terutama kereta api, juga menunjukkan tingkat positif yang cukup tinggi. Rata-rata angka tingkat positif dengan GeNose C19 mencapai sembilan persen dengan standar deviasi tiga persen.
Sebagian calon penumpang yang merasa sehat dan ingin melakukan perjalanan, namun sebenarnya OTG, dapat tertangkap dan terdeteksi oleh unit-unit GeNose C19 di Stasiun Gambir pada kurun waktu 30 Mei-15 Juni 2021. Hal ini mencerminkan bahwa GeNose C19 tetap akurat menjaring penumpang terduga positif dengan status OTG sekalipun. “Alih-alih negatif palsu, GeNose C19 justru mencegah penularan jika hasil positif itu dipatuhi,” kata Hakim. Terduga OTG Covid-19 dengan GeNose C19 sebaiknya tidak meneruskan perjalanan.
Baca Juga:Muncul Desakan Berhenti Gunakan GeNose, Adian Napitupulu Tidak Setuju
Sementara itu, positivity rate Covid-19 secara nasional didasarkan pada pemeriksaan terhadap orang bergejala maupun tidak bergejala, dan tidak hanya di koridor sistem transportasi, sehingga masuk akal apabila tingkat positif GeNose C19 sedikit berbeda dengan persentase nasional. “Kesamaannya, sekarang ini positivity rate GeNose C19 dan Satgas Covid 19 sudah melampuai ketetapan positivity rate WHO, yaitu di atas lima persen,” tegas Hakim.
Dengan keakuratan mendeteksi calon pelaku perjalanan yang kemungkinan OTG, maka GeNose C19 justru mencegah penularan yang ditandai dengan angka tingkat positif yang mendekati tingkat positif nasional dan minimnya data hasil negatif palsu. “Kami tentu turut menghimbau agar masyarakat dapat menerima jika memperoleh hasil test Positif serta patuh dengan tidak meneruskan perjalanan demi keselamatan bersama,” tutur Hakim.
“Tim pengembang Genose C19 tentu akan terus menyempurnakan kualitas dan performa alat agar akurasinya terus meningkat dan makin dipercaya dalam melayani kebutuhan masyarakat,” terang Hakim. Tes skrining yang cepat, mudah, akurat dan terjangkau dibutuhkan oleh masyarakat bawah yang terpaksa harus bepergian. Sebab, kebutuhan kerja dan kebutuhan ekonomi di masa pandemi semakin sulit.
Saat ini, izin edar GeNose C19, yaitu AKD 20401022883, masih berlaku dan GeNose C19 tengah jalani uji validasi eksternal. Tahap uji ini merupakan komitmen produsen pascapemasaran dan kepatuhan produsen pada regulasi yang berlaku di Indonesia.
“Menjalani uji validasi eksternal bukan berarti GeNose C19 tidak layak digunakan atau karena diragukan kehandalannya, justru dengan data tambahan dari validasi eksternal akan memperkaya data riset GeNose C19 yang dapat meningkatkan kecerdasan dan keakuratan dari GeNose C19,” ujarnya.
Baca Juga:Peneliti Akui GeNose C19 Bisa Munculkan Hasil Palsu saat Deteksi COVID-19
Uji validitas eksternal GeNose C19 telah mulai dilaksanakan pada bulan April 2021 di Universitas Andalas. Selanjutnya, Rumah Sakit UI memulai tahap uji tersebut pada bulan Juni. Kemudian, Unair dan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) akan mulai uji validitas eksternal GeNose C19 pada akhir bulan Juni 2021. Periode uji validitas memerlukan waktu sekitar empat sampai enam bulan, tergantung kondisi dan perjanjian dengan masing-masing institusi tersebut.